Share

Ada Apa dengan Mbak Ida

Penulis: ER_IN
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-14 04:08:03

Selesai berjamaah kami mengaji sejenak, abi menyimak hafalan Qu'ranku dan Mbak Hasna, sementara Ami membantu Mbak Ida menyiapkan makanan. Mbak Ida gadis yang Ami rawat sejak ia berusia sepuluh tahun, siang dia ikut mengajar di madrasah dan akan kembali ke rumah sore hari sama sepertiku dan Mbak Hasna.

Kami sudah berkumpul di meja makan menyantap hidangan makan malam sederhana yang dimasak oleh Ami. Di rumah kami tak ada pembantu semua dikerjakan oleh ami kadang aku membantu dan Mbak Hasna sebisanya, setelah mengajar di madrasah.

“Mbak, bagaimana?” tanya abi setelah selesai menyantap makanannya.

“Apanya Bi?” Mbak Hasna balik bertanya.

Ia masih sibuk mengupas jeruk, buah kesukaannya. Di meja makan harus ada jeruk karena Mbak Hasna akan mencari buah itu setiap selesai makan. Sementara aku tidak menyukai buah. Jika ami tidak memaksaku selalu minum jus buah aku tak akan menyentuh yang namanya 'buah', entahlah buah apapun terasa tak menarik untukku. Ami akan selalu mengomel setiap pagi jika aku tak minum jus buah segar tanpa campuran apapun yang beliau siapkan.

“Halwa, buah ini bagus buat kulit.”

“Dik Halwa! Minum jus buahnya dulu, anak gadis harus merawat tubuhnya, minum jus buah dan sayur.”

“Halwa, minum jus buah selain sehat bisa awet muda.”

Selalu kalimat seperti itu setiap pagi yang kudengar. Sering aku pura-pura lupa dan meninggalkan segelas jus buah di atas meja, tapi teriakan cinta Alami bersama segelas jus yang sengaja kuabaikan godaannya bisa mengejar dan akhirnya jus buah berselancar di tenggorokan meski sedikit kupaksa. Satu-satunya buah yang kusukai adalah buah cinta. Hah, dambaan itu sekarang seperti tak memberi selera mengingat Agam si bocah degil yang akan menjadi suamiku.

“Bagaimana dengan lamaran Azam, Mbak? Jangan terlalu lama berpikir, Azam pemuda yang baik, lebih-lebih dia sudah mengenal kita dan mau menerima keadaan Mbak Hasna,” tutur abah.

Mbak Hasna menghentikan aktivitasnya, sementara aku mencoba sedikit tak peduli dengan sibuk menyantap sup sayur, bisa kutangkap dari ekor mata ami memandangku.

Namun, suara pecahan kaca membuat kami mengalihkan pandangan melihat sumber suara. Mbak Ida berdiri mematung, sementara kakinya mengeluarkan darah karena terkena pecahan kaca. Anehnya Mbak Ida seolah mati rasa dan tak dapat merasakan sakit.

“Mbak Ida, kakinya luka.” Aku berlari menghampiri Mbak Ida, ami mengambil kotak P3K yang ada di lemari.

Mbak Ida mengusap matanya, ia seperti hendak menangis, tetapi dengan cepat menguasai keadaan. Apa yang terjadi dengan Mbak Ida? Apa karena pertanyaan abi untuk Mbak Hasna?

“Mbak Ida kenapa?” tanyaku, melihatnya dengan mimik wajah gugup dan salah tingkah.

“Ndak papa, tangannya kram aja Dik Halwa,” kilahnya, tapi aku tahu ia berbohong. Mbak Ida tidak akan mengalihkan pandanganya jika ia berkata jujur.

“Beneran ndak papa Nduk? Apa kamu sakit? Istirahat saja,” ucap ami yang sedang membersihkan pecahan kaca sementara aku membantu Mbak Ida mengobati luka di kakinya.

“Nggih Mi, Ida ndak papa. Tangan Ida cuma kram biasa.”

“Kalau ndak sehat istirahat saja Ida, kamu ini terlalu ngoyo ngajar anak-anak. Biarin Hasna sama Halwa besok yang gantiin kamu ngajar anak-anak yang mau ikut lomba,” ucap abi.

“Beneran Abi, Ida ndak apa-apa. Ngapunten, ini Ida buatkan teh lagi.”

“Ndak usah Mbak, biar Halwa saja yang buatin.” Aku mengambil pecahan kaca yang sudah dikumpulkan ami dan membawanya ke dapur.

Kusiapkan teh rosella untuk abi dan ami, teh rosela berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah. Selain itu, juga sebagai anti oksidan dan daya tahan tubuh bonusnya khasiat untuk meremajakan kulit. Mungkin ini yang membuat ami terlihat lebih segar dan selalu awet muda meski umurnya sudah di pertengahan kepala lima.

