Share

Wanita Gila Mencari Cinta
Wanita Gila Mencari Cinta
Penulis: yuelan

Berakhir

Penulis: yuelan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-23 23:55:21

Sebuket bunga teronggok di tepi meja. Basah oleh kopi yang gelasnya jatuh. Tetes - tetes kopi turut membasahi lantai.

"Mbak, tolong minggir dulu. Biar kami bersihkan," kata seorang waitress.

Dia yang duduk terpaku melihat gelas menggelinding, jadi kikuk sendiri. Dia pun meraih jaket dan tas di kursi sebelahnya. Beranjak pergi tanpa mengatakan apa pun.

"Mbak, ada yang ketinggalan," seru waitress.

Langkahnya terhenti. Apa lagi yang masih tertinggal. Bukankah semua sudah usai.

"Mbak Aster, tablet sama bunganya ketinggalan," ulang waitress.

Waitress coffee shop itu sudah mengenalnya cukup jauh. Akibat sering makan siang dan bekerja sambil minum kopi di sana. Nama pun telah dihafal. Sesering tertulis di gelas kopi.

"Oh, i-ya, Mbak. Makasih ya," ujarnya. Kembali mengambil tablet. Bunga dia tinggalkan.

"Bunganya, Mbak? Masih bagus lho."

"Buang saja, Mbak. Atau kalau Mbak mau, buat Mbak saja."

Dia pun bergegas pergi. Tidak ada lagi yang tertinggal di sana. Dia sudah membawa semuanya.

Aster, perempuan itu, berdiri menanti taksi online yang dipesan. Dia mengecek melalui ponsel. Posisi taksi tersebut sudah sampai di mana.

Ketika taksi sudah tiba, Aster langsung masuk. Dia duduk menunduk memeluk tasnya. Air mata itu pun tumpah.

Ditahan - tahan tak terbendung lagi. Dia menahan isakannya agar tidak keluar. Tidak mau sampai sopir taksi mendengarnya.

Namun sesuatu menyentuh kepalanya. Dia menengadah. Selembat tisu terjulur ke arahnya.

"Gratis, Mbak," ujar sopir taksi tanpa menoleh. Tangannya dinaikturunkan. Sampai tisu diterima Aster.

Tisu itu pun diambil Aster. "Makasih, Mas. Maaf merepotkan," kata Aster lirih. Tenggorokannya serak akibat menahan isakan.

"Saya nyalain radio kencang ya. Masih ada dua puluh menit lumayan, Mbak," lanjut sopir.

"Hu um, Mas. Makasih sekali lagi," kata Aster sengau. Dia menggenggam tisu.

Tangisnya terlepas bebas. Meski tetap tak bisa mengisak. Hatinya terlalu sakit hingga meredam suaranya.

Lagu rock menggema dari radio. Tidak ada suara penyiar. Hanya deretan lagu - lagu rock diputar berurutan.

Tangis Aster mulai surut. Lagu pun mengecil suaranya. Aster menyeka kedua mata.

"Sudah sampai, Mbak. Sudah dibayar lewat aplikasi ya," kata sopir taksi.

Aster mengangguk. "Makasih ya, Mas. Makasih banyak. Mas baik banget," ujarnya.

Sopir itu tersenyum lebar. Sampai matanya menyipit. "Sama - sama, Mbak. Semoga hari Anda menyenangkan," balas sopir taksi.

Aster keluar dengan hati lebih ringan. Dia ikut tersenyum. Berjalan menuju rumah yang sudah setahun ini ditinggali sendiri.

Rumah mungil berpagar tinggi dengan teras yang lumayan untuk ditanami beberapa tanaman hias. Dia memandangi bunga - bunga kertas yang baru mekar sebelum masuk ke dalam rumah. Hatinya makin tenang.

Diputus lewat kiriman buket bunga. Dia begitu kaget sampai menumpahkan kopi. Aster tak habis pikir cowok itu begitu mengesalkan.

Bahkan buket bunganya dibeli dari floris yang dikenal Aster. Pemilik floris pun cukup mengenal Aster. Apa cowok itu sengaja memamerkan tindakannya.

