Beranda / Romansa / Wanita Penakluk Sang Mafia / Bab 3. Siapa Yang Berkuasa?

Share

Bab 3. Siapa Yang Berkuasa?

Penulis: Gadis Nakal
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-19 16:34:56

“Buka matamu, Amber.” Serangan kasar sang lelaki tak meninggalkan ruang bagi Amber yang kini berada tepat di depan cermin besar untuk menjawab. Dia hanya bisa memberikan balasan melalui lenguhan dan desahan selagi menyerahkan diri sepenuhnya untuk lelaki yang terus menggerayangi tubuhnya

Desakan dari Dominic memaksa Amber untuk membuka mata. Netranya disambut oleh pantulan tubuhnya yang berada di bawah kungkungan pria tersebut. Terlihat Dominic menarik kedua tangan rampingnya dan menahannya dari belakang, membuat Amber tak bisa berkutik.

“Mengapa dirimu yang menikmati ini, Amber? Tidakkah memuaskan tamu adalah tugasmu, bukan tugasku?” Dominic bertanya dengan seringai licik di wajah tampannya. Amber tahu lelaki ini hanya menggodanya, dan itu menunjukkan bahwa dirinya telah kalah telak dalam pergumulan keduanya.

‘Sial!’

Sejujurnya, Amber merasa harga dirinya tersakiti. Selama ini, dirinya selalu melayani klien-kliennya dengan kuasa. Namun entah apa yang merasuki dirinya, kali ini dia benar-benar tersihir di bawah sentuhan dari sosok Dominic Grey.

Malu dengan kekalahannya yang tertampang jelas di cermin, Amber ingin menutup matanya kembali. Akan tetapi, ego menguasai dirinya.

Dengan lincah, kaki Amber melilit kaki Dominic. Dalam hitungan detik, dia membalikkan keadaan dan berkuasa di atas pria itu.

Keterkejutan yang terpampang di wajah pria tersebut membuat Amber memasang wajah penuh kemenangan. Dia mendekatkan diri kepada Dominic dan mulai menggigit gemas bibir pria itu.

“Di tempat tidur, hanya aku yang boleh berkuasa, Dominic.”

...

Entah berapa lama mereka melakukannya, tapi yang jelas Amber harus mengakui bahwa dia kehilangan rasa pada kakinya. Dia yang berbaring berlapis selimut tebal hotel itu sekarang sedang menikmati sentuhan jari-jari milik pria yang berada di sisinya.

Setelah yakin kekuatannya telah kembali–juga khawatir akan menyesali suatu hal yang lain–Amber memutuskan untuk bangkit meninggalkan tempat tidur. Namun, belum sempat dia menginjakkan kaki ke lantai, sebuah lengan kekar melingkar di pinggangnya dan menarik tubuh wanita itu kembali ke ranjang.

“Aku belum mengizinkan kamu pergi,” ujar Dominic, menyematkan kuasa dalam nada bicaranya. Bibirnya sekarang menyapu pundak Amber yang mulus.

“Satu janji temu, satu kali kepuasan, itu aturannya, Tuan Dominic.” Amber melepaskan cengkeraman pria itu dari pinggangnya dan kembali berusaha berdiri. Namun, Dominic malah memasang wajah dingin dan menariknya kasar ke dalam pelukan. “Tuan Dominic!” teriak Amber.

“Tidak ada yang pernah menolakku,” ujar Dominic di telinga Amber, memeluk wanita itu dari belakang.

Merasakan jari-jari pria itu menyusuri beberapa bagian tubuhnya, tubuh Amber bergidik, merasakan nafsu kembali berkumpul di inti tubuhnya. “Kalau begitu, aku akan menerima kehormatan untuk menjadi yang pertama,” balasnya ketus.

Getaran rendah yang dihasilkan akibat tawa sang pria membuat Amber mengerjapkan mata, merasa dirinya diremehkan. “Tetap di sini,” Dominic mengulangi titahnya.

Perintah itu serta kecupan-kecupan yang diberikan oleh Dominic di punggungnya membuat isi kepala Amber penuh dengan dilema. Dia tidak pernah sekalipun berlama-lama dengan klien. Satu kali bercinta, Amber biasanya langsung memaksa klien manapun untuk pergi, tak peduli seberapa menarik tawarannya.

‘Tidak ada bedanya dirimu dengan pria lain, Dominic …,’ batin Amber. Walau hatinya memaki pria itu, tapi tubuhnya seakan larut di dalam segala sentuhan yang diberikan oleh Dominic.

