Ganesha membawa Geisha keluar dari mansion. Di luar hujan deras. Ia memerhatikan tubuh gadis yang hanya terbalut sebuah gaun malam seksi tersebut. Gadis itu bergemetar. Mungkin Geisha merasa kedinginan. Jadi, Ganesha memutuskan untuk melepaskan jas yang dikenakannya, kemudian memakaikannya pada gadis itu.
Geisha terkejut menerima perlakuan Ganesha. Ia menatap pria itu dengan ekspresi wajah yang lugu."Di luar hujan deras. Kau bisa sakit jika hanya memakai pakaian seperti ini," ucap Ganesha yang seakan mengerti dengan maksud tatapan gadis itu.Pria itu lantas menuntun tubuh Geisha untuk masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan. Setelah itu, ia sendiri menyusul masuk melalui pintu seberang."Lukamu harus diobati. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar Ganesha seraya menyalakan mesin mobilnya."Tidak perlu," sahut Geisha. Ia merasa tidak nyaman bila harus pergi ke rumah sakit hanya dengan pakaian seperti ini. "Hanya luka kecil. Akan sembuh dengan sendirinya.""Baiklah. Terserah kau saja." Ganesha lebih memilih untuk fokus menyetir, tanpa memerhatikan tatapan aneh dari gadis di sampingnya itu."Omong-omong .... Kita mau ke mana?" Geisha baru teringat bahwa dirinya sama sekali belum memberitahukan perihal alamatnya kepada Ganesha. Namun, pria itu terlihat sudah memiliki tujuan khusus."Apartemen.""Hm?"Ganesha melirik sekilas ke arah Geisha. "Tidak dengar?" Ia menaikkan sebelah alisnya.Gadis itu berdecak pelan. "Apartemen mana? Aku tinggal di kontrakan petak!"Ganesha tidak menjawab dan terus melajukan mobilnya. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah gedung apartemen. Pria itu segera membawa Geisha masuk ke dalam lift dan menekan angka lima puluh enam.Geisha masih terdiam, lebih tepatnya terperangah atas bangunan yang sedang ia pijak saat ini. Dari luar tadi, pemandangan sungguh mewah dan berkelas. Di basemen apartemen pun hanya berjajar mobil-mobil berkelas yang tentu harganya tidak bisa Geisha bayangkan.Beberapa menit berlalu, mereka akhirnya tiba di lantai lima puluh enam. Ganesha segera keluar, diikuti oleh Geisha."Mulai sekarang, kau tinggal di sini." Ganesha berdiri di salah depan pintu, menekan tombol smartlock. Lalu, ia masuk ke dalam bersama dengan Geisha yang masih setia mengekorinya dari belakang."Kau baik sekali, sampai memberiku fasilitas semewah ini." Geisha menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ruang apartemen mewah tersebut."Heh!" Ganesha tertawa mengejek. "Siapa juga yang ingin memberikan apartemen ini padamu?""Huh?""Maksudku adalah ... kau tinggal di sini. Bersamaku.""APA?!" Geisha mendelik tajam ke arah Ganesha yang justru menunjukkan sebuah seringai kecil di salah satu sudut bibirnya.Geisha hanya mengerjap beberapa kali. Ia terpaksa menerima ini semua. Lagi pula, dirinya sudah terikat perjanjian dengan Ganesha. Meskipun itu semua hanya karena terdesak saja. Selain itu, ia juga tidak mungkin kembali ke kontrakan untuk saat ini. Bisa-bisa, para penagih hutang itu kembali datang dan berniat buruk kepadanya. Gadis itu cukup patuh ketika Ganesha menggiringnya ke sofa ruang tamu. Pria itu mengeluarkan obat oles dari sebuah kotak obat bening yang tergeletak di atas meja kaca."Tahan sebentar. Ini akan membuatmu merasa lebih baik," ucap Ganesha. Pria itu mulai mengoleskan sedikit obat oles tersebut ke