Masuk"Kenapa semalam bohong?"Kinan memainkan jari jemari tangannya. Ia tak berani menoleh sedikitpun. "Gak bohong, semalam emang Lyra gak ada di rumah aku. Aku yang bohong sama kakek. Tapi ini karena Lyra yang mau. Plis jangan kasih tau, ya.""Jadi semalam dia dimana?""Gak tau. Emangnya ada apa, sih? Tapi dia bilang baik-baik aja, terus sekarang lagi ada urusan kerjaan sama cowoknya."Victor menggenggam erat stir mobil. Yang jelas semalam Lyra bersama Victor karena teleponnya diangkat oleh pria itu. Tak disangka Kakaknya benar-benar sekeras kepala ini. Bahkan sebelum dirinya resmi bercerai dia sudah mendekati wanita lain. Di sisi lain Kinan tak tau apapun. Hanya menerka-nerka apakah Lyra kabur? Tapi tak mungkin. Sepertinya setelah ini dia harus bertanya pada Jonan. Kinan tak mau jika ternyata Lyra memintanya berbohong pada sang Kakek untuk keburukan."Sekarang gue mau minta bantuan Lo, Ki.""Bantuan apa? Aduh, jangan bawa-bawa aku deh.""Kalau Lo bisa bantuin gue, Lo bisa kerja di perus
"Ya ampun, Lo tenang dulu dong. Gimana gue mau bantu kalau Lo malah gini.""Gimana gue bisa tenang? Abang gue pasti lagi berduaan sama Lyra. Gue gak terima ada orang yang sentuh dia selain gue."Jonan mengusap wajahnya kasar. "Iya gue ngerti. Tapi Lo harus mikir pake kepala dingin. Gue jadi ga bisa bantu mikir liat Lo mondar-mandir kayak tadi. Pusing gue liatnya."Harry mulai mengatur nafas. Dia duduk di sebelah Jonan. Setelah mengantar Domini pulang Harry langsung mencari Lyra ke apartemennya namun tak ada di sana. Domini yang sudah marah meminta Harry membawa Lyra pulang malam ini. Pria tua itu merasa cucunya sudah berubah semenjak mengenal pria baru, menjadi lebih keras kepala.Harry tak tau dimana Lyra saat ini. Bahkan setelah bertanya pada Kinan, wanita itu juga tak tau keberadaan Lyra. Kini Harry meminta Jonan ikut mencari Lyra. Mungkin saja dia pernah mendengar cerita Lyra yang pergi dengan Victor. "Gue juga udah coba telepon dia tapi gak di angkat. Kalau dia emang sama Abang
"kenapa Lyra belum datang juga? Kakek yakin dia datang, kan?" Harry menatap pintu restaurant seakan menunggu seseorang datang. Domini memang sudah membuat janji untuk makan malam berdua bersama cucunya di luar. Hari itu Lyra juga setuju untuk langsung bertemu di restoran tapi tiba-tiba saja malam ini dia tak bisa dihubungi. "Harusnya datang. Apa dia lupa?""Mungkin lagi berduaan sama pacar barunya. Liat aja, dia sampai lupa sama Kakek. Pasti cowoknya ga baik," ucap Harry memprovokasi. Domini terdiam mulai memikirkan hal tersebut. Benar juga, semenjak Lyra bersama kekasih barunya wanita itu menjadi jarang berbicara dengannya. Bahkan tak banyak bicara."Kamu bicara begitu memangnya tau benar siapa pacar Lyra,?"Harry mengangkat bahunya acuh. "Liat aja nanti.""Sebenarnya kalau saja Lyra bawa orang itu kerumah Kakek bisa saja beri restu selama dia pria yang baik. Apapun yang membuat Lyra bahagia. Tapi dengan dia yang tidak bertindak seperti pria untuk datang ke rumah, itu jadi pertimb
"Kamu kenapa?"Lyra terlihat panik saat melihat Victor datang ke butiknya dengan wajah dipenuhi lebam. Dengan cepat ia membawa Victor duduk di sofa yang ada di ruangan. Ia meringis melihat darah yang menetes sampai ke baju. Ada yang tak beres."Tolong kamu ke apotik terus beli obat luka, ya. Sekalian minta satu orang ambil air dingin untuk kompres," titah Lyra pada salah satu pekerja."Iya, Mbak.""Cepetan!"Victor merebahkan tubuhnya di atas sofa karena tubuhnya terasa sangat lemah. Bahkan saat dimobil dia mengendarainya begitu pelan karena hampir kehilangan kesadaran. Tak disangka adiknya akan marah dengan menghajarnya seperti tadi.Dengan kondisi tubuh lemah seperti ini seharusnya dia pergi ke rumah dan mengobati lukanya, tapi dia memilih datang menemui Lyra karena takut Harry lebih dulu datang ke sini. Victor tau suatu hari nanti Lyra akan tau semuanya tapi dia ingin melakukan cara agar wanita itu tak meninggalkannya meski tau kebenaran. Dengan cara apa? Manipulasi."Kamu mau ke r
Di tengah alunan musik yang lembut yang keluar dari radio cafe, dinginnya kipas tak lagi terasa. Suasana berubah menjadi gerah, panas, dan kelam. Jonan melirik Harry yang menjadi diam sejak beberapa menit yang lalu. Meski dirinya tau pria itu pasti sedang marah padanya.Sementara itu Harry kini memijat pelipisnya. Meski sudah mendengar semua penjelasan dari Jo namun dirinya masih belum mencerna jelas, ada rasa tak terima. Bagaimana bisa dan kenapa orang yang tengah memiliki hubungan dengan Lyra adalah kakaknya sendiri. Sudah jelas jika dia memiliki istri. Apa Lyra tau soal ini? Banyak pertanyaan melintas di kepalanya.Tiba-tiba Harry berdiri dan menarik baju Jonan. "Kenapa Lo baru bilang, huh? Lo tau semua ini dan Lo baru kasih tau gue sekarang?""Har, tenang dulu. Gue minta maaf, tapi gue takut Lo kaget. Makanya gue bilang sekarang karena ga ada waktu yang pas, Lo harus tau.""Tapi Lo gak jujur dari awal!" teriaknya yang mendapat tatapan dari para pekerja. Sadar akan tempat dimana me
Kinan berdiri di bahu jalan menunggu ojek online. Bukan hanya sekedar alasan, dia meninggalkan rumah Kakeknya Lyra memang karena akan pergi bekerja. Lagipula dia tak mau ikut campur lebih tentang masalah Lyra dan Harry. Saat menunggu driver, Kinan sempat melihat Jonan yang Keluar dari mobil bersama seorang wanita yang tak lain adalah Jihan. Hatinya kembali memanas. Apa tida ada wanita lain yang bisa temannya itu dekati.Dua orang itu terlihat mengobrol sesaat sebelum Jihan kembali masuk ke dalam mobil dan pergi. Sementara Jonan sibuk dengan ponselnya masih belum menyadari kehadiran Kinan yang tak jauh darinya. Padahal dia baru saja bertemu dengan Jihan untuk membahas sesuatu."Ekhem! Enak banget yang dianter Tante girang," celetuk Kinan sedikit mengencangkan suara.Jonan menoleh. Menyadari keberadaan Kinan ia langsung menghampiri wanita itu. "Lo di sini juga? Ngapain?""Kepo banget.""Kalau ngomong itu jangan sembarangan. Kenapa, sih? Cemburu Lo liat gue sama cewek lain?""Enak aja c