Dia pasti ingin mempermalukan Aster. Caranya benar - benar menjijikkan. Sudah tidak berani bertatap muka, pakai pamer ke orang orang.

"Halo, Ren! Bisa nggak kita ketemu? Maksud kamu apa kirim buket tadi?" Aster merekam amarahnya. Dikirim ke cowok kurang ajar itu melalui pesan.

Reno, cowok itu, tidak mau mengangkat telepon dari Aster. Dia menghindari Aster. Benar benar pecundang tengik.

/ Aku nggak bisa lanjut lagi. Mulai sekarang kita putus. Kamu bukan cewek yang baik buatku /

Kalimat - kalimat itu terngiang di kepala Aster. Dia pun berteriak marah. Dia menjatuhkan diri ke kasur. Berteriak makin keras. Lagi - lagi air mata mengucur.

Aster jatuh tertidur. Dia baru terbangun ketika mendengar suara dering ponsel. Ada telepon masuk yang berulang kali.

Aster mencari - cari keberadaan ponsel tersebut. Di balik selimut yang amburadul benda itu tergeletak. Nama mama menyala di layar.

Aster berdeham sebelum menerima panggilan. "Halo, Ma. Ada apa, Ma? Mama nggak apa - apa kan?"

"Kenapa suara kamu? Kamu sakit?" sahut Laura, mama Aster.

"Enggak tuh, Ma. Suaraku nggak apa - apa kok. Mama ada apa telepon siang - siang begini?"

"Suara kamu serak. Kebanyakan gorengan atau es itu. Siang gimana? Sudah sore begini. Kamu bangun tidur?"

Aster menoleh ke jendela. Meski tirainya ditutup, memang terkesan gelap di luar. Tidak ada cahaya yang mencoba menembus masuk.

"Iya, Ma. Aku ketiduran nih. Maaf, maaf," ujar Aster.

"Tumben tidur siang. Hehm! Ya, sudah kalau nggak sakit. Mama cuma mau ngecek saja. Sudah tiga hari berturut turut kamu nggak ada kasih kabar ke mama. Ke Panji juga tidak. Tadi adikmu itu cerita kalau terakhir bicara sama kamu seminggu yang lalu. Kira - kira akhir pekan kamu bisa pulang nggak, Nak?"

Aster bangkit menuju meja di dekat tempat tidur. Dia meraih kalender meja yang sekaligus catatan jadwal. Akhir pekan dia tidak memiliki agenda.

"Bisa, Ma. Aster akan pulang akhir pekan nanti. Maaf, Aster ada kerjaan banyak. Jadi agak ribet. Mama baik baik, kan? Papa gimana?"

"Papa kamu yang suruh mama telepon. Katanya ada anak gadis yang lupa wajib lapor."

Aster tertawa kecil. "Papa bilang nggak mau terima pesan Aster lagi. Ya, Aster kan nurut saja. Bilang ke papa kalau anak gadisnya sedang asyik main."

"Hei! Jangan gitu. Papa kamu marah bukan tanpa alasan. Pacar kamu itu kan memang nggak jelas. Kenapa juga dipertahankan. Mendingan papa cuma marah. Sekarang sudah mau nanyain kabar kamu. Belum sampai coret kamu dari Kartu Keluarga."

Aster tersenyum kecut. Dia ingat dua minggu lalu Reno mengantarnya ke rumah. Reno bertemu papa dan entah mengobrol apa. Kemudian sewaktu Aster pulang, papa tiba - tiba menelepon untuk marah - marah padanya.

"Ma, Aster diputusin Reno," bisik Aster.

"Hah? Apa, As? Kamu kenapa?" balas Laura.

"Aster diputusin Reno," ulang Aster lebih keras.

"Hehm. Kan, kejadian. Ya, sudah, nggak apa - apa. Laki laki memang sama saja. Nggak usah kamu pikirin. Sekarang kamu mandi. Terus pesan makanan paling enak. Kamu makan. Selesai itu tidur."

"Nggak semua laki - laki, Ma. Tapi, gimana Aster nggak mikirin?"