sudut bibir Geisha. Ia sedikit gugup karena harus bertatap muka sedekat ini dengan gadis asing."Aww!" Geisha merintih pelan saat Ganesha tak sengaja menekan lukanya dengan cukup bertenaga. Ia meringis kesakitan."Oh, maaf." Ganesha berdehem pelan, kemudian kembali fokus mengobati luka di bawah mata Geisha.Gadis itu tak mengalihkan tatapannya dari wajah Ganesha. Pria ini cukup baik, pikirnya."Sudah." Ganesha menegakkan tubuhnya, lalu mengemasi kembali kotak obat miliknya. "Kau sudah makan belum?""Sudah. Di rumah rentenir itu," jawab Geisha apa adanya.Ganesha terdiam sejenak. Matanya sedikit melirik pada tubuh Geisha yang masih mengenakan gaun malam dengan luaran jas besar miliknya. Mata mereka tak sengaja bertemu pandang. Membuat keduanya segera mengalihkan tatapan masing-masing."Aku tidak punya pakaian wanita. Tapi, akan aku carikan pakaian milikku yang tidak terlalu besar untukmu," ucap pria itu yang kemudian segera beranjak dari tempat duduknya.Geisha terdiam di tempatnya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan bagaimana nasibnya untuk ke depannya. Gadis itu tak memiliki pilihan lain saat ini, selain menerima tawaran pria kaya itu.Ganesha menginginkan Geisha untuk menjadi pelayan pribadinya. Tapi, pelayan macam apa yang pria tersebut maksudkan? Atau jangan-jangan ....'Ah, tidak mungkin!' batin Geisha seraya menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menangkal pikiran buruk yang menghinggapi dirinya."Kau kenapa?" Suara pria itu membuat Geisha sontak menoleh ke arahnya."Ini. Hanya ini yang paling kecil. Aku akan meminta seseorang agar mencarikan pakaian yang layak untukmu besok." Ganesha menyodorkan sebuah kaus merah kepada Geisha menggunakan tangan kirinya. Ia masih memalingkan wajah dan enggan menatap ke arah gadis itu.Geisha menerima pakaian tersebut. "Boleh aku bertanya sesuatu?"Ganesha menatap gadis itu dengan kedua alisnya yang terangkat seolah bersiap mendengarkannya."Apa maksudmu dengan ... menjadi pelayan pribadimu?" tanya Geisha dengan ragu-ragu."Kurang jelas, ya?" Ganesha yang masih berdiri itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Pelayan pribadi ... yang bertugas membersihkan rumah, memasak, menyiapkan segala kebutuhanku, dan lain sebagainya."Geisha tercengang mendengar penuturan Ganesha. Ini tidak mungkin terjadi. Apa Ganesha menginginkan dirinya sebagai seorang asisten rumah tangga? Namun jujur saja, itu jauh lebih baik bila dibanding harus menjadi budak pemuas nafsu."Sudah jelas?" tanya Ganesha. Membuyarkan lamunan Geisha.Gadis itu mengangguk pelan. Kemudian, Ganesha mengantarnya ke sebuah kamar yang bisa ia tempati selama tinggal di apartemen itu."Beristirahatlah. Jika butuh apa-apa, katakan padaku," ucap pria itu sebelum meninggalkan Geisha di sana.Ganesha lantas menuju kamarnya. Pria itu duduk di depan meja komputer. Ada beberapa pekerjaan yang terpaksa harus ia selesaikan dari rumah, mengingat dirinya seharian ini menghabiskan waktu di luar kantor untuk urusan kekasihnya dan juga Geisha.Terlalu fokus dengan pekerjaannya, Ganesha sampai lupa waktu. Pria itu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia cukup lelah dan butuh istirahat.Ganesha meregangkan ototnya yang terasa kaku dan pegal. Pria itu beranjak dari tempat duduknya. Ia berniat untuk mengambil air minum di dapur.Saat melewati pintu kamar