"Aku pamit pulang. Aku merasa tidak nyaman terus berada disini jika Kakakmu tidak menyukai kehadiranku," ujar Rafael setelah Alden berlalu dari ruangan Alenta beberapa jam yang lalu.
Alenta menganggukkan kepalanya. Saat Rafael hendak beranjak pergi, Alenta tiba-tiba menahan lengan Rafael.
"Anda tidak akan meninggalkan saya lagi bukan?" lirih Alenta setengah memohon.
Rafael terlihat bimbang. Pria itu terdiam untuk beberapa saat, lalu detik berikutnya ia mengangguk. "Aku tidak akan melakukan itu, kau tidak perlu khawatir," sahut Rafael lembut.
Alenta ingin bersorak saat Rafael terlihat mempercayainya. Ia merasa berterima kasih pada Richard karena menciptakan peluang baginya. Ia tersenyum tipis pada Rafael lalu berkata, "Terima kasih,"
"Kalau begitu aku pergi, kau harus segera pulih,"
Alenta menganggukkan kepalanya singkat. Ia menatap punggung Rafael hingga pria itu berlalu dari ruangannya.
Setelah Rafael benar-benar pergi, Alenta segera
"Kenapa Ayah melakukan itu? Lepaskan! Kubilang lepas!" Richard terkejut saat Rafael menerobos masuk ke ruangannya lalu berteriak kencang. Ia memberi isyarat pada beberapa penjaga yang ia sewa agar melepaskan cekalan mereka pada puteranya. "Ada apa Rafa? Kenapa kau terlihat sangat marah?" Tanya Richard berpura-pura tidak paham. Sebenarnya ia tahu alasan kenapa Rafael menghampirinya dengan tidak sopan seperti ini. Apa lagi kalau bukan karena gadis rendahan itu? "Aku bilang aku akan menjauhinya, Ayah sudah berjanji padaku tidak akan melukainya. Tapi kenapa Ayah malah ingkar dan membuatnya celaka di depan mataku?" cecar Rafael murka. Richard berdiri menjulang di hadapan Rafael. "Sejak kapan kau membangkang pada Ayahmu? Aku melakukan hal itu agar dia tidak membuatmu goyah seperti ini!" balas Richard sengit. Rafael mendengus kasar. Selama ini ia berusaha menjadi anak penurut bagi ayahnya, tapi ayahnya hanya melakukan sesuatu yang menurutnya benar ta
Alenta meletakkan snack yang sedang ia makan saat ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan malas, Alenta segera menghampirinya. Ini hari cutinya dari kantor karena sakit. Siapa yang telah mengganggu kesenangannya yang sedang bersantai hari ini? Alenta berdecak saat melihat nomor asing tertera di layar. Akhir-akhir ini banyak nomor asing bermunculan disana. Apa ia harus mengganti nomornya nanti? "Hallo?" sapa Alenta dingin. Jika yang meneleponnya adalah orang iseng atau seorang penipu yang hendak mencari korban, ia akan memarahinya habis-habisan. "Selamat siang Kimmy Ara," Seorang perempuan muda terdengar menyapanya lembut. Alenta mengangkat alis mendengar sapaan di seberang sana. Kenapa dia tahu tentang Kimmy Ara? "Ya. Dengan siapa saya berbicara?" Tanya Alenta balik. Suara di seberang sana terdengar menghela nafas panjang lalu berkata, "Saya Puteri Barbara," Alenta terkejut mendengar jawaban itu. Puteri Barbara? Tunangan Rafael? Kenapa s
"Apa yang sebenarnya kau lakukan pada Anakku?" lirih Elenna Herenson. Ia berdiri dengan gelisah karena Rafael tidak kunjung tiba dari semalam."Aku hanya memberi peringatan sedikit agar dia menurut," balas Richard tegas.Elenna mendengus mendengar ucapan Richard, "Kau dan kediktatoranmu itu membuatku muak," desis Elenna kesal.Richard segera menghampiri Elenna. Ia menyentuh bahu Elenna lembut, "Sayang, aku melakukan ini untuk dia juga. Dia selalu tergoda dengan wanita rendahan, wajar jika aku memberinya peringatan."Elenna menghela nafasnya panjang, "Kenapa status sosial sangat penting bagimu, Sayang? Rafael akan merasa tertekan jika kita terus membatasi pergaulannya," protes Elenna tidak suka. Ia tahu Richard selalu menginginkan kesempurnaan, tapi ia selalu tidak tega jika anaknya dididik terlalu keras oleh suaminya."Dia harus bisa menahannya jika ingin menjadi penerusku, bukan begitu? Kalangan bawah hanya akan menghambatnya,"Elenna hanya
Richard merasa tidak memiliki wajah lagi setelah mendengarkan rekaman dari diska lepas itu. Amarahnya kini muncul ke permukaan. Puteranya benar-benar bodoh! Bagaimana bisa Rafael kecolongan hingga tidak mengetahui bahwa percakapan yang mereka lakukan telah direkam oleh Kimmy Ara? "Maafkan aku, Ed. Akan ku pastikan Rafael meminta maaf pada puterimu soal ini," ujar Richard merasa menyesal. "Tidak perlu!" sanggah Edward berang, "Aku tidak perlu permintaan maaf darinya. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini," Mata Richard melebar mendengar keputusan Edward. Dibatalkan? Tidak, perjodohan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja. Ia masih membutuhkan dana investasi yang terkucur dari keluarga Johnsons. "Tidak, tidak. Kenapa harus dibatalkan? Barbara akan sedih jika pertunangan ini batal, Ed," bujuk Richard. "Perjodohan ini akan tetap batal. Aku akan mengurus putriku sendiri dan kau lebih baik urus puteramu untuk lebih menghargai orang lain!" ger