“Tidak perlu bercinta, temani dan bicaralah denganku,” ucap Dominic, membuat Amber mengerutkan keningnya, tidak menduga permintaan semacam itu akan lolos dari bibir tipis pria tersebut.

“Bicara?”

“Ya, bicara. Dan aku akan membayar dua kali lipat untuk itu,” jelas Dominic seraya menatap ekspresi wajah Amber yang terlihat tak percaya.

Jawaban Dominic yang terdengar tegas, ditambah dengan tawaran yang menarik, membuat Amber merasa tergugah. Lagi pula, Dominic hanya meminta wanita itu untuk berbincang dengannya. Tidak ada yang salah, dan dia tidak menyalahi aturan … bukan?

Sebuah senyuman manis terpasang di wajah Amber. “Tanpa sentuhan dan percintaan,” Amber mengutarakan syaratnya, diikuti dengan anggukan kepala Dominic yang langsung menjauhkan diri dari wanita itu.

Di luar dugaan, Amber membalikkan tubuh dan menempelkan diri pada dada Dominic. Pria itu menaikkan alis dan bertanya, “Ini yang dimaksud tanpa sentuhan dan percintaan?” Ada godaan dari nada bicara pria tersebut.

“Kecuali aku yang memulainya,” balas Amber, mendapatkan senyuman nakal dan menggoda dari pria di hadapannya.

Amber tahu bahwa apa yang dia tawarkan bisa jadi sebuah permainan yang berbahaya. Namun, siapa yang tahan untuk tidak menyentuh lelaki itu dengan segala miliknya yang … menggiurkan?

Di luar ekspektasi Amber yang mengira “berbincang” hanyalah akal bulus seorang Dominic yang manipulatif, ternyata pria itu sungguh tidak menyentuhnya dan hanya berbicara. Pembicaraannya yang serius membuat Amber gemas, menahan gairah yang muncul di sekujur tubuhnya. “Kurasa kedudukanku sebagai CEO dan penerus perusahaan Grey tidak mencapai telingamu.”

“Aku tidak begitu peduli dengan dunia bisnis dan segala dramanya,” balas Amber yang sibuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk menyusuri dada pria di hadapannya. “Aku hanya menginginkan uang,” imbuhnya seraya menghembuskan napas menggoda di leher Dominic. “Dan tentu kepuasan.”

Sejauh ini, Amber tetap berusaha menjadi pendengar yang baik untuk Dominic. Dia berharap bisa mendapatkan informasi penting dari mulut sang lelaki yang mungkin akan berguna untuknya di kemudian hari.

“Bagaimana denganmu?” Dominic berujar, kali ini tangannya mengangkat dagu Amber untuk menatapnya dalam. Tidak ada yang sensual dari gerakannya, tapi tatapan pria itu membuat tekad wanita itu sedikit goyah. “Kenapa kamu berakhir di sini?”

Manik kuning keemasan Amber terarah pada bibir Dominic yang menggoda. “Terlalu panjang untuk diceritakan.”

“Aku ingin mendengarnya.”

Sebuah dengusan terlepas dari sisi Amber. Dia tidak percaya lelaki di hadapannya ini tertarik untuk mendengarkan kisah hidup orang lain. “Intinya, ini semua untuk bertahan hidup.”

“Teman?”

“Tidak ada.”

“Saudara?”

“Tidak punya.”

“Orang tua?”

Detik itu juga, keheningan menyelimuti ruangan tersebut.

Dominic merasa dirinya telah menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya ditanyakan. Namun, ekspresi yang ditampakkan wanita itu membuat dirinya merasa terpancing untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut. “Amber?” panggilnya, menyadarkan Amber dari lamunannya.

Amber hanya bisa tertawa palsu, menutupi rasa perih dan benci yang muncul di dalam hatinya. “Tidak punya ….”

“Tidak ada yang tidak memiliki orang tua.”

Pandangan Amber terangkat, menatap Dominic dengan tajam, dan dia pun berkata, “Bisa jadi aku yang pertama, Tuan Dominic.”

Tak ingin memberikan informasi terlalu banyak kepada pria itu, Amber menekan Dominic ke ranjang dan menaiki tubuh pria itu. “Sepertinya, ada hal lain yang lebih menarik untuk ‘dibicarakan’, bukan begitu?”

