Sebelum merendahkan lawanmu, kenali dulu dia.
Jangan menganggap remeh siapapun.
Karena orang yang kecil pun bisa mengalahkan orang yang besar.
* * * * *
Seorang pria dengan tinggi 185 sentimeter berdiri di depan cermin dengan senyuman puas di wajahnya. Dialah Arion Kavakos, pria tampan layaknya pangeran iblis yang sangat menggoda ketika pria itu mengenakan kemeja hitam. Pria itu mengenakan jam tangan Expedition berwarna hitam yang tampak sangat berkelas.
Setelah puas dengan penampilannya, Arion melangkah keluar. Tepat saat itu, pintu yang lain terbuka. Menampilkan sosok yang berbanding terbalik dengan Arion. Pria tampan lainnya yang mengenakan kemeja putih layaknya malaikat menawan yang siap menjerat wanita manapun yang melihatnya. Pria yang lebih tinggi beberapa sentimeter itu bernama Xander Devetzi.
“Apakah tidak ada pakaian lain selain gelap, Arion?” tanya Xander melihat kemeja hitam yang dikenakan Arion.
“Haruskah aku bertanya juga padamu, Xander? Kau juga memiliki kemeja putih sama banyaknya dengan kemeja hitam milikku.”
Xander pun tertawa mendengar ucapan Arion yang tepat sasaran. “Tak perlu. Lebih baik berangkat sebelum terlambat.”
“Siap, Tuan tepat waktu.” Ucap Arion tegas layaknya seorang prajurit.
Jika Arion berantakan, maka Xander adalah kebalikannya. Dia selalu rapi, teroganisir dan menyukai tepat waktu. Itulah yang membuat Xander terkadang kaku bahkan terkesan dingin. Berbeda dengan Arion yang fleksibel.
Akhirnya kedua pria tampan itu melangkah turun ke lantai bawah. Kemudian mereka keluar menuju garasi. Xander berjalan menghampiri mobil Zenvo ST1 berwarna putih. Pria itu membuka pintu mobil lalu melompat masuk. Sedangkan Arion tidak berada satu mobil dengan Xander. Pria yang menyukai kebebasan seperti Arion sangat menyukai kecepatan. Karena itu dia memilih menghampiri motor NCR M16 berwarna hitam. Keduanya menghidupkan mesin kendaraan mereka. Sebelum akhirnya melepaskan mereka keluar dari garasi.
* * * * *
Flora memandang dirinya dalam pantulan kaca toilet. Gaun hitam sederhana dengan potongan sampai lutut serta tali tipis menggantung di kedua bahunya membuat kulit kecoklatan Flora yang eksotis terekspos. Wanita itu menghela nafas berat. Hanya gaun ini pakaian terbaik yang dimilikinya. Sisanya adalah setelan kerja yang tidak cocok untuk acara reuni.
Sebenarnya Flora sama sekali tidak menyukai acara ini. Bahkan sebelumnya dia tidak berniat untuk berangkat. Pasalnya Flora bukanlah murid populer dulunya. Sehingga dia merasa reuni itu tidaklah penting untuknya. Tidak ada teman sekolahnya yang ingin ditemui. Tapi karena perutnya sangat lapar dan acara ini gratis, maka mau tidak mau Flora menggunakan kesempatan ini untuk mengisi perutnya yang kelaparan.
Wanita itu dengar acara ini disponsori oleh dua teman sekolahnya yang sukses. Arion Kavakos dan Xander Devetzi. Maka tidak heran acara ini gratis untuk tamu undangan. Flora menghela nafas. Dia menggelengkan kepalanya. Bukan saatnya memikirkan sponsor dibalik acara ini. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana dia akan menjalani kehidupan setelah ini. Dia harus membayar hutang yang dipakai Karolos. Bahkan pria itu tidak bisa dihubungi. Tapi yang membutuhkan pertanyaan besar adalah, di mana dia akan tidur malam ini?
Wanita itu memilih menyimpan pikiran itu. Saatnya dia harus pergi. Setelah keluar dari toilet dengan membawa kope, Flora memikirkan bagaimana dia masuk tanpa membawa koper. Akhirnya dia melihat pepohonan rindang dekat pintu masuk. Jika sudah malam pasti tidak akan ada yang melihat kopernya. Akhirnya Flora meletakkan kopernya di sana sebelum akhirnya berjalan masuk.
Reuni itu diadakan di sebuah cafe yang besar. Di pinggir-pinggir terlihat meja-meja yang sudah dipenuhi makanan. Flora melihat sekelilingnya. Dia tahu beberapa teman sekolah yang masih dikenalinya. Lalu tatapannya tertuju pada kursi yang terletak di tengah ruangan. Dia melihat jelmaan iblis dan malaikat yang duduk berdampingan. Flora langsung mengenali mereka adalah Arion dan Xander. Karena sejak dulu mereka selalu menjadi idola dan dikelilingi banyak orang. Berbeda dengan dirinya.