Setelah mengantar teh untuk abi dan ami aku membereskan meja makan dibantu Mbak Ida. Mbak Ida tipe gadis yang tak mau diam. Ia akan mengerjakan apapun selagi pekerjaannya telah selesai. Dia sudah seperti kakak bagiku meski tak sedekat dengan Mbak Hasna karena Mbak Ida selalu sibuk dengan kegiatan di madrasah. Pun tak jarang ia sering menginap panti jompo milik temannya, atau di madrasah membantu beberapa siswa jika kegiatan dan hafalan mereka padat. Sementara aku dan Mbak Hasna akan menyimak hafalan mereka saat mereka menyetor setelah shalat Subuh berjamaah di mushola madrasah.

Madrasah abi tak sebesar pesantren umik dan abah. Madrasah abi khusus untuk anak yatim piatu dan juga anak-anak yang tidak mampu untuk bersekolah. Biasanya jadwal akan digilir jika kegiatan kami begitu padat, karena memang tenaga pengajar tak banyak. Kami mengajar cuma-cuma dengan bayaran tak menentu setiap bulannya. Abi meminta bantuan beberapa ustaz di lingkungan jika memiliki waktu senggang dan juga para yai kenalannya walau hanya bisa mengisi waktu mengajar beberapa hari sekali.

Aku dan Mbak Ida ikut duduk bersama di ruang keluarga.

“Ndak jadi ke rumah Bu Hajjah tha Mi?” tanyaku.

“Sebentar lagi, Dik Halwa ndak ikut tha?”

“Ndak lah, Mi. Mbak Ida di rumah sendiri.”

“Kalau Dik Halwa mau ikut ya ndak papa, Mbak di rumah sendiri ya ndak takut kok,” timpal Mbak Ida.

“Halah nanti nangis,” ledekku.

“Emangnya kamu, baru di tinggal sebentar aja nangis,” cetus Mbak Hasna.

“Mbak itu bukan aku yang nangis, ih.”

“Terus siapa? Hantu?’

“Jiwaku Mbak. Ya Allah, ndak peka banget.”

“Sama aja, cengeng dasar.”

Mbak Hasna melemparku dengan bantal sofa yang ada di sampingnya.

“Halah, nanti kalau Mbak sudah menikah sama Gus Azam, Mbak yang bakalan nangis kangen sama adikmu yang menggemaskan ini.” Kubalas lemparan bantal Mbak Hasna.

“Uhuk-uhuk ....”

Kami menghentikan canda tawa dan fokus kepada Mbak Ida yang tersedak saat minum teh hangat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Kedatangan Ana

    Mendengar penjelasan Mbak Ida aku tak dapat lagi bisa protes. Memang bukan salahnya semuanya karena Guss Azam, ia serakah memulai hubungan dengan kebohongan. Meski Mbak Ida dan Mbak Hasna sama-sama menerima, tetapi itu tidak benar, yang masih kusayangkan kenapa mereka berbohong? Jika mereka saling cinta harusnya mereka jujur sejak dulu.“Ngapunten Mbak, Dik Halwa. Mbak tahu diri, karena orang tua kalian Mbak bisa hidup lebih baik seperti sekarang, karena itu Mbak siap menebus semuanya, kalaupun ada yang harus mengalah itu Mbak,” ucap Mbak Ida lirih.“Mbak, kita udah bahas ini. Kita akan jelaskan perlahan dengan Abi dan Abah. Ndak ada yang berubah,” tungkas Mbak Hasna tak setuju dengan ucapan Mbak Ida.Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mbak Hasna, sebaik-baiknya wanita mereka tetap tidak ingin dimadu, mereka pasti ingin menjalani cinta yang sempurna, tetapi tidak dengan kakakku itu, entah apa yang salah dengannya.“Sekarang sampun jelas, ndak

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    LUKA DAN TABAH

    HASNA POV“Jika sudah takdir, kemanapun kamu pergi ia akan datang. Jika sudah takdir jangankan kilometer, pulau saja akan mudah dilalui untuk memberikan kemenangan pada pertemuan.” Hasna Qaieren Eleanor.Gus Azam, begitulah aku dan adikku Halwa memanggil lelaki tinggi semampai yang selalu memakai sarung dan peci. Baju koko yang selalu digulung hingga ke siku, selalu menyapa dengan senyuman, kumis tipis membuatnya bertambah manis.Lelaki yang menjadi idola santriwati termasuk adikku Halwa, aku tak bohong jika memandangnya saja kita akan terhipnotis. Aku pun menyimpan hati untuknya, tetapi ketika adikku selalu menyebut namanya, bercerita tentang kebaikannya dan sikap santunya aku menyimpan rasa ini sendiri. Tidak mungkin aku akan bersaing dengan adikku meski kami tahu dia pun sudah dijodohkan dengan kami. Tidak hanya Gus Azam, ada Gus Agam yang tak kalah tampan, tetapi sikap mereka berbanding terbalik. Gus Agam pemuda dengan segala kebebasannya. Di