Melihat Rafael yang terpuruk di hadapannya membuat hati Alenta merasa sedikit terhibur. Lihatlah! Pria brengsek ini terkena karmanya sendiri. Ia terduduk dengan putus asa sambil menangis. Rafael telah membuang anaknya sendiri dan sekarang dia merasakan penderitaan karena telah dibuang oleh sang ayah. Alenta menyunggingkan senyuman lebar. Ia ingin menikmati saja dulu pemandangan indah ini untuk sementara.Alenta menghela nafasnya saat ia rasa kesenangan ini harus berakhir. Yah, belum saatnya pria ini menangis terlalu lama. Sabarlah, lain kali ia akan membuat pria ini menangis darah karena seluruh dunianya telah hancur. Alenta ikut terduduk di hadapan Rafael dengan wajah berpura-pura khawatir. Ia menggapai tangan Rafael lalu menyentuhnya dengan lembut. Alenta kembali menghela nafasnya lalu berbisik lembut di sebelah telinga Rafael."Aku akan membantumu, Rafa," bujuk Alenta.Pria itu berhenti menangis lalu mendongakkan wajahnya. Ia menatap Alenta dengan sinis
Alenta tidak menduga bahwa ia akan seberani itu menarik tubuh Alden untuk menciumnya. Ia juga tidak percaya bahwa kini bibir mereka saling bertaut untuk beberapa menit. Ada sensasi luar biasa yang menggelitik namun menyenangkan di dalam hatinya. Meski mendadak dan tidak terduga, ia merasa bahwa yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar.Wajah mereka saling menjauh setelah mereka hampir kehabisan nafas. Tubuh dan wajah Alenta terasa panas, ia melipat bibir dengan gugup. Apa yang harus ia katakan setelah melakukan hal mengejutkan seperti tadi?"Aku harus istirahat," Alenta berdecak karena perkataan yang keluar dari mulutnya tidak sesuai harapan. Ia menggigit bibirnya dengan canggung lalu menatap Alden. Ia terlalu gugup untuk berada satu ruangan dengan pria itu hari ini.Alden hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Ya, baiklah. Selamat istirahat," ujar pria itu lirih.Alenta membalikkan badannya lalu pergi dari hadapan Alden. Ia telah keh
"Kita bertemu di gudang Robinson, Kimmy Ara,"Alenta membaca pesan dari Richard. Ia meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas lalu berkata pada supir taksi tentang tujuan mereka. Gudang Robinson merupakan gudang terbengkalai yang sudah tidak digunakan bertahun-tahun lamanya. Ia tahu bertemu Richard di tempat sepi merupakan hal yang sangat beresiko, tapi ia harus datang. Ia harus melakukan semuanya dan mengambil resiko agar rencananya berjalan dengan lancar.Alenta menelan ludah saat melihat sebuah mobil tanpa plat nomor terparkir disana. Itu pasti Richard. Richard sengaja memakai mobil tanpa plat nomor agar tidak mudah di deteksi polisi saat ia dilenyapkan. Alenta menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Ia melangkahkan kakinya dengan yakin kemudian berjalan ke arah pintu masuk. Namun, saat kakinya telah masuk seluruhnya ke area gudang, pintunya ditutup oleh seseorang dari belakang. Sial, sepertinya ia tidak bisa mundur lagi!"Kau terlalu berani sampai d
Gadis gila! Richard tidak henti-hentinya mengucapkan umpatan kasar mendengar permintaan Kimmy Ara. Menikah dengan Rafael? Kenapa gadis ini begitu ngotot ingin menjadi bagian keluarga Herenson? Memangnya dia pikir dia siapa? Tidak, ia tidak akan membiarkan seorang gadis yang tidak jelas asal usulnya menjadi seorang menantu di keluarganya."Menikah dengan Rafael? Kau pikir kau siapa hingga berani bermimpi seperti itu? Huh?" Teriak Richard murka.Kimmy Ara terlihat tidak bergeming. Gadis itu mengambil list yang berada di atas meja lalu melipatnya."Baiklah jika Anda tidak menginginkannya, saya bisa memberikan ini pada Edward Johnsons. Oh ya jangan lupa, saya juga memiliki rekaman Anda hari ini."Richard menggemretakkan giginya kesal, jika Edward memilikinya maka perusahaan Edward akan mudah untuk menjatuhkannya. Dan rekaman yang dimiliki Kimmy Ara dapat membawanya ke tempat yang sangat ia hindari yaitu kantor polisi. Meski ia bisa menghindari hukum dengan al