Flora memutuskan untuk mengambil makanan sedikit demi sedikit. Mencicipi kelezatan makanan yang dihidangkan. Dia pikir malam ini dia akan makan sepuasnya agar besok dia bisa bertahan tanpa makan.
Lain halnya Arion yang sangat menikmati perhatian yang di dapatkan. Belum membuka mulut saja sudah ada dua wanita yang berusaha merayunya. Sedangkan Xander menggoyangkan anggur dalam gelasnya dengan bosan. Bahkan dia tampak dingin terhadap wanita yang berusaha merayunya.
“Arion, bagaimana jika nanti kita pergi ke suatu tempat?” tanya wanita yang mengenakan gaun mini berwarna biru.
“Sayang sekali, Cantik. Aku tidak bisa. Aku harus bekerja nanti.” Tolak Arion. Meskipun senang mendapatkan perhatian, dia bosan dengan wanita yang mudah menyerahkan dirinya untuknya.
Tatapan Arion tertuju pada sosok wanita yang mengenakan gaun hitam. Dia adalah Flora yang tampak lebih tertarik dengan makanan. Hal itu justru membuat Arion tertarik. Pria itu berdiri dan melepaskan tangan wanita yang memeluk lengannya. Dia berjalan menghampiri Flora.
“Sepertinya makanan itu jauh lebih menarik.” Ucap Arion berdiri di samping Flora.
Wanita itu terkejut sehingga tersedak. Arion mengambilkan segelas air putih lalu menyodorkannya pada Flora. Wanita itu mengambil gelas di tangan Arion. Meminumnya hingga air di dalam gelas itu habis. Akhirnya wanita itu bisa bernafas lega. Dia terkejut karena ada orang yang tertarik mengusik dirinya. Akhirnya wanita itu menoleh. Betapa terkejutnya dia melihat Arion.
“Sepertinya aku tidak pernah melihatmu dulu.” Arion memicingkan matanya melihat Flora.
“Karena aku tidak sepopuler dirimu. Terimakasih sudah membantuku mengambil gelas air putih ini. Permisi.” Flora berbalik untuk menghindari pusat perhatian tertuju padanya.
Namun tangan Arion menahan tangannya. “Kau mau ke mana?”
“Menghindarimu.” Ketus Flora.
“Menghindariku?” Arion terkejut dengan jawaban Flora.
“Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Sedangkan di mana pun kau berada pasti akan menjadi pusat perhatian. Jadi sebaiknya lepaskan tanganku atau aku akan membantingmu.”
“Membantingku? Kau pasti bercanda bukan?” Arion terkekeh geli.
“Hei lihat! Ada seseorang yang sedang mengobrak-abrik koper.” Seru seorang pria dari pintu masuk.
Merasa itu kopernya, Flora pun jadi panik. Dia meronta melepaskan cengkraman Arion. “Lepaskan aku.”
“Tidak, sebelum kau mau minum denganku.” Arion menampilkan senyuman yang selalu membuat para wanita bertekuk lutut di bawah kakinya.
Sayangnya Flora bukanlah wanita biasa yang mudah terhasut oleh ketampanan dan status Arion. Bahkan wajah wanita itu tampak begitu dingin serta tatapan tajamnya menusuk Arion.
“Jangan salahkan aku menyakitimu.” Flora memutar tangannya dan dengan tangannya yang lain dia menarik tubuh Arion dan melemparkannya ke lantai.
Seketika semua orang terkejut dengan apa yang Flora lakukan. Arion meringis sakit dan cengkramannya pun mengendur. Flora memanfaatkan hal itu untuk membebaskan dirinya. Dia segera berlari keluar untuk menyelamatkan kopernya.
Dan benar saja saat melihat seorang pria mengobrak-abrik kopernya membuat darah Flora mendidih. Segera wanita itu menghampirinya.
“Hentikan! Apa yang kau lakukan pada koperku?” tanya Flora dengan penuh emosi.
“Oh, jadi koper ini adalah milikmu, Wanita cantik? Kupikir sudah tidak terpakai karena itu aku membongkarnya. Tidak tahunya aku menemukan bra yang cantik. Bagaimana jika aku melihat bra itu kau pakai?” tanya pria itu hendak menyentuh Flora.
Wanita itu meraih tangan pria itu memutarnya dan menariknya ke belakang tubuh pria itu. Seketika pria itu merintih kesakitan. Flora tersenyum sinis melihat reaksi pria itu.
