Love makes us strong, then makes us weak.
Love makes us see, then makes us blind.
Love makes us able, then makes us disable.
~ Sacrifices of Love ~
* * * * *
Flora membuka matanya. Wanita yang saat ini tengah berbaring di tempat tidur itu memandang langit kamarnya yang berwarna putih. Kemudian tatapannya tertuju ke arah jam sudah menunjukkan jam dua pagi. Flora segera menegakkan tubuhnya sebelum akhirnya turun dari ranjang. Dia berjalan menuju pintu kamarnya. Membukanya dan melangkah
Ada yang mau menebak apa yang terjadi dengan Arion? Tunggu kelanjutannya ya....
Tidak ada yang tahu pada siapa kita menjatuhkan hati.Bahkan bisa saja kita membelah hati menjadi dua.Menyukai dua orang yang mengisi hati.Namun hal itu bisa menyakiti perasaan salah satu di antara mereka.* * * * *Flora membuka matanya perlahan. Namun seketika matanya membulat sempurna saat melihat pemandangan di hadapannya. Dia bisa melihat wajah Arion yang begitu dekat. Bahkan wanita itu bisa merasakan hembusan nafas pria itu menggelitik kulitnya. Terlihat Arion juga sama terkejutnya dengan
Hati terasa panas.Pikiran menjadi berantakan.Kebencian mulai terlukis.Menghancurkan kepercayaan.* * * * *Flora duduk di sofa dengan gulungan kertas gambar di tangannya. Tatapannya beralih pada jam di tangannya. Dia berpikir seharusnya sebentar lagi Arion akan pulang.Telinga Flora menangkap suara deru motor Arion. Dia mendengar suara motor dimatikan. Flora membayangkan jika saat ini Arion sedang melepaskan helmnya dan meletakkan di atas motornya. Baru kemudian dia mendengar suara langkah kaki Arion masuk ke rumah.Flora segera berdiri dan bersiap menyambut Arion. Dia bisa melihat Arion berjalan masuk mengenakan jaket kulit hitamnya.“Sungguh keajaiban aku melihatmu menungguku. Atau aku hanya sedang berhalusinasi?” tanya Arion tak percaya melihat Flora berdiri seperti seorang istri yang sedang menunggu suaminya pulang.Flora menganggu
Aku tahu dia memang menyebalkan, Flo. Tidak heran kau membencinya. Tapi kupikir kau hanya membuat waktu dan tenagamu untuk membencinya, Flo. Pria itu tidak layak mendapatkannya. ~ Xander Devetzi ~ * * * * * “Kami adalah kekasih Flora.” Karolos terdiam mendengar ucapan Xander. Matanya terbelalak kaget. Namun detik berikutnya pria itu mendengus tidak percaya. “Kalian adalah kekasih Flora? Kalian berdua? Kalian pasti bercanda.” Xander menggelengkan kepalanya. “Sayangnya tidak. Jadi sebaiknya kau pergi atau kami akan berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan padamu.” “Wow! Kau sangat hebat, Flora. Pintar menjerat dua ikan yang sangat besar. Kau pasti mendapatkan bayaran yang sangat mahal.” Ejek Karolos. Arion yang geram hendak melayangkan bogem mentah ke arah Karolos. Dia tidak terima pria itu
“Jangan sentuh mereka! Mereka adalah milikku. Hanya aku yang boleh menyentuh mereka.” * * * * * Klub malam Dybbuk yang terletak di daerah Stadiou terlihat begitu ramai dikunjungi banyak orang. Menikmati kenikmatan malam dengan menari dan minum minuman beralkohol. Tempat itulah yang menjadi tujuan Flora mengajak Arion dan Xander. “Dasar pria brengsek! Bagaimana bisa selama ini aku percaya padanya?” Omel Flora kembali menegak vodka yang ada dalam gelasnya hingga habis. Kadar alkohol tinggi dalam minuman itu membuat wanita itu harus memejamkan matanya. Seketika tenggorokannya terasa panas. “Apakah menurut kalian aku sangat bodoh?” Flora menatap Arion dan Xa
Perasaan itu akan masuk secara perlahan. Bahkan tidak akan ada yang menyadarinya. * * * * * Sinar matahari perlahan mulai merambat lewat jendela kamar Flora. Ketika sinar hangat itu mengenai wajahnya, perlahan mata wanita itu mulai terbuka. Dia mengerjapkan matanya sebelum akhirnya bisa beradaptasi dengan cahaya terang di sekelilingnya. Saat Flora bangkit untuk duduk di atas ranjang, dia memegang kepalanya yang terasa pusing. Ini adalah pengaruh alkohol yang semalam diminumnya. Merasakan tenggorokannya begitu kering, Flora memutuskan untuk turun dari ranjang. Dia menyibak selimut kemudian berdiri. Tangan wanita itu mkenyentuh dinding untuk menahan tubuhnya yang terhuyung. Pusing di kepalanya membuat keseimbangan wanita itu goyah.
Perbuatan kita membuahkan hasil, Loukas. Pria tua itu sudah melakukan perbuatan yang buruk, maka hasil yang diperolehnya adalah penyesalan. Tidak ada apapun atau siapapun yang bisa menyelamatkannya dari perasaan bersalah itu. ~ Arion Kavakos ~ * * * * * “Aku datang untuk memintamu kembali, Arion. Kumohon jenguklah dia.” Dia? Dia siapa? Bingung Flora. Kemudian wanita itu menoleh ke samping. Dia bisa melihat tidak ada lagi senyuman di wajah Arion seperti yang diperlihatkan pria itu tadi. Terlihat jelas ketegangan di wajah Arion. Bahkan genggaman tangan pria itu di tangannya terasa begitu erat. Flora yakin Arion sedang menahan emosinya.
“Sebaiknya kita kembali ke kantormu untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Flora, Arion. Aku memiliki firasat buruk tentang hal ini.” * * * * * Xander melirik jam di tangannya sudah menunjukkan jam tujuh malam ketika pria itu sudah sampai di rumah. Namun keadaan rumah gelap gulita. Tidak seperti biasanya. Xander akan melihat lampu rumah sudah menyala dan dia akan melihat Flora menyambutnya dengan senyuman manis. Namun kali ini dia tidak melihat Flora. Xander meraba saklar lampu dan menyalakannya. Dia melihat sekeliling rumah terasa sangat sunyi. “Flora.” Panggil Xander. Namun tidak ada suara wanita itu atau bahkan terdengar suara langkah kakinya. Tidak ada tanda-tanda Flora di seluruh rumah. Akhirnya Xand
Apapun yang didapatkan dengan cara buruk, tidak akan berhasil baik. Begitu juga sebaliknya. Apapun yang didapatkan dengan usaha keras akan memiliki hasil yang baik. * * * * * Karolos baru saja menutup sambungan telpon itu ketika mendengar Flora mendengus sinis. Pria itu menoleh untuk memusatkan perhatiannya pada mantan kekasihnya. “Bukankah kau tidak tahu malu? Sudah menipuku dan membuat hidupku hancur, tapi sekarang kau justru memanfaatkan aku kembali untuk mendapatkan uang?” Flora tersenyum sinis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Karolos. Karolos berjalan menghampiri Flora. Dia menunduk dan menyentuh pipi Flora. Wanita itu be