Share

BAB 5 | Pembebasan Bersyarat

"Tidak mau!" jerit Geisha. Gadis itu lantas memekik saat pria bertubuh tinggi besar itu merengkuh tubuhnya dan mulai menciumi pundaknya.

"Sayang sekali. Ada bekas kissmark lain di tubuhmu. Tapi tidak masalah. Aku bisa menggantinya nanti." Pria dewasa berusia empat puluh lima tahunan itu berucap dengan suara beratnya.

"Jangan, Tuan. Aku ... berjanji akan melunasinya," ucap Geisha dengan suara bergetar. Seluruh tubuhnya bergemetar sebab ketakutan.

Bayangan tentang kegiatan semalam bersama Ganesha kembali menghampiri ingatannya. Sakit di bagian bawah tubuhnya masih terasa begitu ngilu setiap ia berjalan atau berlari. Tidak mungkin jika pria dewasa ini akan memaksa dirinya kembali seperti yang dilakukan Ganesha semalam.

"Kau sama seperti orang tuamu. Hanya berjanji, tanpa memberi bukti nyata," ucap pria itu dengan nada sinis. Ia lantas meraih sisi wajah Geisha. Menangkup pipi gadis itu dengan tangan besarnya. Geisha terlihat begitu mungil di hadapan pria bertubuh kekar itu.

"Aku baru saja di-drop out dari kampus karena tidak bisa melunasi tunggakan biayanya." Geisha mulai terisak lemah dengan seluruh tubuh, termasuk suaranya yang bergemetar hebat. "Tolong, beri aku waktu."

Pria itu menatap Geisha dengan sepasang matanya yang setajam elang, juga sepasang alis tebal yang hampir tertaut. Rahang tegas itu terlihat mengeras saat menatap tubuh gadis yang menangis di hadapannya tersebut.

Geisha menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan isakannya. Ia seperti berhadapan dengan seorang raksasa yang bersiap meremukkan tubuhnya saat ini. Sepertinya, takdir sedang tidak berpihak kepadanya sejak kemarin.

"Satu malam denganku, lalu hutangmu lunas," putus pria tadi.

Geisha menggeleng cepat. "Tidak! Jangan!" Ia menjerit kala kedua pria yang sejak tadi masih berdiri di belakangnya itu kembali menyeret tubuhnya untuk masuk ke dalam sebuah ruang yang ada di dalam bangunan mewah tersebut.

"Jangan lakukan ini! Aku berjanji akan melunasinya! Tuan! Tuan!" Geisha berteriak sembari menggedor pintu di hadapannya yang terkunci rapat.

"Aku pasti akan melunasinya! Percayalah padaku! Aku berjanji!" Geisha menangis histeris kala teriakannya sama sekali tidak membuahkan hasil.

Hari semakin malam. Ia sadar bahwa di luar hujan deras, terlihat dari kaca jendela yang ada di dalam kamar tersebut. Gadis itu berbaring lemah di atas ranjang. Dua hari belum makan, bahkan air pun sama sekali belum menyapa tenggorakannya. Ia sungguh lemas dan tak berdaya.

Geisha bahkan tak bereaksi sama sekali ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Ia terlalu lemah meski sekedar menggerakkan kepalanya untuk menoleh. Namun, gadis itu bisa melihat dengan jelas, siapa yang baru saja masuk ke dalam kamar ini.

"Bagus sekali. Kau sudah bersiap di atas ranjang." Tuan Black adalah rentenir kejam yang berurusan dengan Geisha selama setahun terakhir ini, terutama setelah meninggalnya ayah dan ibu gadis itu.

Geisha menjadi satu-satunya orang yang harus menanggung hutang kedua orang tuanya. Setiap saat, ia harus bersiap untuk berhadapan dengan para penagih hutang. Mulai dari berkelit, melarikan diri, hingga bersembunyi. Semua usaha telah ia lakukan. Tapi, sepertinya ini adalah akhir dari kisah hidup menyedihkannya yang terlilit hutang.

