Share

Bab 7

Author: Julliana
Semua orang memang tahu bahwa anggapan seperti itu hanyalah mitos belaka. Namun, melihat wajah antusias Lily yang penuh semangat, orang-orang di sekitarnya tetap ikut membeli satu botol harapan masing-masing.

Saat tiba giliran Adriano, dia malah langsung memborong semua botol harapan yang ada di gerobak.

Beberapa sahabatnya tidak bisa menahan diri untuk menggoda. "Adrian, kamu beli sebanyak ini memangnya bisa nulis semuanya? Bagi beberapa buatku, dong!"

"Iya nih, Kak! Hidupmu sudah punya segalanya, kenapa masih butuh harapan sebanyak itu? Serakah sekali."

Adriano hanya tersenyum samar, lalu menoleh ke arah Stacey. Tatapannya dipenuhi kelembutan.

"Aku bisa nggak punya apa-apa. Tapi aku ingin Stacey bisa punya segalanya."

Kalimat itu sontak membuat semua orang berdecak kagum dan menggoda lagi. "Kak Adriano ini benar-benar bucin sejati di antara kita semua!"

Kalau orang lain yang menjadi pusat candaan seperti itu, mungkin akan malu atau setidaknya tersipu. Akan tetapi, Stacey hanya diam menatap botol-botol harapan yang memenuhi gerobak dan tidak berkata sepatah pun. Dia menunduk dan mulai menulis doanya dengan serius.

Adriano penasaran, lalu mendekat perlahan untuk melihat isi kertas yang sedang ditulis Stacey. Namun baru membaca satu huruf, Stacey telah buru-buru menyembunyikannya. "Kalau dibaca, nanti nggak bisa terkabul," ucapnya cepat.

Mendengar hal itu, Adriano pun tidak memaksa lagi. Dia hanya mengusap lembut puncak kepala Stacey dan berkata, "Apa pun yang kamu harapkan, pasti akan terkabul."

Stacey tersenyum tipis. Meski tidak menjawab ucapan Adriano, dalam hatinya diam-diam merasa setuju.

Ya, doanya pasti akan terkabul.

Saat hendak memasukkan kertas kecil itu ke dalam botol harapan, dia membuka dan memeriksanya sekali lagi. Di atas kertas itu, hanya tertulis satu kalimat.

[ Semoga Stacey dan Adriano nggak akan pernah bertemu lagi, bahkan dalam hidup maupun kematian. ]

Sementara Adriano sibuk menulis keinginannya pada semua botol yang dia beli, hujan meteor pun mulai reda. Saat mereka bersiap untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara seruan terkejut dari belakang.

Ketika menoleh, mereka melihat Lily terduduk di tanah. Matanya tampak memerah seperti baru saja menangis.

"Kakiku sepertinya terkilir ... sakit sekali ...."

Begitu suara Lily terdengar, semua orang langsung panik dan mengerumuninya. Adriano yang semula masih berusaha tenang pun kehilangan kendali. Dia mendorong orang-orang di sekitarnya dan langsung maju, mengangkat Lily ke punggungnya lalu bergegas menuruni bukit.

Stacey tidak berkata apa-apa untuk menghentikannya. Saat semua orang sibuk mengelilingi Lily, dia justru berbalik dan menaiki bukit seorang diri, lalu kembali mencari si penjual yang tadi membantu menggantung botol-botol harapan mereka. Dia mengirimkan sejumlah uang tambahan padanya.

"Pak, bisa tolong ambilkan semua botol harapan yang tadi digantung?"

Tak lama kemudian, Stacey kembali ke puncak bukit dengan membawa semua botol yang ditulis Adriano. Dia duduk di tempat sekenanya, lalu membuka botol-botol itu satu per satu.

[ Semoga Lily selalu bahagia sepanjang tahun dan segalanya berjalan sesuai harapan. ]

[ Semoga Lily senantiasa penuh suka cita dan dipenuhi keberuntungan, masa depan cerah menanti. ]

[ Semoga Lily hidup sehat tanpa penyakit dan bertemu orang-orang baik sepanjang hidupnya. ]

[ Semoga gadis yang kucintai, Lily, menjalani hidup dengan damai dan sukacita. ]

....

Sembilan puluh sembilan botol harapan. Sembilan puluh sembilan kertas doa. Di setiap kertas, yang disebut hanyalah Lily. Tak satu pun menyebut dirinya.

Mata Stacey berkaca-kaca. Namun pada akhirnya, dia tidak memunguti satu pun dari botol-botol itu. Dia hanya berdiri diam, lalu membalikkan badan dan berjalan turun dari bukit.

Sesampainya di bawah, dia melihat Adriano sedang mondar-mandir cemas di tempat, seperti sedang mencarinya. Saat melihat Stacey muncul, Adriano langsung menghampirinya dan memeluknya erat-erat. Suaranya terdengar panik, bahkan sedikit gemetar.

"Stacey, kamu ke mana saja? Setelah aku turun tadi aku nggak lihat kamu, aku takut terjadi sesuatu. Syukurlah kamu baik-baik saja. Mulai sekarang, kamu nggak boleh lagi menghilang dari pandanganku walau sedetik!"

Melihat ekspresi cemasnya, teman-teman di sekitar langsung menggoda sambil berusaha mencairkan suasana, "Sudah dibilang, jalan turun cuma satu, Kak Stacey pasti aman. Tapi Kak Adriano malah nggak percaya. Ternyata kalau orang yang peduli memang langsung kacau ya!"

"Kak Stacey nggak tahu nih, tadi waktu Kak Adriano sadar kamu nggak ikut turun, dia bahkan sampai nangis karena panik!"

Ucapan mereka seolah-olah ingin membuktikan bahwa Adriano benar-benar sangat memedulikannya. Namun, di balik dari kerumunan itu, tatapan Stacey tertuju pada Lily yang berada di paling belakang.

Kakinya tampak jelas telah terbalut dan emosinya juga telah stabil. Mendengar semua ucapan mereka, tatapan Lily tampak seolah-olah menyiratkan kebanggaan. Sudut bibirnya mengulaskan senyuman penuh makna, seakan-akan bisa menebak isi hati Adriano dan pamer terhadap Stacey.

'Lihatlah, semua orang bilang dia suka sama kamu. Tapi sebenarnya, orang yang paling dipedulikannya itu adalah aku.'

Dalam hatinya muncul perasaan dipermalukan, tetapi Stacey berusaha meredam semua emosinya.

Tidak apa-apa, sebentar lagi semua ini akan berakhir ....
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status