Home / Romansa / Wanita Rahasia CEO / BAB 4 I Salah Sangka

Share

BAB 4 I Salah Sangka

Author: Blezzia
last update Last Updated: 2021-01-26 10:00:50

Mata Via terbuka saat mendengar jam alaram berbunyi, dia meraba ke sisi sebelah dan merasa kecewa mendapati ranjang yang dingin pertanda Sean sudah pergi sejak tadi. Setelah membisukan alaram, Via pun duduk dengan posisi kepala menyandar sedang mata menatap nanar pada sisi ranjang sebelah kanan yang kosong.

Jemari Via meraba kasur dimana biasanya Sean berbaring. Dia ingin pria itu berada di samping dan memeluk tubuhnya begitu terjaga. Jarang sekali mereka bangun bersama, biasanya Sean yang lebih dulu beranjak, meninggalkan Via sendiri.

“Kapan kau benar-benar melihatku, tidak hanya sebagai wanita simpanan?” bisik Via dengan napas tercekat menahan tangis.

Dia ingin sekali saja Sean mengakui keberadaannya. Mungkin tidak di kota ini, bisa di tempat lain dimana tidak seorang pun mengenal. Mereka bisa saja bersenang-senang di luar, layaknya pasangan biasa. Makan malam romantis di restoran bintang lima, berlarian di pantai, bermain ayunan di taman, menikmati liburan ke safari, berciuman di atas biang lala di taman bermain, atau paling sederhana ke bioskop dan belanja di supermarket saja.

Tetapi angan-angan hanyalah hayalan, Via tahu tidak mungkin terjadi. Sean bahkan tidak mau membawa hubungan ini lebih dari apa yang sudah disepakati, membuat Via murung kembali.

Dengan berat dia membawa tubuh menuju kamar mandi, memulai Sabtu pagi dengan memanjakan diri.

……………………………………………………….

Dering ponsel mengganggu konsentrasi Via yang sedang membaca sebuah novel picisan. Awalnya sebuah senyum menghiasi wajahnya, namun kemudian tertekuk ke bawah ketika melihat bukan nama Sean yang tertera di layar sebagai Caller ID.

“Halo Bibi,” jawab Via terdengar kecewa.

“Kenapa, kau tidak suka aku menghubungi?” tanya sang Bibi dari seberang.

Via berdehem, mengontrol suara. “Maaf, aku pikir temanku,” jawabnya setengah berbohong.

“Kau selalu saja menghindar setiap aku menghubungi, bahkan tidak sekali pun menanyakan kabar. Apa kau lupa memiliki keluarga yang masih hidup?” Bibi Azura selalu mengatakan hal-hal buruk setiap kali menghubungi Via, karena itu pula Via enggan menerima.

“Bukan begitu Bi, aku hanya sedang sibuk. Perusahaanku sedang mengerjakan banyak Event sekarang,” jelas Via tidak berbohong kali ini, walau dia memang tidak mau menghubungi lebih dulu.

“Lalu, aku tidak sibuk maksudnya? Bahkan tokoku juga sedang sibuk menghadapi musim panas tahun ini, sampai aku butuh tambahan tenaga!”

Via mengernyit mendengar suara Bibi Azura meninggi.

“Tidak seharusnya keluarga saling melupakan, anak muda. Tugasmu yang lebih dulu mengabari bukan sebaliknya. Atau kau tidak ingin menemuiku lagi, begitu? Apa karena kau bekerja di kota sekarang kau menjadi sombong?”

Via hendak mengakhiri sambungan begitu saja, tetapi itu hanya akan menyulut amarah sang Bibi. Kepalanya bahkan mulai berdenyut mendengar tuduhan demi tuduhan yang tidak jelas.

“Bibi, aku tidak …”

Belum selesai Via bicara, Bibi Azura pun menyela.

“Dengarkan aku dulu, kau memang tidak sopan dengan orang tua! Dimana rasa hormatmu? Susah payah kubesarkan tetapi tidak sekali pun kau peduli.”

Air mata menggenang di pelupuk mata, hendak jatuh mendengar Bibinya mengatakan hal-hal begitu. Via sadar diri Bibi Azura membesarkan dia di saat Ibunya tidak mampu karena sakit. Sebenarnya Via juga ingin membalas budi, tetapi sifat Bibi Azura yang suka mengucapkan kata-kata menyayat hati, membuat Via urung.

