Share

WBB 49

Tertera nama nanny yang mengurus Hawa.

Masih dengan dada berdebar menerima panggilannya. “Ya, Mbak. Ada apa?” Gugup, apa yang akan terjadi jika tak ada dering gawai malam ini?

“Maaf, Bu, masih lama pulangnya?” suaranya terdengar takut. Tak biasanya ia meneleponku, kecuali benar-benar ada yang mendesak.

Naluri keibuanku aktif kembali. “Hawa enggak papa ‘kan, Mbak?” cemasku. Mike ikut menyimak, melihatku cemas agaknya menularkan kecemasan yang sama di parasnya.

“Dek Hawa enggak mau tidur dan minum susu. Katanya mau nenen sama mama.”

Hawa minta nenen? Sudah lama ia minum ASI via botol, bahkan sering menolak jika aku menyusuinya. Kenapa malam ini tiba-tiba Hawa begitu? Nalurinyakah sebagai anak? Jadi ini pertanda Tuhan bahwa anakku tak rela ibunya bermain-main dengan pria lain?

“Aku akan segera pulang, Mbak. Bentar lagi sampai.” Segera aku berdiri. Menyambar tasku, dengan gawai masih menempel di telinga. Lupa berpamitan pada Mike yang tentu saja, langsung mengejarku.

“Tunggu, Laras!” cega
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status