"Oh, iya. Papa kamu nggak kayak gitu. Ya, udah, kan. Mikir hal lain. Kerjaan kamu banyak. Project - project yang harus diselesaikan. Lagian, cowok itu masih banyak, Nak. Reno nggak pantes kamu tangisi. Nggak usah sampai sita pikiran kamu. Dia kan yang mutusin kamu? Ya, sudah, selesai."

"Tapi, Ma. Nggak semudah itu. Kami sudah tiga tahun bersama. Belum lagi umur Aster sudah dua puluh delapan. Gimana coba, Ma."

"Nggak gimana - gimana. Lebih cepat kalian putus, lebih baik. Asal kamu tahu itu. Gini saja, deh. Nggak usah nunggu akhir pekan. Besok kamu pulang ke rumah."

"Ma, nggak bisa gitu."

"Pulang ke rumah! Besok pagi langsung ke rumah."

Klik! Sambungan telepon terputus.

~bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anita Kim
Pulang aja dulu, Aster. Ikuti maunya mama kamu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Hari - Hari Penuh Cinta

    "Aster," sebut Brian. Dia maju meraih tangan Aster, yang langsung ditampik oleh David. Keduanya lantas beradu pandang. Aster ditarik mendekat oleh David. Lengan David melingkar di pundaknya. "Jaga tanganmu dari istriku!" desis David penuh ancaman. Brian menyeringai. "Sebentar lagi dia akan meninggalkanmu karena tempramen labilmu, Dav. Aku sih mau saja menerima anakmu juga." Gerakan David begitu cepat. Dia mendorong Brian sampai terhempas menabrak dinding. Lekas Jimmy menahan Brian. Menariknya menjauh dari David yang berdiri dengan nafas menderu. Tanpa takut Aster menyentuh tangan suaminya. "Mas... sudah." Seketika David menoleh. Nafasnya melembut. "Sayang, maaf. Aku... ayo kita masuk saja. Tidak perlu bicara dengan pria konyol ini." Brian tertawa. Dia berusaha melepaskan diri dari kuncian Jimmy. "Aster, kembalilah padaku saja. David tidak pantas mendapat dirimu. Aku bisa menyayangimu dan anakmu." David sudah hampir merangsek maju. Namun cengkeraman kuat tangan Aster

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Pertemuan

    Aster mencubit tangan David. "Mengaku saja! Aku menemukan buku harian mas David di sini." David menegakkan diri. Dia mengusap leher Aster yang berdenyut lembut. "Wah... ternyata istriku. Kamu penasaran ya?" Aster mencubit makin sering. Dia jadi jengkel kalau digoda begitu. Dia menarik diri dari suaminya. Tanpa mengindahkan David yang membujuk, Aster berbaring. Dia memejamkan mata tidak mau mendengar David. Sang suaminya turut berbaring di sebelahnya. Tangannya melingkar di pinggang Aster yang berbaring miring. "Jangan marah, Sayang. Aku bercanda." Aster menggumam. Dia menyuruh David bergeser. "Anakku bilang ruangannya sempit." David tertawa pelan. Dengan rela bergeser sejengkal di belakang Aster. Sebentar lagi akan berubah keinginan istrinya. "Sayang... sudah tidur?" bisik David. Dia mendekat lagi. Namun Aster menggeram pelan. * David memegang tangan dan menyangga punggung Aster. Telaten membantu istrinya berjalan. "Awas lantainya tidak rata, Sayang." Mereka tengah

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Hidup yang Lebih Baik

    David berkacak pinggang. Dia mengerutkan dahi ke arah Jimmy. Asisten kepercayaannya tidak berani mengarahkan pandang pada David. Hanya ke arah leher David, yang sayangnya malah membuat Jimmy salah tingkah. Dia memutar mata ke pundak David saja. David memicingkan mata. "Kenapa kamu? Ada kesalahan yang tengah terjadi?" "Tidak, Bos. Semua berjalan lancar. Hanya saja... Anda yakin berangkat ke kantor hari ini?" Jimmy mengulas senyum hormat. "Memang kenapa? Aku sudah siap kembali menjadi David seperti sebelum hilang. Kamu mulai meragukanku, Jim? Apa Tomy semakin baik dan kamu mau beralih pada adikku?" Jimmy menggeleng cepat. "Tidak, Bos! Bos Tomy sudah punya asisten sendiri. Lagi pula beliau masih staf." "Kau sudah memanggilnya bos." David menerima tas yang Aster serahkan. Istrinya memberi senyum paling manis yang membuat David bersemangat. Namun tiba - tiba Aster berubah membelalak. Wajahnya memerah. "Mas, ke kamar sebentar." David mengerutkan dahi. Tapi dia mengikuti Aste

