Sesulit apapun, Tuhan tidak akan melepaskan tangan-Nya.
Akan selalu ada jalan bagi yang berserah pada-Nya.
* * * * *
“Tidak!” Flora menggelengkan kepalanya. “Jika kau berpikir karena situasiku sedang buruk dan kau bisa mengajakku ke rumahmu untuk menjadi penghangat ranjangmu, maka kau salah besar, Xander. Aku bukanlah wanita murahan seperti yang kau pikirkan.” Sembut Flora setelah membayangkan maksud dan tujuan Xander mengajaknya pergi ke rumahnya.
Xander masih terdiam mendengar omelan Flora. Bahkan pria itu sama sekali tidak terkejut dengan suara keras wanita itu. Lalu detik berikutnya pria itu tertawa. Seketika semua orang takjub melihatnya. Pasalnya sejak dulu Xander bukanlah tipe orang yang mudah diajak bercanda dan tertawa. Tapi sekarang pria itu dengan mudahnya tertawa setelah mendengar ucapan Flora.
Wanita yang masih berdiri dengan berjuang mempertahankan harga dirinya tampak kebingungan melihat reaksi Xander. Dia pikir Xander akan meninggalkannya setelah dia menolak tawaran pria itu. Tapi pria itu justru tertawa membuatnya kebingungan. Karena Flora sama sekali tidak tahu bagian dari kata-katanya mana yang lucu bagi pria itu.
“Aku mengajakmu pulang bersamaku bukan untuk tidur bersamaku. Kau akan tidur di kamar yang terpisah dariku dan sendirian. Lagipula aku tidak tinggal sendirian. Arion tinggal bersamaku.” Jelas Xander membuat Flora menunduk malu.
“Betul sekali.” Ucap Arion tiba-tiba sudah berdiri di samping Flora membuat wanita itu terlonjak kaget.
“Aku setuju jika Flora tinggal bersama kita. Aku bisa masuk dalam kamarmu saat tengah malam, Cantik.”
Flora menyunggingkan senyuman paksaannya. “Jika kau berani melakukannya, percayalah Arion, kaki ini akan menendang selangkanganmu.” Flora menunjuk kakinya dan hendak menendang di antara sela kaki Arion.
Segera Arion menutup kakinya dan melindungi burung berharganya. “Kau kejam sekali, Cantik.”
“Jadi masih berani masuk kamarku?” tanya Flora kembali.
Arion menggelengkan kepalanya. Layaknya anak kecil yang berhasil ditakut-takuti. Xander tersenyum melihat Flora berbeda dengan wanita lain. Wanita itu mengetahui tentang Arion dan Xander. Tapi Flora tidak mudah melompat ke tempat tidur mereka meskipun kondisi gadis itu sedang kesulitan. Dia mementingkan harga dirinya. Karena itu Xander tidak ragu menawarkan tempat tinggal pada wanita itu. Karena Xander memiliki rencana.
“Jadi bagaimana? Kau menerima tawaranku?” tanya Xander.
Flora menganggukkan kepalanya. “Aku menerimanya.”
“Kalau begitu bawalah koper itu dan ikut denganku.” Xander menunjuk koper milik Flora yang sudah berdiri di samping wanita itu.
Flora menganggukkan kepalanya. Dia mengambil koper itu dan berjalan mengikuti Xander menuju mobil pria itu. Xander membuka bagasi sehingga Flora bisa memasukkan kopernya di dalam. Setelah masuk, mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Terlihat Arion juga hendak mengikuti mereka dengan menghampiri motornya.
“Kau tidak tinggal dulu, Arion? Pesta belum selesai.” tanya Xander menjulurkan kepalanya keluar.
Arion menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Pestanya membosankan. Karena wanita menariknya sudah berada di dalam mobilmu.” Arion menunjuk ke arah Flora.
Flora bingung dengan ucapan Arion. Tapi dia tidak mau memusingkan. Dia berpikir harus berusaha keras menghindari Arion. Karena pria itu suka sekali mempermainkan wanita.
Setelah Arion mengenakan helm dan melesat pergi, Xander mulai menyusulnya. Pria itu jauh lebih tenang membawakan mobil mewah itu melintasi jalanan. Flora bisa bernafas lega. Dia tidak lagi memikirkan di mana dia harus tidur. Meskipun harus memasuki kandang dua singa berbahaya, tapi Flora percaya pada kemampuan bela dirinya sehingga dia tidak perlu cemas jika Arion atau Xander mau melecehkannya. Lagipula Flora percaya Xander tidak akan melakukannya. Dia benar-benar menghargai seorang wanita. Flora hanya perlu waspada pada Arion.
