Tepat setelah memasuki kamarnya, Lety mendengar suara mobil Papanya memasuki halaman rumah. Dia mengintip dari gorden jendela kamarnya, dan melihat Papanya turun dari mobil. Gegas Ia keluar dari kamar dan berlari ke depan menyambut Sang Papa tercinta. Saat Dewa membuka pintu, Lety tersenyum dengan manis ke arahnya dan merentangkan tangannya seolah minta dipeluk."Sayang, tumben sekali Kau menyambut kepulangan Papa." Dewa mendekati Putrinya, dan memeluk Lety dengan hangat."Biasanya Kau selalu mengurung diri di kamar Sayang. Apa Kau sedang habagia?" Lety cuma mengangguk sebagai pertanda bahwa Ia memang sedang bahagia."Ada apa? Apa yang membuatmu bisa sebahagia ini dan tersenyum manis." Dewa mencium pipi Putrinya dan membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang."Baumu asem Sayang, apa kau belum mandi?" Lety mengangguk dan membaui tubuhnya sendiri. Memang benar bajunya agak lembab dan berbau tanah, karena memang tadi Ia habis dari Taman belakang."Kalo begitu, mandilah dulu. Panggil Bi
"Anika, ini makanan untuk Nona kecil. Dia ada di kamarnya.""Baik Bi, sini biar Aku yang suapin Nona."Tanpa banyak bicara, Anika membawa nampan makanan ke dalam kamar Lety."Nona, ini Saya bawa makan malam untuk Nona Kecil." Selesai mengabarkan kedatangannya, Anika mendorong pintu dan segera masuk. Ia melihat Nona kecil sedang terbaring menelungkup di ranjangnya.Anika mendekat, dan menaruh makanan di meja."Sayang, Nona kecilku yang cantik, kenapa menangis?"Lety berbalik, dan saat melihat Anika Ia langsung memeluk tubuh pelayannya itu."Sstt Nona, jangan seperti ini. Nanti ada yang lihat. Aku belum menutup pintunya." bisik Anika pelan didekat telinga gadis kecil itu."Kalo begitu, tutup dan kunci dulu pintunya Kak." Lety mendongak dan menghapus sisa air matanya, sedangkan Anika segera menutup pintu dengan rapat dan menguncinya."Aman sekarang. Ada apa denganmu Lety?" Dengan penuh kasih sayang, Anika membelai rambut Lety."Aku lagi sebel sama Papa Kak. Malam ini Dia akan keluar ber
"Tenanglah tak ada yang serius dengan Lety. Ayo masuklah nanti Aku jelaskan padamu di dalam."dengan tenang Dna menjawabnya."Benarkah? Lalu apa penyebab sakitnya putriku?"Dewa duduk di dekat putrinya yang sedang terbaring. Sedangkan Dina duduk di kursi dekat ranjang Lety."Secara fisik, Lety mungkin nampak sehat. Tapi di dalam jiwanya, sebenarnya Dia lemah dan tak memiliki semangat. Pikirannya stress karena Kau terlalu mengekangnya atau bahkan sering melihatmu marah - marah tak jelas.""Maksudmu?""Dia cuma butuh teman, cobalah untuk tidak terlalu membatasi geraknya. Biarkan Dia bermain apa yang Dia suka di rumah ini, yang penting diawasi. Jangan dikurung di dalam kamar terus - terusan. Kalo bisa, daftarkan Dia ke Taman kanak -kanak biar dapat teman banyak." Dina menciba memberi pengertian pada Dewa.Ia sudah sangat hafal dengan perangai pria itu, karena Mereka berteman sudah sangat lama."Membiarkannya rerlalu bebas seperti itu apa justru tidak membahayakan dirinya ya Din. Aku takut
"Benarkah? Kau serius Honey?""Tentu saja Sayang Aku serius. Yang penting Kamu jangan ngambek lagi ya.""Okey Sayang, eemmuuaacchh." Saking girangnya Lucy langsung menciumi Dewa berkali - kali. Dewa pun membalasnya dengan pagutan di bibir sexy Sang Sekretatis. Pagi yang dingin dan ruangan ber AC seketika menjadi panas karena aktivitas pagi mereka yang cukup hot. Dewa yang sudah mulai terbakar gairah, kini tangannya telah bergerak melakukan remasan pada dada montok Sekretarisnya."Aahhh Honey, ingat Kita sedang di kantor Sayang.""Tenang Sayang, pintunya sudah Aku kunci. Jadi aman. Ayolah Sayang, sebentar saja puaskan dahagaku ya.""Kau ini nakal sekali Honey," Dua insan yang sudah dibutakan oleh gairah terlarang itupun menuntaskan segala hasratnya. Bahkan tak peduli kalo Mereka sedang berada di mana, yang penting bisa memuaskan birahinya masing-masing."Aaacccchhhh," Keduanya melenguh panjang, merasakan sensasi kenikmatan dunia yang paling indah. Mereka nampak terkulai sehabis pelep