Geisha, Ganesha sayup-sayup mendengar suara rintihan dan juga erangan. Pria itu mengernyit sembari berusaha mempertajam pendengarannya."Eerrghh ...."Dengan penasaran, Ganesha pun memutuskan untuk membuka pintu kamar Geisha. Dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati gadis itu yang meracau dalam tidurnya. Wajah Geisha terlihat sangat pucat dengan peluh yang membasahi kening dan pelipisnya."Hei!" Ganesha berdiri di samping ranjang Geisha. Ia memerhatikan wajah gadis tersebut yang terlihat seperti menahan sakit, namun dengan mata terpejam. Pria itu lantas mencoba menyentuh kening Geisha."Astaga! Tubuhnya panas sekali."Beberapa bulan kemudian ...."Ergh, sakit!" ringis Geisha sembari terus meremas tangan sang suami yang menggenggamnya. Peluh mengucur di kening dan pelipis wanita itu. Bibirnya pucat, bahkan membiru ketika ia terus menggigitnya kuat-kuat demi menahan sakitnya kontraksi yang ia alami.Ganesha menatap sendu sang istri yang masih duduk di atas gym ball di sebuah bilik persalinan rumah sakit. "Tahan, Sayang. Tidak lama lagi, kita bertemu Baby.""Sakit sekali. Aaakhh hah hah ...!" Wanita itu terengah-engah menahan sakit. Ia semakin kuat meremas tangan suaminya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk mengusap perut bulatnya.Ganesha segera berlutut di hadapan tubuh sang istri yang berada dalam posisi duduk tersebut. "Maafkan aku, Sayang. Aku membuatmu sakit. Maafkan aku," lirih pria itu seraya mendongakkan wajah untuk menatap sang istri."Kau bicara apa? Dasar!" cibir Geisha pelan. Sedetik kemudian, wajahnya kembali mengerut dan meringis kesakitan. "Awhh!""Aku berhutang nyawa dua kali p
"Ahh hah ... hah ... eunghhh!" Suara lenguhan tersebut terdengar memenuhi ruangan seluas tiga kali tiga meter yang merupakan kamar Geisha. Wanita itu terlihat kewalahan untuk mengimbangi permainan Ganesha yang menggila."Ahh, Sayang, kau benar-benar nikmat," ucap Ganesha di tengah desahannya. Pria itu terus menghentak panggulnya untuk mengerjai tubuh sang istri."Pelan– ohh pelan. Shh emhh," racau Geisha yang kini meremas sprei di bawahnya.***Geisha terbangun ketika suara gaduh mulai memenuhi seisi rumah. Ia begitu yakin bahwa anak-anak telah kembali bersama Samuel dan juga Alexa. Dirinya harus cepat merapikan penampilan, sebelum kedua orang dewasa itu menggodanya, jika saja mereka tahu apa yang baru saja ia lakukan bersama Ganesha."Aih .... Bagaimana aku harus menutupi ini?" gumam Geisha pelan ketika melihat banyak tanda kissmark di lehernya. Wanita yang tengah bercermin itu segera melirik kesal pada seorang pria yang masih terlelap di atas ranjangnya. "Dasar kurang ajar!" gerutun
Geisha terbangun dari tidur lelapnya dengan rasa mual yang luar biasanya menderanya. Wanita itu buru-buru turun dari ranjang, yang sialnya, hal itu justru membuat kepalanya terasa berputar seketika. Untuk beberapa saat, ia terdiam dan mencoba mengatur napas, berusaha menormalkan pengelihatannya yang sempat mengabur.Begitu merasa lebih baik, Geisha bergegas keluar dari kamarnya. Ia terkejut bukan main lantaran ketika pintu terbuka, Ganesha sudah berdiri di hadapannya dengan senyum yang menurut wanita itu begitu bodoh."Menyingkir! Aku mual melihat wajahmu!" ketus Geisha yang langsung mendorong Ganesha untuk menjauh. Wanita itu buru-buru menuju kamar mandi, kemudian lekas memuntahkan isi perutnya. "Hmmb– hoek!" Berkali-kali Geisha mencoba mengeluarkan isi perut. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening serta kekuningan.Ganesha datang dan segera membantu sang istri. Pria itu memijat pelan tengkuk wanita tersebut, guna merangsang agar Geisha lebih leluasa untuk muntah."Hoekk!" Berhas