Tangan kekar pria itu menyusup ke dalam selimut, menyusuri ujung kaki hingga pangkal paha Amber, membuat wanita itu tak mampu menahan sebuah lenguhan untuk kabur dari bibirnya yang ranum. “Kalau tidak salah kuingat, kamu mengatakan ‘tidak ada sentuhan dan percintaan’?”

Amber memberikan senyumannya yang menggiurkan. “Kecuali aku yang memulai, ingat?”

Kedua orang itu pun kembali bergumul di tempat tidur, mengesampingkan segala niat untuk berbincang. Desahan dan lenguhan memenuhi ruangan, menutupi kesadaran.

Namun, di balik ekspresi penuh kenikmatan yang dia tampakkan, sesuatu kembali menghantui benak Amber. “Tidak ada yang tidak memiliki orang tua,” Apakah ayah yang membuang anaknya sendiri bisa dibilang sebagai orang tua

“Memalukan!” Teriakan seorang pria paruh baya dalam ingatannya membuat tubuh wanita itu menggigil. “Pergi dari sini dan jangan tunjukkan wajahmu lagi!’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
jangan Sampek si amber main hati sama dom ,jangan pake perasaan ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 28. Dominic Dan Gengsinya

    Pembicaraan semalam berupa bumbu permintaan maaf Dominic pada Amber diacuhkan oleh wanita itu. Dia sedang tidak ingin memberikan hati pada Dominic.Amber bangkit turun dari tempat tidur, setelah semalaman beristirahat dia merasa tubuhnya menjadi sedikit lebih baik. Dia sempat berpikir, Dominic benar-benar ingin membunuh dirinya dengan membuat mati kelelahan saat bercinta dengan pria itu.Baru saja dia hendak bergerak keluar dari dalam kamar, dia mendengar suara getaran ponsel miliknya di dalam laci nakas.Amber tidak tahu, apakah Will ada menghubunginya atau tidak. Dilihatnya, tidak ada siapa pun di dalam ruangan yang bisa menjadi tempat memadu kasih antara dirinya dan Dominic.Tiba-tiba pintu terbuka, Dominic masuk membawakan satu nampan berisi bubur hangat untuk Amber.“Kamu sudah bangun, makanlah ini,” kata Dominic, berusaha menebus kesalahannya semalam pada Amber.“Hm, ya. Kamu tidak menaruh racun kan di dalam bubur itu?”“Ya Tuhan, apakah di dalam pikiranmu ... aku sama jahatnya

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 27. Kehangatan Dominic

    Dominic mengguncang pelan tubuh Amber, kepala wanita itu terkulai lemah, kedua mata menutup erat, membuat Dominic panik seketika.“Sayang ... bangun, jangan bercanda,” ucap Dominic, seraya mendekatkan bibirnya di telinga Amber.Beberapa menit Dominic mencoba membuat Amber sadarkan diri, tetapi usahanya sia-sia. Wanita itu benar-benar tidak bergerak sedikit pun. Dominic bergegas melompat turun dari tempat tidur dan mengenakan celana panjang, lalu dengan tergesa mengangkat tubuh Amber, menutupi dengan kemeja dan jas miliknya.Dengan bertelanjang dada, dan membawa tubuh Amber dalam dekapannya, dia melompati beberapa anak tangga sekaligus dan membuka pintu ruang rahasia miliknya.Saat hendak kembali ke dalam kamar, Dominic berpapasan dengan Hans, pria paruh baya itu terkejut melihat Amber yang tidak sadarkan diri di dalam dekapan Dominic.“Ada apa, Tuan?”“Hans, bawakan aku minyak angin, dan alat pengompres. Jangan menatap Amber terlalu lama,” perintahnya.“Baik, saya akan ambilkan. Mung

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 26. Aku Membencimu

    “No! Kamu gila, aku ini istrimu bukan—“Dominic menutup mulut Amber menggunakan penutup mulut berwarna hitam dengan aksesoris bola di bagian depan yang sudah disiapkannya, membuat Amber tak bisa terus menerus mengoceh padanya. Mulut Amber sedikit menganga karena bola kecil sialan.“Ehmph!” Kedua mata Amber memelototi Dominic, merasa kesal karena pria itu semakin semaunya memperlakukan dirinya.Dominic tertawa melihat wajah Amber kini terlihat panik saat dia mengarahkan lilin yang menyala ke arah tubuh istrinya.“Jangan terlalu tegang, Amber. Lilin ini bersuhu rendah, kamu tidak akan merasa sakit sedikit pun, justru ... kamu akan menyukainya,” kata Dominic. Amber meronta mencoba menarik kedua tangannya, menciptakan bunyi derit pada tubuh tempat tidur dari besi tersebut.“Huh!” Sial! Dia ingin berteriak, mengumpat, memaki, kalau perlu meludahi pria gila yang menjadi suaminya itu.Dominic mengusap wajah Amber, lalu mengecup pipi istrinya dengan lembut, sesuatu yang jarang dilakukan Domin

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 25. Desahkan Namaku, Amber ….