Sementara itu, Erfan sangat sedih menerima berita bahwa Anika ternyata telah di bawa ke Kota untuk dijadikan sebagai jaminan Hutang paman dan Bibinya kepada seorang Tuan besar di Kota. Pupus sudah harapannya untuk bertemu dengan Adik satu - satunya.Orang suruhannya yang telah kembali dan mengabarkan bahwa Anika sudah tidak bersama dengan Paman dan Bibinya. Maka, Erfan memutuskan bahwa Dia sendirilah yang akan datang ke Indonesia dan mencari Sang Adik yang telah dibawa ke jakarta."Coba ceritakan padaku bagaimana bisa Adikku tidak ada di sana?"Mata Erfan berkaca - kaca mengingat akan nasib Adiknya itu. Dari kecil mereka sudah menderita karena sering mendapat perlakuan yang tidak pantas."Kami terlambat Bos. Saat Bos mengutus kami ke sana, ternyata Adik Bos sudah di bawa ke Jakarta." ucap kedua anak buahnya itu. Erfan terdiam, dan menahan segala sesak didadanya."Untuk apa mereka membawa Adikku ke Jakarta? Ya Tuhan, semoga saja engkau selalu melindungi Adikku di manapun Dia berada."gu
Kalian benar - benar jahat. Manusia tak punya hati. Tega sekali kalian menjerumuskan Anika kepada Juragan Jarwo Si Tua bangka itu." Erfan menahan geram, giginya nampak gemeretuk."Kami sudah mengatakan yang sebenarnya, sekarang berikan uang itu pada kami. Kalo kau ingin menemuinya, datang saja ke sana.!""Dengar Bi, Aku masih menghormati kalian karrna bagaimanapun juga masih kerabatku. Tapi ingat Bi, jika ada sesuatu yang terjadi dengan Adikku di sana, maka Aku akan kembali ke sini dan membuat perhitungan dengan Kalian berdua!"Mendengar ancaman Erfan yang bernada ancaman keras itu, nyali Paman dan Bibinya jadi ciut juga."Maafkan Kami Fan, Kami tidak ada jalan lain waktu itu. Karena tidak bisa melunasi hutang Kami pada Juragan Jarwo, jadi terpaksa Anika dijadikan sebagai jaminannya."Dengan suara bergetar, Pamannya berusahab menjelaskan ada Erfan."Sudah Bos, Ayo pergi saja dari sini. Atau sebelum pergi, Kita hajar dulu mereka, bagaimana ha ha ha." Anak buah Erfan jadi tambah tidak s
Lety segera masuk mobil, dan duduk di samping Papanya. Sedangkan Anika duduk di kursi belakang. Dari atas spion yang ada diatas kepalanya itu, Dewa melirik penampilan Anika yang tak memakai baju pelayan. Dalam hati Ia mengagumi tentang perubahan diri Anika bahkan sempat berbisik dalam hatinya kalo Anika kini terlihat sangat manis.Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, Lety dan Papanya selalu tersenyum."Kau senang Sayang?" tanya Dewa pada putri semata wayangnya itu. Dan Lety pun mengangguk."Sebentar lagi Kit sampai di pantai, mudah- mudahan gak kena macet dech." Dwwa berkata lagi sambil mengelus kepala Lety. Anika hanya diam saja, cukup mendengarkan Dewa dan putri kecilnya. Tentu saja Ia tak berani berkomentar apapun, nanti dikiranya sok tahu dan sok akrab. Bisa diomelin sama Tuannya itu."Hey, Kau kenapa sejak tadi cuma diam?""Maaf Tuan Saya tak berani menyela Kalian. Lebih baik Saya diam kalo tidak ditanya." jawab Anika dengan menundukkan mukanya.Dari spion Dewa bisa melihat sem
Dalam perjalanan pulang, Dewa hanya diam seribu bahasa. Wajahnya masih nampak menunjukkan emosinya. Lety mengerti jika Papanya seperti itu, pasti telah terjadi sesuatu yang membuat sikapnya langsung berubah.Sampai di rumah pun, Dewa langsung masuk ke kamarnya. Ia langsung meninggalkan Lety dan Anika di mobil."Ada apa dengan Papamu Lery?""Mungkin terjadi sesuatu sama Papa Kak. Aku juga tidak tahu.""Ya sudah, sana Kamu masuk dulu. Biar Kakak yang membawakan tasnya ya.""Baik Kak. Aku masuk dulu ke kamar."Bi Ijah pun menyambut ke depan dan bermaksud akan membantu Anika."Lho kok sudah pulang. Katanya mau jalan - jalan ke Mall juga.""Entahlah Bi. Tadi cuma main di pantai aja, dari sana langsung pulang. Gak kemana- mana lagi.""Memangnya Nona kecil yang minta pulang ya?""Bukan Bi. Tapi Tuan.Semenjak perjalanan pulang, Tuan tak berbicara sedikitpun. Raut mukanya berubah, kaya orang lagi sedih atau tertekan gitu lah.""Memangnya apa yang sudah terjadi di sana?""Ih Si Bibi, nanya - n