“Bibi, aku minta maaf. Lain kali aku akan menghubungi tanpa kau hubungi lebih dulu. Aku janji,” gumam Via terdengar bersalah.

Merasa puas maksudnya tersampaikan, Bibi Azura pun menggerutu dan merendahkan suara.

“Bagus, jadilah anak baik. Aku ini sudah tua, jika bukan kau yang memperhatikanku siapa lagi. Bahkan kau tidak perlu bekerja di kota. Aku sanggup mempekerjakanmu di toko. Hidup di kota itu susah.”

Via menulikan telinga. Sudah berapa kali Bibi Azura meminta dia untuk bekerja di toko keluarga, kemudian merendahkan pekerjaan Via di kota. Bahkan tanpa menyaring kata-kata, Bibi Azura menuduh Via melakukan hal tidak-tidak karena berhasil masuk ke sebuah perusahaan ternama. Sungguh sakit hatinya, tetapi dia hanya bisa melipat lidah, takut menyakiti Bibi Azura yang sudah tua.

“Baik Bibi, tetapi aku senang bekerja di sini,” kata Via berusaha sopan. Di seberang terdengar lagi gerutuan yang Via abaikan. “Apa bibi sudah makan?”

Pembicaraan setelahnya lebih seperti formalitas. Bagi Via, hidup bersama Bibi Azura sangatlah menyiksa, walau Bibinya bertekad kuat membiayai semua kebutuhan Via sedari remaja, hingga tanpa sadar membuat sang Bibi enggan menikah, yang menjadi beban tersendiri bagi Via. Beberapa kali Via menyalahkan diri, mungkin karena Via-lah Bibi Azura tidak pernah menikah, tetapi untung saja Bibi tidak pernah menyakiti Via dengan menyinggung perkataan mengarah ke sana sekali saja.

Setelah komunikasi berakhir, Via baru menyadari matahari sudah meninggi. Dia pun bergegas bersiap menuju supermarket untuk membeli kebutuhan dapur. Mata Via memandang layar ponsel yang mati, berharap Sean menghubungi, tetapi pria itu seakan lupa keberadaan Via, membuat dia tertunduk lesu saat melintasi pintu.

………………………………

Via memilih beberapa produk daging dan sayur. Dia mengirimkan pesan pada Sean mau dimasakan apa, tetapi tidak satu pun pesan yang dia kirim mendapat balasan, dilihat saja tidak. Semakin menambah kecewa. Setelah selesai memilih daging, Via beralih ke rak buah, tetapi matanya tertuju pada sosok Sean yang berdiri di dekat rak minuman dingin.

Senyum Via mengembang, senang dapat berpapasan di sana, dia hendak merapat, namun langkahnya terhenti begitu melihat sosok wanita mendekati Sean yang terlihat sibuk memilih sesuatu.

Tidak pernah sebelumnya Via melihat wanita itu, membuat hati Via berdenyut nyeri. Bahkan wanita itu menyentuh bahu Sean dengan gesture familiar seakan mereka begitu dekat. Kini jantung Via ingin melompat, berdebar dengan irama menyakitkan. Apa lagi ketika Sean membalas senyum wanita itu dengan sensual, semakin menghunjam dada Via dengan ribuan belati.

Baru saja Via melangkah mundur untuk menyudahi sakit hati, saat tiba-tiba manajer operasional Luna Star, Daren Osbert, memeluk wanita itu dari belakang. Keduanya tampak tertawa dan mengabaikan Sean yang menggelengkan kepala, dan tanpa sengaja menoleh ke arah Via yang masih mematung tak jauh dari sana. Kilasan mata Sean tampak terkejut begitu mata mereka terkunci, tiba-tiba hati Via kembali berbunga begitu Sean melemparkan senyum tipis ke arahnya, membuat Via lega karena tadi hanyalah prasangka.

Langkah Sean hendak mengarah ke Via, namun terhenti saat menyadari mereka tidak lagi sendiri.

Via pun mengerti dan membalas Sean dengan senyum tipis yang sama sebelum berlalu ke arah sebaliknya, menjauhi mereka. Walau dipenuhi kecewa, Via tahu diri. Sean-lah yang pegang kendali hubungan keduanya. Bila pria itu bilang berakhir, maka chapter cinta mereka ditamatkan dengan paksa. Meski berat hati, Via memutuskan pulang untuk menenangkan diri.