"Aku sangat tidak bertenaga. Bisa Tuan memberiku makan? Setelah itu, aku akan melayani Tuan dengan baik," pinta Geisha dengan wajahnya yang pucat pasi.

Tuan Black mendecih pelan. Ia lantas kembali turun dari atas ranjang. Apa yang dikatakan Geisha ada benarnya juga. Sepertinya, gadis itu membutuhkan waktu untuk membersihkan diri dan mengisi tenaga.

Tuan Black meminta beberapa pelayan mansion untuk melayani Geisha layaknya seorang ratu. Gadis itu diberi makanan lezat, minuman menyegarkan, serta dipersilakan untuk mandi. Kemudian, mereka juga memberikan sebuah gaun malam yang indah dan seksi untuk dikenakan oleh Geisha.

"Sudah siap?" tanya Tuan Black begitu ia kembali ke dalam kamar tersebut. Ia memerhatikan Geisha dengan saksama. Penampilan gadis itu dengan cepat membuat gairah kelelakiannya bangkit.

Geisha meneguk ludahnya dengan kasar ketika pria itu mendekatinya, kemudian menyudutkannya hingga ia terbaring di atas ranjang.

Tuan Black menyeringai. Ia lantas bergerak menindih tubuh gadis itu, lalu menatap wajah Geisha yang bersemu merah. "Kau cukup cantik untuk hitungan orang miskin."

Pria itu mendekatkan wajahnya dengan Geisha. Perlahan, jarak antara keduanya mulai terkikis. Ia sudah tergoda oleh bibir merah Geisha sejak gadis itu sampai kemari sore tadi.

BRAK!

Tiba-tiba saja, terdengar sebuah suara gaduh, berasal dari pintu yang ditendang oleh seseorang. Bahkan, pintu itu terlihat rusak pada gagangnya.

Seorang pria terlihat berdiri di sana. Ia menatap nyalang ke arah ranjang, di mana seorang pria menindih Geisha.

"Dia milikku!" tegas pria itu sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan. Ia lantas mendekat ke arah Geisha yang semula masih berada dalam kungkungan Tuan Black.

Tuan Black menegakkan tubuhnya, kemudian tersenyum sinis. Terkesan meremehkan pria muda yang baru saja datang dan menatapnya seolah menantang. "Dia berhutang padaku."

"Aku akan membayarnya! Aku yang akan melunasi hutangnya!" Ganesha memberi penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.

Tuan Black mendecih pelan. "Pemuda sepertimu tidak akan sanggup membayar hutang orang tuanya yang sudah menggunung."

Ganesha lantas mengeluarkan sebuah cek bernominal fantastis dengan nama penerima yang belum terisi. Lalu, ia menyerahkannya kepada Tuan Black.

Ketika akhirnya Ganesha kembali menatap Tuan Black, dengan suara dingin, ia mengatakan, "Lima ratus juta, dan jangan pernah menemui gadis ini lagi."

Tuan Black memeriksa keabsahan dari selembar cek tersebut. Kemudian, sebuah seringai tercipta di salah satu sudut bibirnya kala mendapati bahwa cek tersebut asli. Ia hanya perlu membubuhkan namanya pada kolom penerima. "Tapi, aku sudah telanjur menginginkannya."

Ganesha dengan sigap menarik tangan Geisha untuk bangun. Kemudian, ia membawa gadis itu untuk bersembunyi di balik punggung lebarnya.

Pria muda itu pun menoleh ke belakang. Ia menatap Geisha dengan tatapan menuntut, sementara gadis itu masih bergemetar dan meremas ujung pakaian Ganesha dengan ketakutan. Pria itu tidak merasa ia perlu memberikan penjelasan apa pun. "Dia sudah membuat perjanjian denganku. Gadis ini sepenuhnya menjadi milikku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status