“Berani menyentuhku dengan tangan kotormu, kupastikan tanganmu tidak akan berfungsi lagi.” Flora menekan tangan pria itu membuatnya berteriak kesakitan.
“A-aku mengerti. Maafkan aku. Tolong lepaskan aku.”
Flora mendorong pria itu menjauh dan menendangnya hingga tubuh pria itu jatuh terguling di trotoar. Segera dia lari terbirit-birit. Merasa telah salah memilih wanita yang hendak dilawannya. Dada Flora naik turun dengan irama cepat. Perpaduan marah, lelah, frustasi dan sekarang malu menjadi pusat perhatian orang membuat Flora ingin menangis.
Wanita itu berlutut dan memunguti pakaiannya satu persatu. Dia berusaha menahan air matanya untuk tidak menangis. Tapi tetap saja air mata itu jatuh ke pipi dengan sendirinya. Segera Flora mengusapnya dengan punggung tangan.
“Ini.” Tangan terulur menyerahkan blouse pink lembut milik Flora.
Wanita itu mendongak dan mendapati Xander berlutut membantunya memunguti pakaiannya. Flora mengambil blouse itu lalu memasukkannya ke dalam koper. Setelah menutupnya, wanita itu berdiri. Begitu juga dengan Xander.
“Terimakasih.” Ucap Flora dengan kepala tertunduk.
“Di mana kau tinggal? Aku akan mengantarmu.” Tawar Xander.
Flora terdiam. Dia tidak tahu di mana dia akan tinggal. Dia tidak bisa menyusahkan Mareva karena sahabatnya itu juga sedang berada dalam kesulitan ekonomi.
“Tidak perlu. Karena aku tidak tahu harus ke mana.”
“Kau tidak memiliki tempat tinggal?” Xander memicingkan mata menatap Flora.
Dengan perasaan malu, Flora menganggukkan kepalanya. Bahkan wanita itu menundukkan kepalanya tidak berani menatap Xander.
“Kalau begitu, bagaimana jika kau tinggal denganku?” seketika tawaran itu membuat Flora mendongak terkejut.
* * * * *
Sine amor, nihil est vita ~ Without love, life is pointless. ~ * * * * * “Keira terlihat sangat cantik dengan gaun biru itu.” Puji Flora, sang pengantin wanita yang menjadi ratu dalam pesta pernikahan malam itu. Tatapan itu tertuju pada Keira yang mengenakan gaun biru tanpa lengan yang begitu cantik memeluk tubuhnya. Brokat biru berkilaunya terlihat seperti es yang membeku di sekitar gaunnya. Xander menyunggingkan senyuman melihat Keira sedang tertawa bersama seorang anak kecil. “Aku sangat yakin gaun itu sangat cocok untuknya. Dia mengatakan jika dia menjadi Elsa mengenakan gaun itu.” Flora tertawa mendengar Xander menyebut tokoh dalam film kartun Frozen. “Kupikir dia jauh lebih mir
Orang mudah menghakimi orang lain. Tapi mereka tidak tahu benar apa yang telah dialami oleh orang lain. Karena itu jangan pernah memandang rendah orang lain. * * * * * “Waahhh…. Es krim ini enak sekali.” Ucap Keira setelah menghabiskan satu cup es krim stroberinya. Xander tersenyum melihat tingkah Keira masih seperti anak kecil. Dia tidak akan menduga gadis yang bijaksana beberapa jam yang lalu sekarang menjelma menjadi anak kecil yang begitu bahagia hanya karena mendapatkan es krim. “Aku tidak akan menyangka kau ingin mengajakku kencan.” Ucap Xander memandang orang-orang yang berlalu lalang di dalam Athens Heart Mall. “K
Tapi jika aku membalas perbuatan mereka, bukankah masalah ini tidak akan ada habisnya. Jadi kupikir sebaiknya memaafkan mereka dan menyingkirkan mereka dari hadapanku. * * * * * Keira memandang Bella, Anna, Dimitra dan Eleni yang berlutut di tengah ruangan Xander. Mereka tampak sangat ketakutan setelah mendapatkan ancaman dari Xander. Pria itu mengatakan jika keputusan semua di tangan Keira. Jika Keira tidak bisa memaafkan perbuatan mereka, maka Xander akan menghancurkan hidup mereka. Keira berjalan menghampiri mereka yang terlihat menunduk ketakutan. Bahkan dia bisa melihat tubuh mereka bergetar. Langkah gadis itu berhenti di hadapan mereka. Menatap mereka satu persatu. “Aku ingin