Dalam perjalanan ponsel Via berbunyi, menandakan sebuah notifikasi baru saja masuk.

Masih dengan perasaan malas, Via membuka ponsel itu acuh lalu membaca pesan sekilas, namun hatinya berdebar melihat nama pengirim yang tertera.

Sean: Apa pun yang kau masak pasti akan kuhabiskan. Kuserahkan menu makan malam hari ini padamu, Cheff.

Katanya, membuat Via terkekeh mendapat panggilan Cheff solah menggoda.

Sean: Ngomong-ngomong, kau sangat cantik memakai dress kuning lemon. Apa itu baru? Sebelumnya aku tidak pernah melihatmu memakai dress itu.

Wajah Via bersemu merah, menyadari Sean memang selalu memerhatikan apa yang dia pakai dan hapal motif hampir seluruh baju di lemari.

Sean: Daren sedang merayakan ulang tahun dengan pacarnya, mereka mengajaku makan bersama, untung saja kau menanyakan menu hari ini, tadi nyaris saja aku terima.

Hati Via lega, karena tadi hanya salah sangka, dan senyum Via semakin lebar karena Sean lebih memilih bersama dia.

Sean: Jaga kesehatan, jangan terlalu lelah. Nanti kau sakit lagi.

Pesan-pesan tersebut dikirim berurutan dalam waktu berdekatan, membuat senyum Via mengembang tidak karuan. Bahkan suasana sekitar berubah merah muda mendapat pujian yang jarang diberikan. Entah mengapa, akhir-akhir ini Sean suka melontarkan pujian yang melambungkan Via ke udara. Setelah sampai di apartemen, Via pun membalas pesan-pesan itu satu per satu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
sapa yg gak berbunga2 klo di modusin ke gitu..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Rahasia CEO   SELESAI - Mrs. Hilda Johanson

    Hilda menyerahkan aksesoris bros yang dirinya pinjam dari Slaine saat acara lingerie mereka kemarin. Pipinya merona kemerahan saat mengingat yang terjadi di meja makan bersama Danny waktu itu. Karena benda mungil inilah Danny mendapatinya dalam posisi menungging di bawah meja. Untungnya Slaine tidak menyadari perubahan ekspresi wajahnya tersebut. Bayangan kejadian lalu masih melekat erat dalam ingatan, terutama saat pria itu melakukan sesuatu yang taboo di sana, membuat Hilda semakin kesulitan menyembunyikan rona di pipi. Wajahnya terasa panas, hingga tanpa sadar tangannya mengipasi diri. “Apa kau kepanasan?” tanya Slaine dengan dahi bertaut heran. Gadis itu menatap sekitar, pada langit cerah yang terasa sejuk di jam sepagi ini. Keduanya sengaja memilih mengungsi ke taman setelah kedatangan rombongan pria-pria Red Cage. Dan tentu saja Slaine melakukan itu setelah melihat si pria menyebalkan ─ Knight Miller ─ ada di antara mereka. “Ah … ya, sedikit,” jawab Hilda berbohong. “Apa kau

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 50 I Rencana

    Tepat pukul delapan pagi itu, berita pertunangan Hilda dan Danny terdengar hingga ke seluruh Denver. Hal itu tentu saja mengundang banyak rasa penasaran dari sekitar, termasuk para petinggi di organisasi Red Cage yang saat itu berkumpul di meja makan kediaman Danny sendiri.Si tuan rumah yang baru saja keluar dari kamar pribadinya hanya bisa menatap tajam pada beberapa kepala yang telah memenuhi sekitar meja makan.“Ah … lihatlah, aku sudah bilang dia akan melamarnya kurang dari tiga bulan,” ucap Jaxon Bradwood yang tengah mengeluarkan setumpuk uang dari saku celana dan diikuti oleh yang lain.Sementara itu, Gavin yang berwajah masam hanya bisa menggerutu sembari melemparkan tatapan kesal pada Danny yang rambutnya mencuat kesegala arah.Semua orang dapat melihat apa yang terjadi dengan rambut-rambut itu sebelumnya.“Aku tidak mengerti, mengapa kau selalu keluar menjadi pemenang setiap kali kita taruhan. Apa kau cenayang?” dengus Connor yang baru saja kehilangan nol koma nol nol nol no