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 2

    IDA POVTiga hari menjelang pernikahan mereka aku menyibukan diri di madrasah, mengalihkan semua panggilan dari Gus Azam, tak ingin menemuinya. Hingga datang hari di mana ia mengucap ijab kabul untuk Hasna, tatapan matanya seolah memohon untuk bicara, tetapi aku mengalihkan pandangan dan memilih pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi mereka telah halal.Hatiku sakit, aku seolah tak percaya dengan semua ini, tetapi ini nyata. Aku tidak bisa berpaling dari kenyataan ini, mau tidak mau aku harus menerima semua ini. Aku menangis seorang diri setiap malam, menahan derita lara ini, hingga aku tahu aku mengandung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sementara abi berniat menjodohkanku dengan seorang pemuda yang ia anggap sangat baik dan pantas untukku. Aku ingin jujur, tetapi takut jika abi akan murka, aku ingin diam tetapi jelas ini akan semakin membuat masalah besar.Kuputuskan untuk pergi dari rumah abi, mengatakan ingin membantu teman di sebuah panti jompo yang butuh bantuan p

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Salahkan Takdir bagian 1

    IDA POV "Cinta hanya tentang bagaimana kamu harus menerima tanpa menyakiti." Ida Humaira.Ingatan itu membawaku dalam sebuah rasa bersalah yang teramat dalam, aku tidak tahu jika kedua orang tua angkatku yang telah membawaku dari kejamnya dunia pinggir jalan kedalam sebuah rumah penuh kenyamanan dan kedamaian akan menjodohkan putrinya dengan lelaki yang telah meminangku. Lelaki yang terang terangan mengatakan suka dan ingin menikah denganku, lelaki anak Kyai pimpinan pesantren. Bagus rupa dan akhlaknya, aku tidak menyangka pria yang kukagumi itu memiliki rasa kepadaku.Semua bermula saat aku sering ikut abi pergi ke pesantren Abah Habib, kami tak sengaja bertemu. Pemuda dengan panggilan Gus Azam, lelaki yang membantuku menghafal Al-Qur'an, lelaki yang selalu tersenyum kepadaku. Lama kami menyimpan rasa. Sempat abi melarang aku untuk ikut dengannya dan lebih fokus ke pelajaran madrasah, tetapi aku menolak aku tetap ingin membantu di pesantren Abah Habib, meski hanya sekedar membantu m

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Jangan Bertahan Dalam Lara

    Pagi ini aku berniat pergi ke rumah abi, sebelum itu kusempatkan untuk menemui Mbak Hasna mengingat ucapan Agam semalam setidaknya aku akan mendengarkan alasannya tetap diam meski tahu ia telah dikhianati oleh Gus Azam. Baru saja hendak beranjak dari gazebo tempat aku duduk, Mbak Ida datang mendorong kursi roda Mbak Hasna. Aku diam mematung menatap keduanya, apa umik tahu tentang mereka, kenapa Mbak Ida dengan sesuka hati bisa datang ke sini? Apa di madrasah tidak sedang sibuk?“Dik,” panggil Mbak Hasna lirih.Aku menghampirinya, berlutut di depannya agar tinggi lebih rendah.“Apapun keputusan Mbak Hasna, Halwa selalu ada untuk Mbak. Jangan takut.” Kupegang tangan Mbak Hasna, dan sejenak menatap Mbak Ida yang terus menunduk.“Ngapunten Dik Halwa,” ucap Mbak Ida lirih. Aku tak menghiraukanya, bahkan tak sedikit pun berniat untuk menjawab ucapannya. Kuambil kursi roda dari tangan Mbak Ida dan membawa Mbak Hasna menjauh darinya. Meninggalkan Mbak Ida yang masih berdiri tak protes.“Dik

  • Wanita Lain Di Hati Suamiku    Perjanjian Agung

    “Ngapunten Gus, bagi Halwa sepuluh ribu itu sampun cukup. Halwa bukan wanita yang sempurna akhlaknya, Halwa bukan menantu yang bisa segalanya. Halwa sangat bersyukur bisa mendapat mertua seperti Umik, yang menerima Halwa dengan baik, menyayangi Halwa selayaknya putrinya sendiri. Memberikan kepercayaan besar saat Halwa ndak bisa menahan tangis. Apa pantas Halwa minta lebih dari sepuluh ribu lha wong Halwa saja masih banyak kurangnya.” Aku menghela nafas, sementara Agam masih setia di depanku menunggu aku kembali mengungkap alasan meminta mahar yang terbilang sedikit itu. “Lebih dari itu Halwa hanya ingin menjadi wanita yang diingat tak pernah meminta mahar neko-neko, karena syarat utama dari mahar pernikahan sebenarnya adalah mahar yang tidak memberatkan. Dalam hadis riwayat Ahmad Al-Hakim dan Al-Baihaqi 'Wanita yang paling besar berkahnya adalah wanita yang paling mudah (murah) maharnya.' Itu menyiratkan bahwa wanita yang berhak meminta mahar sebaiknya minta mahar pernikahan yang mer

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status