* * * * *
Flora terkagum saat memasuki rumah Xander. Rumah besar dengan desain modern serta didominasi warna putih itu tampak begitu mewah. Sebagai desainer interior, Flora sangat menyukai rumah Xander. Hanya saja tidak banyak sentuhan artistik di dalam rumah. Dari ruang tamu yang menghadap langsung ke halaman belakang di mana ada kolam renang serta tempat untuk beristirahat. Tidak ada lukisan, maupun foto yang menunjukkan sisi lain pemilik rumah.
Flora berjalan menaiki tangga mengikuti Xander. Sampai di lantai dua, Flora melewati satu pintu sebelum akhirnya berakhir di depan pintu berikutnya. Xander berhenti melangkah dan berbalik. Pria itu membuka pintu itu.
“Ini adalah kamarmu. Di sana adalah kamar Arion.” Xander menuju pintu yang baru saja mereka lewati. Lalu pria itu menunjuk ke arah pintu di ujung lorong. “Di sana adalah kamarku. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa bertanya padaku.”
“Atau bertanya padaku.” Ucap Arion yang sudah sampai di rumah dan berdiri di belakang Flora.
Flora menoleh lalu menampilkan wajah kesalnya “Sayangnya aku tidak mau bertanya padamu bahkan jika dipaksa sekalipun.”
Arion menyentuh dadanya seakan terasa sakit. “Baru kali ini ada seorang wanita yang menolakku.”
“Dan kau akan terbiasa dengan hal itu.” Flora berbalik ke arah Xander yang tersenyum melihat pertengkaran Flora dengan Arion. “Terimakasih banyak sudah membantuku, Xander. Aku akan beristirahat dulu.”
Xander hanya menganggukkan kepalanya. Dia melihat Flora menarik kopernya masuk ke dalam kamarnya. Arion hendak mengikuti wanita itu. Tapi langkahnya terpaksa terhenti ketika Flora menutup pintu di hadapan pria itu.
“Kau membawakan mainan yang menarik di rumah ini, Xander.” Ucap Arion tersenyum senang.
Xander menggelengkan kepalanya. “Dia wanita, Arion. Bukan mainan. Lagipula aku memiliki rencana untuk membantunya.”
Xander berjalan menuju kamarnya. Tapi Arion berlari dan menghalangi langkah sahabatnya. “Rencana apa?”
“Rahasia.” Xander berjalan melewati Arion dan masuk ke dalam kamarnya.”
Arion hanya bisa menghela nafas berat. “Dasar pria sok misterius.”
Akhirnya pria itu kembali ke kamarnya. Meninggalkan rasa penasaran yang tertinggal dalam hatinya. Dia berencana akan menanyakan kembali kepada Xander besok.
Di dalam kamarnya, Flora merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk. Dia menghela nafas lega karena bisa merasakan tubuhnya berbaring di tempat yang nyaman. Lalu terdengar ponselnya berdering. Flora mengambil ponsel dari tas kecilnya. Dia melihat nama Mareva muncul di layar ponselnya.
“Halo, Mareva!” Sapa Flora menempelkan ponsel di telinganya.
“Flora, apa kau baik-baik saja?”
Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Flora ingin menjawab seperti itu. Tapi dia tidak mau sahabatnya khawatir.
“Aku baik-baik saja. Ada apa?”
“Aku tadi ke apartemenmu, tapi kosong. Kupikir kau sedang pergi minum untuk melampiaskan kekesalanmu.”
“Aku hanya berjalan-jalan tadi. Tak usah khawatir.”
”Kau yakin?” Mareva tampak tidak yakin.“Sangat yakin, Mareva. Aku akan tidur sekarang. Rasanya hari ini membuatku sangat lelah.”
“Baiklah. Aku mungkin tidak bisa membantu banyak. Tapi jika kau membutuhkan bantuan aku akan mencari cara lain.”
Flora tersenyum mendengar tawaran Mareva. Dia tahu betul Mareva adalah tulang punggung keluarganya. Mana mungkin dia tega meminta bantuan wanita itu.
“Aku tahu. Sampai jumpa lagi, Mareva.”
“Sampai jumpa lagi, Flora.”
Flora meletakkan ponsel di meja samping ranjang. Dia kembali merebahkan tubuhnya. Wanita itu perlu memikirkan tentang hari esok. Tapi rasa lelah membuat wanita itu mengurungkan niatnya. Dia bahkan tidak sempat mengganti pakaiannya tatkala matanya mulai terpejam.