"Hei, Tuan! Kita bahkan tidak saling mengenal!" celetuk Alexa dengan nada protes. Ia tak ingin menjadi bahan bakar atas kesalahpahaman yang terjadi antara sepasang suami istri di depannya ini."Memangnya kenapa?" Ganesha menatap ke arah Alexa. "Aku dan dia bahkan tidak saling mengenal mulanya, tapi kami tidur bersama," ucapnya secara frontal."Dasar gila!" desis Samuel pelan. "Lex, abaikan ucapannya laki-laki sinting ini! Cepat bawa anak-anak masuk ke dalam!" perintahnya kemudian.Alexa mengangguk setuju. Ia pun lantas membawa Gabriel dan Giselle untuk masuk ke dalam. Meninggalkan ketiga orang dewasa lain di teras rumah tersebut.Di sana, Geisha masih terlihat menatap tajam ke arah Ganesha. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat-kuat demi menahan emosinya yang meluap-luap sampai ke ubun-ubun lantaran mendengar penuturan sang suami yang berniat menikahi Alexa."Pergilah!" usir Samuel setelah keheningan yang beberapa saat menyelimuti."Tidak tanpa istri dan anakku," sahut Ganesha dengan
Bruk!Ganesha menjatuhkan diri. Pria itu berlutut di hadapan sang istri dengan kepala yang tertunduk, serta bahu yang tampak lesu. "Aku mengaku salah. Tolong .... Maafkan aku. Kecemburuanku terhadap adikku justru membuatku gelap mata dengan menyakitimu dan putra kita."Geisha masih berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Wanita itu memalingkan wajahnya ke samping. "Bangunlah. Tidak ada gunanya kau meminta maaf saat ini. Keputusanku masih sama. Aku tetap ingin bercerai darimu," tutur wanita itu tanpa ragu sedikit pun. Kemudian, dirinya memilih untuk meninggalkan sosok yang masih terdiam dalam posisi bersimpuhnya tersebut.BLAM!Pintu kamar Geisha tertutup dengan suara dentuman yang cukup keras lantaran wanita itu memang sengaja membantingnya dengan penuh emosi.***Di sisi lain, Alexa dan Samuel tampak menikmati waktu bersama di bawah pohon tak jauh dari sungai. Samuel terlihat membaringkan kepalanya pada paha wanita muda itu. Mereka menikmati suasana sore menjelang pe
Tiga hari sudah, Geisha dirawat di rumah sakit. Dan sore ini, wanita itu sudah diizinkan untuk pulang ke rumah. Namun, selama dua hari ini, Ganesha sama sekali tak terlihat, bahkan berkunjung.Geisha kini duduk di tepi ranjang pasiennya dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Jarum infus yang selama tiga hari ini terpasang di punggung tangannya sudah dilepas siang tadi. Lukanya pun sudah ditutup plester. Namun, dia perlu menunggu Bibi Margaretha yang masih menyelesaikan administrasi rumah sakit."Ke mana dia? Apakah dia benar-benar tidak ingin bertemu denganku lagi?" gumam Geisha bertanya-tanya. Tatapannya terus tertuju pada pintu masuk ruang rawat inapnya yang terbuka lebar."Ah, bodoh! Untuk apa menunggu orang itu? Dia hanya menyusahkanku saja," gerutu Geisha dengan suara yang pelan. Wanita itu lantas menghela napas berat. Bahunya mendadak lesu, seiring dengan perasaan tak nyaman dalam dadanya. Ia merasa hampa. Padahal, sebelum pergi ke rumah sakit dan kembali bertemu Ganesha, dirinya