Share

Bab 8

Author: Julliana
Tak lama setelah malam itu, tibalah hari ulang tahun Lily. Orang tuanya benar-benar murah hati. Mereka menyewa sebuah kapal pesiar khusus untuk mengadakan pesta ulang tahunnya, bahkan turut mengundang Adriano dan Stacey untuk hadir.

Mereka melupakan satu hal sepenuhnya. Ulang tahun Stacey juga jatuh di hari yang sama.

Stacey sudah terbiasa. Namun saat menerima undangan tersebut, Adriano tidak langsung menyetujuinya. "Itu juga hari ulang tahunmu. Gimana kalau kita nggak usah pergi?" katanya.

Stacey bisa melihat dengan jelas, dia sebenarnya ingin sekali hadir. Namun karena ada dirinya, Adriano berusaha menahan diri untuk berakting.

Melihat semua keraguan itu, Stacey akhirnya memutuskan untuk membebaskannya. "Kalau nggak datang rasanya nggak enak. Kita pergi saja."

Adriano bersusah payah menahan rasa senangnya, lalu memeluk Stacey sambil berkata penuh penyesalan, "Tahun ini aku nggak bisa rayain ulang tahunmu berduaan ... tapi tahun depan, aku pasti beri kompensasi."

Stacey hanya tersenyum tipis mendengar janjinya. Tahun depan? Mana mungkin masih ada tahun depan. Dalam hitungan hari, dia akan benar-benar lenyap dari dunia mereka.

Di pesta ulang tahun itu, Lily tampil menawan dalam gaun rancangan eksklusif terbaru. Semua orang mengelilingi dan memujinya.

Bahkan Edward yang selama ini dinas di luar negeri, akhirnya kembali juga. Dengan mengenakan jas yang rapi, dia berdiri di sisi Lily. Mereka benar-benar tampak seperti pasangan serasi.

Ketika tiba giliran memberikan hadiah, semua tamu satu per satu menyodorkan hadiah mewah yang telah mereka siapkan.

Sebagai orang terdekatnya, orang tua Lily dan Edward tentu memberikan hadiah yang paling mencolok. Mulai dari perhiasan mewah hingga mobil sport edisi terbatas yang hanya ada beberapa unit di seluruh negeri.

Lalu, tibalah giliran Adriano. Dia tidak membawa kotak atau benda mencolok apa pun, melainkan hanya sebuah sertifikat.

Semua orang mulai saling bertanya-tanya, sampai ketika Adriano membuka sertifikat itu. Saat halamannya dibalik, terlihat jelas di dalamnya berisi gambar sehamparan nebula berwarna merah muda yang indah.

"Lily, kamu sudah punya semuanya. Setelah kupikirkan dengan lama, hadiah ini yang paling cocok untukmu. Mulai hari ini, nebula ini ... namanya terserah kamu yang tentukan."

Ucapan Adriano seketika memancing sorakan dari seluruh ruangan. Suara bisik-bisik dan kekaguman langsung memenuhi udara.

"Memangnya nama nebula bisa dibeli, ya? Wah, Pak Adriano pasti mengerahkan banyak usaha untuk ini."

"Menurutku, ini bukti cinta sejati dia ke Stacey. Karena dia begitu mencintai Stacey, sampai-sampai adiknya pun dapat hadiah semewah ini."

....

Terdengar pujian dan decak kagum yang terus memenuhi ruangan. Namun hanya Stacey yang tahu, Adriano memberikan hadiah seistimewa itu bukan karena dia mencintai Stacey, lalu ikut menyayangi adiknya.

Melainkan karena Lily-lah yang benar-benar dia cintai.

Stacey tidak ingin berlama-lama di dalam aula. Dia memilih keluar ke dek kapal untuk menghirup udara malam. Angin laut menerpa rambut panjangnya dan hanya dalam sekejap, dada yang terasa sesak sedari tadi mulai terasa sedikit lega.

Di saat itu juga, Lily datang menghampiri.

Dia berdiri di belakang Stacey, tatapannya menyiratkan perasaan congkak dan sinis. Namun saat membuka mulut, nada bicaranya penuh kebanggaan. "Kak, gimana dong? Bukan cuma Edward ... sepertinya Adriano juga suka sama aku, ya?"

Stacey tidak mengerti. Sejak kecil, Lily telah merebut segalanya darinya. Dari kasih sayang orang tua, teman-teman, pria yang dia cintai dan sekarang, bahkan tunangannya juga telah direbutnya.

Kenapa masih belum cukup juga? Kenapa harus terus menyombongkan diri di hadapannya?

Pertanyaan itu muncul di kepalanya dan akhirnya dia tanyakan secara langsung.

Namun Lily bukannya menyangkal, dia malah tersenyum mengejek. "Kenapa? Karena aku suka melihatmu menderita. Aku senang sekali karena sebentar lagi, aku bisa melihatnya lagi."

Stacey mengernyitkan dahi. Baru saja dia hendak bertanya apa maksud perkataan itu, di detik berikutnya, Lily tiba-tiba menggenggam tangannya dan menyeretnya meloncat ke laut bersama-sama.

Air laut langsung menelan hidung dan mulutnya. Stacey spontan ingin berteriak minta tolong, tapi air asin itu justru menyergap masuk ke tenggorokannya dan membuatnya tersedak hebat. Sensasi dingin yang menusuk mulai menyelimuti seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, rasa takut akan kematian membanjiri otaknya.

Di saat terbawa oleh gelombang laut, Stacey sempat melihat seseorang di kejauhan menyadari keributan yang terjadi. Tak lama kemudian, terdengar beberapa suara percikan air dan tiga sosok melompat turun dari kapal. Ayahnya, Edward, dan Adriano.

Namun tanpa ragu sedikit pun, mereka semua langsung berenang ke arah Lily!

Dari kejauhan, masih terdengar teriakan histeris ibunya dari atas kapal. "Selamatkan Lily! Selamatkan dia, cepat!"

Dalam sekejap, perasaan putus asa karena ditinggalkan itu meluap dalam hatinya. Stacey memejamkan matanya untuk menunggu ajal menjemput. Namun tiba-tiba, suara percikan air semakin dekat. Seseorang sedang berenang ke arahnya.

Dalam keadaan setengah sadar, Stacey membuka matanya perlahan. Ketika melihat wajah itu dengan jelas, dia tertegun.

Ternyata Edward.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status