    Dominic mengeluarkan cambuk dan menggunakan ujungnya untuk menelusuri setiap lekuk tubuh Amber. Diangkatnya cambuk ke udara, lalu mendarat sempurna pada punggung mulus Amber, menciptakan bunyi yang cukup nyaring di dalam ruangan tersebut.“Akh!” pekik Amber.“Kenapa kamu ingin membunuhku?” tanya Dominic.Amber menggeleng, dia berusaha untuk menyangkal, tidak ingin membuat Dominic menjadi jauh lebih kejam dari yang sekarang. Dia harus memutar otak untuk memberi jawaban pada pria itu. Merasa bukan itu jawaban yang diinginkannya. Dominic kembali memberikan satu pecutan pada Amber, kali ini mengarah pada bagian bokong wanita itu.“Ssh! Dominic!” Amber memekik sekali lagi, rasanya perih.“Jawab aku, Sayang.”“Aku tidak mengerti maksudmu,” jawab Amber. Rasa dingin dari suhu di dalam ruangan, kini mulai menggerogoti tubuh Amber, merayap masuk ke sela pori-pori halus tubuh telanjang Amber.“Jangan berpura-pura, kamu pikir ... aku tidak mengetahui apa pun? Daging merah yang kamu masak untukku,

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 24. Blind Taste

    “Aku mohon ... aku ingin menyentuhmu, merasakan rasanya bercinta seperti orang normal,” lirih Amber. Wajahnya tidak lagi bisa berbohong jika saat ini dia pun sangat menginginkan sentuhan-sentuhan nakal dan liar Dominic.Dominic menarik kedua tangan Amber yang telah diikatnya ke belakang dengan dasi, dia akan menunjukkan sesuatu pada Amber.“Aku akan menunjukkan sesuatu padamu yang lebih menegangkan dari sebelumnya, Sayang. Bagaimana?”Rasanya tubuh Amber benar-benar lemas kehilangan tenaga. Entah apa lagi yang ingin ditunjukkan Dominic padanya, ini hari ke sembilan dia hidup serumah bersama Dominic, awalnya Amber mengira ... dia mampu menguasai Dominic, tapi sampai detik ini, Amber selalu tidak bisa membuat Dominic kalah dengan rengekan dan juga rayuan dari mulutnya yang manis.“Jangan terlalu kasar, Dom! Kedua tanganku kamu tarik dengan paksa, sakit!” pekik Amber yang kelihatan tidak berdaya, bahkan untuk melawan sedikit pun dia tidak memiliki ruang gerak.“Sebelumnya ... aku tidak m

  • Wanita Penakluk Sang Mafia   Bab 23. Let Me Taste You, Baby

    Benar saja, mobil Dominic memang sudah berada di garasi lebih dulu dari Amber, berarti pria itu tidak hanya sekadar membual dengan mengatakan dia sudah berada di rumah dan menunggu kedatangan Amber.Perlahan wanita itu membuka pintu, lalu menjulurkan kepalanya ke dalam, dia tidak ingin tiba-tiba Dominic menyergapnya secara tiba-tiba seperti beberapa hari yang lalu. Amber melangkah masuk dengan langkahnya yang teratur, lalu melihat seorang kepala pelayan ada di sana.“Hans, di mana tuanmu berada?” tanya Amber.“Tuan Muda berada di ruang kerja, tadi saat dia pulang, dia menanyakan pada saya mengenai Nyonya Muda. Saya mengatakan, jika Nyonya pergi keluar,” jawab Hans apa adanya tanpa melebih-lebihnya kata-katanya.“Baiklah, aku akan ke sana menemuinya. Dia tidak ada membicarakan hal lain?”“Tidak ada, Nyonya.” Hans pun tidak banyak bicara, setelah tahu Amber berhenti bertanya, dia pun menyingkir dari hadapan Amber. Wanita itu pun mendengus pelan, dia tahu, jika dia menghampiri Dominic, m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status