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Awal Bahagia

    Aster duduk lemas di bawah tempat tidur. Bersandar ke kasur dengan kaki diluruskan. Suaminya turut duduk di sebelah Aster. Dengan telaten menyeka keringat yang membasahi muka. "Masih mual?" Kepalanya diangguk pelan. Itu pun tetap terasa tidak nyaman. Dia menarik tangan David dan digenggam kuat. "Mas... apa aku hamil ya? Harusnya sudah datang bulan. Rasanya juga enggak nyaman mau apa - apa." David melebarkan mata. Raut riang menyeruak. "Kita ke dokter langsung ya, Sayang? Kita pastikan ke ahlinya langsung. Karena ini pertama buat kita." Aster mendekat ke suaminya, menyandar manja. "Mas daftar dulu ke dokternya, aku masih lemah." David mengecup dahi Aster. Dia terkekeh pelan. Tangannya agak gemetaran karena begitu antusias. Selesai bersiap dan Aster sudah merasa lebih baik, mereka pun berangkat ke rumah sakit. David sudah mendaftar ke dokter kandungan yang ternyata adalah temannya. Aster menggamit lengan David saat memasuki rumah sakit. Dia memandang ke sekeliling dengan c

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Berhenti

    Dari David yang segera memberi perintah pada Jimmy untuk mencari informasi, Aster jadi tahu kalau selama ini Ari lebih sering tinggal di luar negeri. Di sana dia tinggal bersama seorang wanita yang sekarang sudah diceraikan. Karena itu dia kembali. Aster harap dia tidak mencoba mendekati Aster lagi. Dalam lubuk hatinya Aster tak memiliki rasa rindu. Sama sekali tak tergerak untuk mengetahui lebih soal sosok ayah kandung. Seakan ruang dalam hati Aster telah hampa. Dia tak lagi mau tahu. Tak mau bertemu pula. David yang baru pulang kerja selesai mandi. Sambil mengeringkan rambut dia duduk di sebelah istrinya. "Ayo kita pergi bulan madu saja." Istrinya malah menggeleng pelan. "Di rumah saja. Atau ke hotel." David meringis. Handuk ditaruh sebelum merangkul pinggang istrinya. "Kau perlu melihat dunia luar yang lain, Aster sayang." "Belum ingin. Di sini saja." Aster menaruh kepala ke dada David. "Aku mau datang ke persidangan." "Kamu yakin, Sayang?" David mengusap kepala

  • Wanita Gila Mencari Cinta   Kejutan

    Aster merapat ke David. Dia tidak berani menyentuh kue yang diberikan. Pikiran ada orang di sana yang tengah memperhatikan membuatnya merinding. Dingin tengkuknya terasa. David melingkarkan tangan ke pinggang Aster. Memberinya tekanan lembut menenangkan. "Kita tunggu sebentar." "Apa ya, Mas? Kenapa aku merasa tidak nyaman." Aster menautkan jari - jemari dengan gelisah. Senyum hangat David sedikit menenangkan Aster. Dia pun tak malu mengecup pelipis Aster di tempat umum. Sampai suara langkah kaki berhenti di dekat meja mereka. Pegawai restoran datang dan mengangguk sopan. "Maaf, Bapak dan Ibu sudah menunggu. Saya Edwin manager restoran," ujar pria itu mengulurkan tangan. David melepas Aster. Dia menjabat kuat tangan Edwin. "Terima kasih sudah berkenan menemui kami, pak Edwin. Saya David, dan ini istrinya Aster." Tanpa berbasa - basi manager restoran itu mempersilakan David dan Aster mengikuti dirinya. Mereka diajak ke ruang meeting kecil. Seseorang sudah ada di sana.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status