Share

Bab 6

Author: Julliana
"Aku nggak marah," kata Stacey sambil menatap Adriano dengan serius dan mencoba menjelaskan. Dia terdiam sejenak, lalu seolah takut Adriano tidak percaya, dia menambahkan lagi, "Aku cuma sedang kena flu. Takut nularin kamu, jadi aku nggak datang menjenguk."

"Flu? Kamu masuk angin? Apa parah?" Mendengar penjelasannya, Adriano sama sekali tidak menunjukkan niat untuk menjauh. Sebaliknya, dia langsung mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu dengan cepat.

"Belakangan ini cuaca memang mulai dingin, ya? Apa bajumu kurang? Aku suruh orang kirim baju musim ini yang baru buat kamu."

Gerakannya begitu cepat sampai Stacey tidak sempat menghentikannya. Namun setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Kalau Adriano memang ingin membelikan, biar saja. Lagi pula, dia juga tidak akan memakainya. Paling setelah pergi nanti, semua itu bisa ditinggalkannya untuk wanita yang benar-benar dicintai Adriano.

Memikirkan hal itu, Stacey tidak lagi mempermasalahkan urusan baju. "Aku nggak apa-apa. Kamu jaga diri baik-baik aja. Lukamu juga belum sembuh total, sebaiknya cepat kembali ke rumah sakit."

Ucapannya terdengar seperti perhatian, tapi ekspresinya datar sehingga membuatnya terkesan sedang mengusir. Adriano merasa ada yang aneh, tapi tidak tahu pasti apa yang membuatnya terasa ganjil. Dia hanya merasa, mungkin dirinya saja yang terlalu sensitif.

Adriano pun bangkit dan bersiap untuk pergi. Akan tetapi, saat menoleh ke belakang dan melihat Stacey masih tetap berbaring di tempat tidur tanpa berniat mengantarnya, dia langsung berhenti melangkah. Saat gadis itu akhirnya menoleh padanya, Adriano berkata dengan sedikit kecewa.

"Kamu nggak mau temani aku? Kalau gitu, aku juga nggak mau pergi."

Setelah mereka saling terdiam beberapa saat, Stacey akhirnya menarik napas dan bangkit dengan pasrah. Dia berganti pakaian lalu turun ke bawah bersamanya.

Sesampainya di rumah sakit, Adriano langsung teringat bahwa Stacey sedang flu. Dia buru-buru memanggilkan dokter. Setelah diperiksa, hasilnya menunjukkan bahwa itu bukan hal serius dan Stacey hanya perlu banyak istirahat. Barulah Adriano bisa merasa tenang.

Karena lukanya masih belum sembuh total, Adriano harus menginap di rumah sakit beberapa hari lagi. Selama masa itu, dia terus-menerus mengikuti Stacey. Ke mana pun Stacey pergi, dia akan ikut. Bahkan ketika gadis itu hanya ke kamar mandi, Adriano tetap menunggu tidak jauh dari sana.

Setiap kali para perawat di rumah sakit melihat salah satu dari mereka, mereka akan refleks menoleh ke sekeliling dan pasti akan menemukan sosok yang satunya tak jauh dari sana. Pada saat-saat seperti itu, Stacey selalu bisa mendengar bisikan kagum dari sekitar.

"Hubungan Pak Adriano dan Bu Stacey benar-benar romantis, ya. Andai aku juga bisa ketemu pacar yang sebaik itu ...."

"Siapa sih yang nggak mau? Tapi ya sudah, mending tidur saja, di mimpi mungkin bisa ketemu."

....

Semua komentar itu masuk ke telinga Stacey, tetapi tidak menyentuh hatinya sedikit pun.

Romantis? Patut dicemburui?

Hanya dia sendiri yang tahu, semua ini hanyalah ilusi belaka. Adriano menempel terus padanya, bukan karena benar-benar mencintainya, melainkan hanya karena sikap Stacey akhir-akhir ini terlalu aneh. Dia takut akan muncul masalah menjelang hari pernikahan.

Sebab dalam hati Adriano, jika pernikahan ini sampai gagal, dia khawatir Stacey akan kembali mengejar Edward. Kalau itu terjadi, bagaimana mungkin Lily yang dicintainya itu, bisa meraih kebahagiaannya?

Beberapa hari pun berlalu dan luka Adriano akhirnya sembuh sepenuhnya. Dia pun keluar dari rumah sakit. Begitu mereka baru saja masuk ke mobil, ponsel Adriano langsung berdering. Dia menerima telepon dari sahabatnya.

"Hei, malam ini bakal ada hujan meteor! Ajak calon istrimu ke sini, kita ngumpul bareng, yuk?"

Fenomena hujan meteor memang jarang terjadi. Apalagi, kali ini mereka diundang sebagai pasangan. Adriano langsung mengiyakan tanpa banyak pikir. Stacey sendiri enggan pergi, tapi demi menghindari kecurigaan, dia akhirnya tetap ikut.

Sesampainya di lokasi, barulah dia sadar bahwa yang datang bukan hanya teman-teman Adriano. Di sana juga ada Lily.

Begitu melihat Lily, Stacey langsung menangkap jelas ekspresi suka cita yang luar biasa yang melintas di wajah Adriano. Namun, dia buru-buru menyembunyikan kembali ekspresinya agar tidak ada yang mengetahui kepeduliannya terhadap Lily.

Malam perlahan turun, langit gelap mulai dipenuhi bintang-bintang kecil yang berkelap-kelip.

Tiba-tiba, sebuah meteor meluncur melintasi langit. Tak lama kemudian, semakin banyak meteor bermunculan, membelah malam yang tenang. Di sekitar mereka, selain rombongan teman yang datang bersama, juga tampak banyak pasangan muda yang datang khusus untuk berkencan dan menyaksikan hujan meteor.

Ketika cahaya meteor menyapu langit, semua orang berseru kagum.

Namun tak lama setelah sorak kekaguman itu, satu per satu mulai memejamkan mata, lalu mengucapkan harapan di dalam hati dengan khidmat.

Di saat bersamaan, seorang pedagang keliling mendorong gerobak kecil melewati kerumunan.

"Ada yang mau lihat botol harapan? Tuliskan permintaan kalian di kertas kecil ini, nanti aku bantu gantungkan di pohon. Kalau ditulis di bawah hujan meteor, doanya bisa lebih manjur, lho!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status