* * * * *
Sine amor, nihil est vita ~ Without love, life is pointless. ~ * * * * * “Keira terlihat sangat cantik dengan gaun biru itu.” Puji Flora, sang pengantin wanita yang menjadi ratu dalam pesta pernikahan malam itu. Tatapan itu tertuju pada Keira yang mengenakan gaun biru tanpa lengan yang begitu cantik memeluk tubuhnya. Brokat biru berkilaunya terlihat seperti es yang membeku di sekitar gaunnya. Xander menyunggingkan senyuman melihat Keira sedang tertawa bersama seorang anak kecil. “Aku sangat yakin gaun itu sangat cocok untuknya. Dia mengatakan jika dia menjadi Elsa mengenakan gaun itu.” Flora tertawa mendengar Xander menyebut tokoh dalam film kartun Frozen. “Kupikir dia jauh lebih mir
Orang mudah menghakimi orang lain. Tapi mereka tidak tahu benar apa yang telah dialami oleh orang lain. Karena itu jangan pernah memandang rendah orang lain. * * * * * “Waahhh…. Es krim ini enak sekali.” Ucap Keira setelah menghabiskan satu cup es krim stroberinya. Xander tersenyum melihat tingkah Keira masih seperti anak kecil. Dia tidak akan menduga gadis yang bijaksana beberapa jam yang lalu sekarang menjelma menjadi anak kecil yang begitu bahagia hanya karena mendapatkan es krim. “Aku tidak akan menyangka kau ingin mengajakku kencan.” Ucap Xander memandang orang-orang yang berlalu lalang di dalam Athens Heart Mall. “K
Tapi jika aku membalas perbuatan mereka, bukankah masalah ini tidak akan ada habisnya. Jadi kupikir sebaiknya memaafkan mereka dan menyingkirkan mereka dari hadapanku. * * * * * Keira memandang Bella, Anna, Dimitra dan Eleni yang berlutut di tengah ruangan Xander. Mereka tampak sangat ketakutan setelah mendapatkan ancaman dari Xander. Pria itu mengatakan jika keputusan semua di tangan Keira. Jika Keira tidak bisa memaafkan perbuatan mereka, maka Xander akan menghancurkan hidup mereka. Keira berjalan menghampiri mereka yang terlihat menunduk ketakutan. Bahkan dia bisa melihat tubuh mereka bergetar. Langkah gadis itu berhenti di hadapan mereka. Menatap mereka satu persatu. “Aku ingin
Tak ada seorangpun yang mampu mengubah masa lalu. Karena masa lalu tidak akan pergi ke manapun. Akan berada di satu tempat yang akan selalu mengingatkanmu. * * * * * “Bagaimana bisa kau berkata seperti itu jika orang yang akan menjadi istriku adalah kau?” “Kau tidak perlu mengelaknya, Xander. Karena aku saja tidak bisa membuatmu…” Ucapan Keira terhenti saat menyadari sesuatu. Tatapan gadis itu tertuju pada Xander yang saat ini tersenyum ke arahnya. “Tadi kau mengatakan apa? Siapa yang akan menjadi istrimu?” “Aku mengatakan jika kau akan menjadi istriku, Kei.” Tubuh Keira terpaku mendengar ucapan Xander. Hatinya terasa seperti diledakkan oleh rasa bahagia mende
Kita tidak bisa memaksakan orang lain berpikir hal yang sama dengan kita, Keira. Mereka memiliki hak untuk menilai orang lain. Tapi menyakiti orang lain sangatlah tidak dibenarkan. * * * * * Keira turun dari atas motor Arion. Dia tidak menyangka Arion akan menemukannya di taman itu. Gadis itu juga semakin terkejut saat mendengar dari Arion jika Xander mencemaskannya karena belum pulang. Keira tidak sadar waktu sudah sangat larut dan gadis itu juga merasa kesulitan harus berhadapan dengan Xander. Karena ketika memandang pria itu saja langsung mengingatkan Keira pada alasan kecelakaan yang menimpa Xander. “Terimakasih sudah mengantarkanku pulang, Arion.” Keira menyerahkan helm yang tadi dikenakannya kepada pria itu.
Jelas bukan kebohongan yang berusaha dia ciptakan untuk membuat kita tidak merasa bersalah lagi. * * * * * Xander terlihat panik saat dia tidak bisa menghubungi Keira. Jam sudah menunjukkan tengah malam. Tapi Keira masih belum pulang. Sopir yang biasanya mengantar jemput Keira pun mengatakan jika dia belum melihat Keira. Pria itu begitu takut terjadi hal buruk pada Keira. “Thomas, siapkan mobil. Kita cari Keira sekarang.” Perintah Xander. Thomas yang juga mencemaskan keberadaan Keira pun menganggukkan kepalanya. “Baik, Mr. Devetzi.” Sembari menunggu Thomas, Xander pun menelpon Arion. Setelah nada tunggu beberapa saat, barulah pria itu bisa mendengar suara saha