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 49 I Jawaban

    “A-apa yang kau lakukan?” bisik Hilda terbata. Tangan feminim yang berada di depan bibirnya tampak bergetar, menutupi keterkejutan. “…Danny?”“Mmm … aku tahu sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan ini. Tetapi, aku tidak tahu bagaimana harus melakukannya dengan cara yang benar,” jelas Danny dengan jantung sedikit berdebar hingga dia dapat merasakan organ penting itu hendak lepas dari sarang.Berkali-kali dia menarik napas sembari menunggu dengan keringat dingin mengalir di punggung.Gugup. Itu adalah kata yang tepat saat ini. Dan selama hidupnya, dia tidak mengenal perasaan tersebut.Dengan tatapan masih tidak percaya, Hilda mengedipkan mata berkali-kali. Dia bahkan menatap wajah Danny dan kotak itu secara bergantian.“Kita bisa membuat kesepakatan jika kau menerima lamaranku,” tambah Danny yang tampak kesulitan mengutarakan tawaran.Dia menarik napas panjang sekali lagi, mengusir sesuatu yang mulai menggelayuti, sebelum akhirnya memantapkan diri dan mulai melanjutkan.“Aku ak

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 48 I Kejutan

    Cukup puas Danny memandangi wajah lembut dari wanita yang berbaring di sampingnya. Kini, perhatian Danny pun beralih pada jam di atas nakas. Berkali-kali dia menarik napas dan menghelanya perlahan, hingga akhirnya Danny pun memutuskan untuk menarik selimut yang membungkus tubuh terlelap Hilda.Sebelum beranjak dari kasur, dia sengaja mengecup permukaan dahi wanita itu untuk sekian detik lamanya. Akan tetapi, perhatiannya terfokus pada ceceran baju mereka di atas lantai. Dan saat itulah dia memandangi celana yang tadi dipakai.Sembari menarik napas panjang, Danny bangkit dari ranjang dan berlutut di depan celana tersebut.Sekelebat emosi tampak berkejaran di balik matanya yang jernih. Namun, tubuhnya menegang begitu dia mendengar panggilan feminim dari balik punggung.“Apa yang kau lakukan di sana?”Suara Hilda terdengar serak dan sedikit berat. Mata gadis itu tampak sayu, seakan baru saja terpuaskan dengan kegiatan mereka sebelumnya. Hal itu mengundang senyuman kecil di sudut bibir Da

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 47 I Petaka Lingerie

    “Apa yang kau lakukan di tempat ini, hmm?” bisik Danny, tepat di telinga Hilda yang memerah.“Ka-kapan kau datang? Bukankah kau seharusnya kembali tengah malam nanti?”Wanita itu tampak berusaha menutupi tubuhnya yang hanya dibalut oleh kain tipis. Dan jemari lentik gadis itu seketika menarik perhatian Danny, hingga tanpa sadar lengan kekar pria itu mencoba menghentikan apa yang hendak Hilda lakukan.Dengan dengusan pelan, Danny seakan sengaja mengabaikan pertanyaan gadis itu.“Coba lihat ini.” Dari tatapannya yang teduh, jelas sekali bahwa dia tengah mengagumi pemandangan di hadapan. “Apa yang sebenarnya kau lakukan, Perle? Apa kau sengaja hendak menggoda semua orang selama aku tidak ada?”Siluet tubuh gadis itu seakan menggoda Danny untuk tidak menerkamnya saat itu juga.Akan tetapi, Hilda yang mendengar intonasi pria itu yang sedikit berbeda dari biasanya pun mencoba untuk menutupi tubuhnya kembali.“A-aku ingin kembali ke kamar,” ucap gadis itu gugup sembari berusaha melepaskan di

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 46 I Petaka Sebuah Lingerie

    Suara deru mesin mobil yang melewati gerbang membuat Xavier sedikit terheran. Pria itu bahkan menunggu di depan pintu dengan posisi istirahat di tempat, sedangkan kedua kaki terbuka sedikit lebar dan tangan berada di balik tubuh.“Sir,” sapanya begitu Danny turun dari mobil.Melihat ekpresi atasannya yang masam, Xavier memilih untuk bungkam sesaat. Namun, lirikan mata yang dia lemparkan pada Nakuru sudah cukup untuk memberikan signal bahwa dia sangat penasaran dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.“Katakan pada yang lain, aku tidak ingin diganggu. Batasi akses untuk menemuiku,” ucap Danny sembari melewati bawahannya tersebut.Dia bahkan tidak lagi melihat sekitar, dan terus melangkah lurus melewati pintua. Akan tetapi langkahnya seketika terhenti begitu dia mendengar suara tawa beberapa wanita dari lantai dua.Dengan alis bertaut dan kening berkerut bingung, Danny pun tampak menahan diri untuk tidak berbalik badan. Seketika saja dia mengurut pelipis dan menarik napas cukup panjang,

