Harus memikirkan baik-baik keputusan yang diambil.
Karena ketika kita sudah salah melangkah,
maka tidak ada jalan untuk kembali.
* * * * *
“Aku mencintaimu, Flora. Kau sudah mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan. Kau yang mampu menciptakan perasaan ini adalah hatiku. Karena itu, maukah kau menjadi kekasihku?”
Flora terdiam mendengar pernyataan cinta dan permintaan Xander yang menginginkan dirinya untuk menjadi kekasih pria itu. Wanita itu tidak menyangka Xander memiliki perasaan seperti itu terhadapnya. Pasalnya Flora sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya.
Setelah mengenal Xander, Flora memang menyukai pria itu. Xander lembut dan sanga
Waduh. Flora jadian sama Xander tapi perasaannya sama Arion. Gimana kelanjutannya ya? Tunggu updatenya ya
Terkadang pikiran memiliki keinginannya sendiri. Tidak bisa dikendalikan. * * * * * Arion berdiri di depan pintu kamar rawatnya. Di tangannya pria itu menggenggam sebuat tas. Sedangkan satu tangannya yang hendak meraih gagang pintu kamar itu berhenti di udara. Seakan pria itu ragu apakah dia harus masuk ke dalam atau tidak. Pria itu mengingat berita yang dikatakan Xander kemarin. Seharusnya Arion merasa bahagia. Sahabatnya akhirnya menemukan wanita yang dicintainya. Tapi anehnya Arion justru merasakan dadanya terasa begitu sesak. Seolah ada batu besar yang menindihnya. Pria itu menggelengkan kepalanya. Dia meyakinkan dirinya sendiri jika dia tidak boleh merasakan hal seperti itu. Arion menyayangi Xander. Dia juga menyayangi Flora. Jika mereka tahu
Tidak mudah menghadapi kebenaran. Terutama ketika kebenaran itu menimbulkan kebencian seseorang. * * * * * Arion berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dia hendak menjenguk Flora. Namun langkahnya terasa berat ketika ucapan Flora kemarin masih berputar-putar dalam pikirannya. Sebesar apapun kesalahannya, dia tetaplah ayahmu, Arion. Menemuinya tidak berarti kau akan memaafkannya, Arion. Tidak mudah bagi seseorang untuk memaafkan. Tapi tidak ada salahnya kau memberi kesempatan. Aku yakin ibumu pasti tidak ingin kau mengeraskan hatimu seperti ini, Arion. Meskipun Arion tidak ingin mempedulikan tentang ayahnya dan ucapan Flora, tapi tetap saja pembahasan mengenai ibunya membua
Jangan berusaha mengambil kesalahan yang kulakukan dan menjadikannya kesalahanmu, Xander. Aku bukan anak kecil yang takut menyadari kesalahanku. * * * * * Setelah menjenguk ayahnya dengan emosi yang berkecamuk, Arion memilih pergi mengunjungi kamar di mana Flora di rawat. Saat Arion membuka pintunya, dia melihat Flora tampak melamun. Bahkan buku gambar di hadapannya serta pensi yang ada di tangannya sama sekali tidak diperdulikannya. Arion berjalan menghampiri Flora. Saat itulah wanita itu menoleh mendengar langkah kaki pria itu. Wanita itu berusaha tersenyum saat melihat Arion. “Kupikir kau tidak akan datang.” Ucap Flora seharian menantikan kedatangan Arion. “Tentu saja aku datang. Tadi aku pergi menjenguknya lebih dulu
“Sayangnya aku bukan wanita manja yang selalu mengejarmu, Xander. Aku bukanlah tipe manja dan lemah yang setiap saat membutuhkan pertolonganmu. Tapi kupikir ketika aku benar-benar tidak bisa mengandalkan diriku sendiri, aku pasti akan mengandalkanmu.”* * * * *Akhirnya hari di mana Flora keluar dari rumah sakit pun tiba. Wanita itu sudah mengganti piyama rumah sakit dengan pakaian yang dibawakan oleh Xander sebelumnya. Setelah mengikat rambutnya di belakang kepalanya, dia siap untuk pulang. Terdengar suara pintu dibuka. Wanita itu bisa melihat Xander berjalan masuk. Seperti biasa, pria itu menyunggingkan senyumannya melihat Flora.“Aku sudah mengurus administrasi rumah sakit. Jadi sekarang kau bisa pulang.”
Alam bawah sadar menyimpan kebenaran yang tidak bisa diungkapkan oleh akal sehat. Menyembunyikannya dari hadapan orang-orang. * * * * * Dengan susah payah Flora memapah Arion menuju kamarnya. Sialnya membawa Arion menaiki tangga jauh lebih sulit dari yang diperkirakan. Karena Arion yang manja terkadang melepaskan tangan Flora dan memilih duduk di tangga. “Aku lelah. Aku mau di sini saja. Bisakah aku tidur di sini saja, Flo?” tanya Arion dengan nada manja. Flora mendengus kesal karena harus menghadapi Arion yang berubah menjadi anak kecil. Benar-benar manja. Ingin rasanya wanita itu menendang pria itu sehingga menggelinding di tangga.
Lain di mulut lain di hati. Tidak mudah mengungkapkan isi hati. Terutama di depan seseorang yang dicintai. * * * * * “Kejadian semalam? Memang apa yang terjadi semalam? Aku hanya ingat jika aku sedikit mabuk terus pulang ke rumah. Apakah aku melakukan tindakan yang aneh semalam? Aku tidak menyakitimu bukan?” Flora menyentuh dadanya yang terasa sakit. Arion melupakan kejadian semalam begitu saja. Wanita itu benar-benar kecewa. Padahal untuk pertama Flora mengakui perasaannya. Tapi Arion justru tidak mengingatnya. “Mengapa kau diam, Flo? Apakah aku benar-benar menyakitimu?” tanya Arion cemas. “Ya, aku menyakit
Terkadang cinta tidak bisa saling bersatu.Terkadang cinta tidak bisa memiliki.* * * * *Arion kali ini tidak menggunakan motornya. Dia menggunakan mobilnya untuk membawa kekasih barunya pergi. Di dalam mobil Arion yang sedang menyetir tidak bisa melupakan tatapan Flora saat dia berada di perusahaannya. Sebenarnya Arion sengaja mengundang salah satu temannya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya agar Flora marah dan benci padanya. Arion berpikir ini adalah satu-satunya cara untuk menjauhkan Flora darinya. Setelah pernyataan cinta yang tidak sengaja dia lakukan dalam kondisi mabuk, Arion tidak ingin membuat Flora berharap padanya.“Sepertinya ada seseorang yang sedang mengisi pikiranmu. Apakah seorang wanita?” tanya Celine yang duduk di sampin
Cinta sulit dijelaskan. Cinta juga sulit diuraikan. Cinta hanya bisa dirasakan. Cinta juga bisa disalurkan. * * * * * “Apa kau merasa bosan?” tanya Xander. Saat ini mereka sedang makan malam romantis di sebuah restoran mewah. Tapi sayangnya Flora terdiam bahkan sejak wanita itu datang. Xander bisa melihat seperti ada yang sedang dipikirkan wanita itu. Flora tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Tidak. Sama sekali tidak.” Sayangnya Flora tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan Arion. Bahkan ketika wanita itu menoleh dan melihat pantai. Seketika m