Share

BAB 6 | Demam

Ganesha membawa Geisha keluar dari mansion. Di luar hujan deras. Ia memerhatikan tubuh gadis yang hanya terbalut sebuah gaun malam seksi tersebut. Gadis itu bergemetar. Mungkin Geisha merasa kedinginan. Jadi, Ganesha memutuskan untuk melepaskan jas yang dikenakannya, kemudian memakaikannya pada gadis itu.

Geisha terkejut menerima perlakuan Ganesha. Ia menatap pria itu dengan ekspresi wajah yang lugu.

"Di luar hujan deras. Kau bisa sakit jika hanya memakai pakaian seperti ini," ucap Ganesha yang seakan mengerti dengan maksud tatapan gadis itu.

Pria itu lantas menuntun tubuh Geisha untuk masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan. Setelah itu, ia sendiri menyusul masuk melalui pintu seberang.

"Lukamu harus diobati. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar Ganesha seraya menyalakan mesin mobilnya.

"Tidak perlu," sahut Geisha. Ia merasa tidak nyaman bila harus pergi ke rumah sakit hanya dengan pakaian seperti ini. "Hanya luka kecil. Akan sembuh dengan sendirinya."

"Baiklah. Terserah kau saja." Ganesha lebih memilih untuk fokus menyetir, tanpa memerhatikan tatapan aneh dari gadis di sampingnya itu.

"Omong-omong .... Kita mau ke mana?" Geisha baru teringat bahwa dirinya sama sekali belum memberitahukan perihal alamatnya kepada Ganesha. Namun, pria itu terlihat sudah memiliki tujuan khusus.

"Apartemen."

"Hm?"

Ganesha melirik sekilas ke arah Geisha. "Tidak dengar?" Ia menaikkan sebelah alisnya.

Gadis itu berdecak pelan. "Apartemen mana? Aku tinggal di kontrakan petak!"

Ganesha tidak menjawab dan terus melajukan mobilnya. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah gedung apartemen. Pria itu segera membawa Geisha masuk ke dalam lift dan menekan angka lima puluh enam.

Geisha masih terdiam, lebih tepatnya terperangah atas bangunan yang sedang ia pijak saat ini. Dari luar tadi, pemandangan sungguh mewah dan berkelas. Di basemen apartemen pun hanya berjajar mobil-mobil berkelas yang tentu harganya tidak bisa Geisha bayangkan.

Beberapa menit berlalu, mereka akhirnya tiba di lantai lima puluh enam. Ganesha segera keluar, diikuti oleh Geisha.

"Mulai sekarang, kau tinggal di sini." Ganesha berdiri di salah depan pintu, menekan tombol smartlock. Lalu, ia masuk ke dalam bersama dengan Geisha yang masih setia mengekorinya dari belakang.

"Kau baik sekali, sampai memberiku fasilitas semewah ini." Geisha menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ruang apartemen mewah tersebut.

"Heh!" Ganesha tertawa mengejek. "Siapa juga yang ingin memberikan apartemen ini padamu?"

"Huh?"

"Maksudku adalah ... kau tinggal di sini. Bersamaku."

"APA?!" Geisha mendelik tajam ke arah Ganesha yang justru menunjukkan sebuah seringai kecil di salah satu sudut bibirnya.

Geisha hanya mengerjap beberapa kali. Ia terpaksa menerima ini semua. Lagi pula, dirinya sudah terikat perjanjian dengan Ganesha. Meskipun itu semua hanya karena terdesak saja. Selain itu, ia juga tidak mungkin kembali ke kontrakan untuk saat ini. Bisa-bisa, para penagih hutang itu kembali datang dan berniat buruk kepadanya.

Gadis itu cukup patuh ketika Ganesha menggiringnya ke sofa ruang tamu. Pria itu mengeluarkan obat oles dari sebuah kotak obat bening yang tergeletak di atas meja kaca.

"Tahan sebentar. Ini akan membuatmu merasa lebih baik," ucap Ganesha. Pria itu mulai mengoleskan sedikit obat oles tersebut ke sudut bibir Geisha. Ia sedikit gugup karena harus bertatap muka sedekat ini dengan gadis asing.

"Aww!" Geisha merintih pelan saat Ganesha tak sengaja menekan lukanya dengan cukup bertenaga. Ia meringis kesakitan.