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 45 I Cinta Pertama, Katanya

    Danny mendengus pelan begitu dia mendengar ucapan yang keluar dari mulut Dawn.“Ternyata kau masih belum belajar dari pukulanku waktu itu,” sindir Danny, mengingat kejadian saat mereka masih di LA.Seketika itu juga mata Danny menangkap pergerakan lengan Dawn yang diam-diam mengepal di sisi tubuh.Sebelah alis Danny pun sedikit terangkat, dan dia melemparkan tatapan penuh makna pada Dawn yang tampak menahan diri untuk tidak menyerang.“Ah, aku tidak mengira kau merasa perlu untuk balas dendam.”Danny pun mendekatkan diri, hingga wajah mereka saling berhadapan. Hanya dengan satu kepalan tangan yang lurus, Dawn bisa saja memukul mundur Danny saat itu, tetapi tampaknya pria itu hanya diam menunggu.Melihat kebisuannya, Danny kembali menatap tajam dengan melemparkan isyarat menantang.Seketika saja udara di sekitar keduanya terasa cukup berat, membuat beberapa pria-pria yang tadinya terlibat percakapan di sekitar pun beralih fokus pada keduanya, yang saat itu berdiri tidak jauh dari meja

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 44 I Foster Care

    “Apa kau mau aku perkenalkan dengan teman-temanku?”Mendengar tawaran Slaine, Hilda tampak ragu. Selama ini dia tidak pernah dekat dengan kumpulan wanita manapun. Masa lalu membuatnya sedikit menarik diri dari pertemanan. Satu-satunya sahabat baginya hanyalah Gamal dan pria itu bahkan tidak bisa dikatakan sebagai seorang sahabat selayaknya pertemanan di antara para wanita pada umumnya.Bahkan, untuk curhat saja, Gamal tidak bisa diandalkan.“Apa kau yakin?” tanya Hilda, tampak penuh keraguan. “Aku bahkan masih sangat baru di kota ini. Dan … aku tidak tahu apakah akan berada di sini dalam waktu yang lama.”Seharusnya dia tanyakan saja pada Danny, apakah pria itu akan berpindah-pindah tempat.“Saudaraku tinggal di sini, jika kalian menikah, tentu saja kau juga akan tinggal di sini bersamanya.”Seketika saja Hilda tersedak ludahnya sendiri, membuat wanita itu terbatuk-batuk dengan malangnya.“Oh, apa yang terjadi? Apakah cuaca di luar sana membuatmu kedinginan?”Dengan sangat cepat, Slai

  • Wanita Rahasia CEO   Hilda & Danny 43 I Menjalin Pertemanan

    Sejak pagi stasiun televisi memberitakan cuaca buruk yang hendak melanda Denver, membuat Danny lebih waspada akan kemungkinan datangnya badai. Dia bahkan memerintahkan Xavier untuk menjaga kediamannya, termasuk dua wanita yang masih tertidur pulas di kamar masing-masing.“Aku akan berangkat ke Lancester, dan mungkin saja kembali malam nanti. Nakuru akan ikut bersamaku, dan tugasmu adalah menjaga Hilda. Aku yakin Slaine akan melakukan apa saja untuk membawa wanita itu keluar dari mansion,” perintahnya, sembari berjalan melewati pintu, lalu menuruni undakan tangga pada teras depan.Ketika kakinya menginjak perkiran, Danny pun menengadah pada langit yang mulai terlihat gelap. Arak-arakan awan seolah berkumpul menjadi gumpalan hitam di atas kepalanya. Entah mengapa, dia merasa sedikit khawatir begitu melihat cuaca pagi ini.Sementara itu, Nakuru yang sejak tadi berdiri saat menunggu di samping pintu kemudi pun ikut mendongak ke arah langit.“Yah, cuaca memang tidak bersahabat, Sir,” ucap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status