Tak ada seorangpun yang mampu mengubah masa lalu. Karena masa lalu tidak akan pergi ke manapun. Akan berada di satu tempat yang akan selalu mengingatkanmu. * * * * * “Bagaimana bisa kau berkata seperti itu jika orang yang akan menjadi istriku adalah kau?” “Kau tidak perlu mengelaknya, Xander. Karena aku saja tidak bisa membuatmu…” Ucapan Keira terhenti saat menyadari sesuatu. Tatapan gadis itu tertuju pada Xander yang saat ini tersenyum ke arahnya. “Tadi kau mengatakan apa? Siapa yang akan menjadi istrimu?” “Aku mengatakan jika kau akan menjadi istriku, Kei.” Tubuh Keira terpaku mendengar ucapan Xander. Hatinya terasa seperti diledakkan oleh rasa bahagia mende
Kita tidak bisa memaksakan orang lain berpikir hal yang sama dengan kita, Keira. Mereka memiliki hak untuk menilai orang lain. Tapi menyakiti orang lain sangatlah tidak dibenarkan. * * * * * Keira turun dari atas motor Arion. Dia tidak menyangka Arion akan menemukannya di taman itu. Gadis itu juga semakin terkejut saat mendengar dari Arion jika Xander mencemaskannya karena belum pulang. Keira tidak sadar waktu sudah sangat larut dan gadis itu juga merasa kesulitan harus berhadapan dengan Xander. Karena ketika memandang pria itu saja langsung mengingatkan Keira pada alasan kecelakaan yang menimpa Xander. “Terimakasih sudah mengantarkanku pulang, Arion.” Keira menyerahkan helm yang tadi dikenakannya kepada pria itu.
Jelas bukan kebohongan yang berusaha dia ciptakan untuk membuat kita tidak merasa bersalah lagi. * * * * * Xander terlihat panik saat dia tidak bisa menghubungi Keira. Jam sudah menunjukkan tengah malam. Tapi Keira masih belum pulang. Sopir yang biasanya mengantar jemput Keira pun mengatakan jika dia belum melihat Keira. Pria itu begitu takut terjadi hal buruk pada Keira. “Thomas, siapkan mobil. Kita cari Keira sekarang.” Perintah Xander. Thomas yang juga mencemaskan keberadaan Keira pun menganggukkan kepalanya. “Baik, Mr. Devetzi.” Sembari menunggu Thomas, Xander pun menelpon Arion. Setelah nada tunggu beberapa saat, barulah pria itu bisa mendengar suara saha
Luka di kulit mudah disembuhkan. Tapi luka di hati sulit dihilangkan. * * * * * Sebuah tangan menghentikan gerakan tangan Anna. “Kau membukanya lagi, aku pasti akan mematahkan tanganmu.” Semua orang pun menoleh saat mendengar suara yang begitu dingin. Mereka semua terkejut saat melihat Arion berdiri dengan tatapan tajam dilayangkan ke arah Anna. Seketika tubuh Anna gemetar karena ketakutan. Tatapan Arion begitu mengerikan. Seperti seorang pembunuh berdarah dingin. Segera Anna melepaskan kancing terakhir blouse Keira yang hendak dilepaskannya. Arion melepaskan jasnya. Saat hendak menutupi tubuh Keira yang terbuka, Arion melayangkan tatapan tajam ke arah Dimitra dan Eleni sehingga kedua wa
Jangan percaya pada orang dengan begitu mudah. Karena belum tentu orang yang kita anggap baik memiliki hati malaikat. * * * * * Keira berteriak kesakitan ketika Anna menarik rambutnya masuk ke dalam sebuah toilet. Gadis itu yakin beberapa rambutnya pasti rontok karena ulah kasar Anna. Sampai di dalam kamar mandi, Anna mendorong tubuh Keira hingga menabrak dinding yang membuat punggung gadis itu terasa begitu sakit. Tatapan Keira beralih pada Anna yang berdiri di hadapannya bersama kedua temannya. “Mengapa kalian menyakitiku? Apakah aku pernah melakukan kesalahan pada kalian?” tanya Keira kesal. “Kesalahanmu adalah kau menjadi jalang kecil di hadapan kami. Bagaimana bisa gadis tidak tahu malu sepertimu menggoda Mr. Devetz
"Sincerity that comes from within is a gem that shines from within." * * * * * “Sepertinya setelah makan siang kau tampak jauh lebih bersemangat, Kei.” Ucap Bella melihat Keira tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Keira menoleh dan melihat Bella berdiri di sampingnya. “Perut kenyang selalu membuatku bersemangat, Bella.” Wanita itu memicingkan matanya. “Kau yakin hal yang membuatmu bahagia adalah makanan? Kupikir kau terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta.” Keira melotot kaget mendengar ucapan Bella. “Kau mengetahuinya? Tapi bagaimana?” Bella tersenyum dan langsung menarik kursi di sampingnya