"Oh, maaf." Ganesha berdehem pelan, kemudian kembali fokus mengobati luka di bawah mata Geisha.

Gadis itu tak mengalihkan tatapannya dari wajah Ganesha. Pria ini cukup baik, pikirnya.

"Sudah." Ganesha menegakkan tubuhnya, lalu mengemasi kembali kotak obat miliknya. "Kau sudah makan belum?"

"Sudah. Di rumah rentenir itu," jawab Geisha apa adanya.

Ganesha terdiam sejenak. Matanya sedikit melirik pada tubuh Geisha yang masih mengenakan gaun malam dengan luaran jas besar miliknya. Mata mereka tak sengaja bertemu pandang. Membuat keduanya segera mengalihkan tatapan masing-masing.

"Aku tidak punya pakaian wanita. Tapi, akan aku carikan pakaian milikku yang tidak terlalu besar untukmu," ucap pria itu yang kemudian segera beranjak dari tempat duduknya.

Geisha terdiam di tempatnya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan bagaimana nasibnya untuk ke depannya. Gadis itu tak memiliki pilihan lain saat ini, selain menerima tawaran pria kaya itu.

Ganesha menginginkan Geisha untuk menjadi pelayan pribadinya. Tapi, pelayan macam apa yang pria tersebut maksudkan? Atau jangan-jangan ....

'Ah, tidak mungkin!' batin Geisha seraya menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menangkal pikiran buruk yang menghinggapi dirinya.

"Kau kenapa?" Suara pria itu membuat Geisha sontak menoleh ke arahnya.

"Ini. Hanya ini yang paling kecil. Aku akan meminta seseorang agar mencarikan pakaian yang layak untukmu besok." Ganesha menyodorkan sebuah kaus merah kepada Geisha menggunakan tangan kirinya. Ia masih memalingkan wajah dan enggan menatap ke arah gadis itu.

Geisha menerima pakaian tersebut. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

Ganesha menatap gadis itu dengan kedua alisnya yang terangkat seolah bersiap mendengarkannya.

"Apa maksudmu dengan ... menjadi pelayan pribadimu?" tanya Geisha dengan ragu-ragu.

"Kurang jelas, ya?" Ganesha yang masih berdiri itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Pelayan pribadi ... yang bertugas membersihkan rumah, memasak, menyiapkan segala kebutuhanku, dan lain sebagainya."

Geisha tercengang mendengar penuturan Ganesha. Ini tidak mungkin terjadi. Apa Ganesha menginginkan dirinya sebagai seorang asisten rumah tangga? Namun jujur saja, itu jauh lebih baik bila dibanding harus menjadi budak pemuas nafsu.

"Sudah jelas?" tanya Ganesha. Membuyarkan lamunan Geisha.

Gadis itu mengangguk pelan. Kemudian, Ganesha mengantarnya ke sebuah kamar yang bisa ia tempati selama tinggal di apartemen itu.

"Beristirahatlah. Jika butuh apa-apa, katakan padaku," ucap pria itu sebelum meninggalkan Geisha di sana.

Ganesha lantas menuju kamarnya. Pria itu duduk di depan meja komputer. Ada beberapa pekerjaan yang terpaksa harus ia selesaikan dari rumah, mengingat dirinya seharian ini menghabiskan waktu di luar kantor untuk urusan kekasihnya dan juga Geisha.

Terlalu fokus dengan pekerjaannya, Ganesha sampai lupa waktu. Pria itu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia cukup lelah dan butuh istirahat.

Ganesha meregangkan ototnya yang terasa kaku dan pegal. Pria itu beranjak dari tempat duduknya. Ia berniat untuk mengambil air minum di dapur.

Saat melewati pintu kamar Geisha, Ganesha sayup-sayup mendengar suara rintihan dan juga erangan. Pria itu mengernyit sembari berusaha mempertajam pendengarannya.

"Eerrghh ...."

Dengan penasaran, Ganesha pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Geisha. Dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati gadis itu yang meracau dalam tidurnya. Wajah Geisha terlihat sangat pucat dengan peluh yang membasahi kening dan pelipisnya.

"Hei!" Ganesha berdiri di samping ranjang Geisha. Ia memerhatikan wajah gadis tersebut yang terlihat seperti menahan sakit, namun dengan mata terpejam. Pria itu lantas mencoba menyentuh kening Geisha.

"Astaga! Tubuhnya panas sekali."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status