LOGINLyra Calista, wanita cantik yang dikenal aktif dan dewasa itu baru saja membuka usaha butiknya. Namun siapa sangka setelah acara pembukaan butik itu hidupnya berubah. dia terus mendapatkan surat dari pria yang tak dikenal. Hingga waktu dimana ia mulai mengetahui siapa orang itu, dan mereka mulai memiliki hubungan yang dekat, bahkan intim. Sayangnya ada fakta yang tidak ia ketahui. cinta mereka terlarang, tidak seharusnya ada. pria itu ternyata sudah berkeluarga. "Jadi selama ini kamu suami orang? Kamu jadiin aku simpanan?" "Bukan, Ra. Kamu lebih dari itu."
View MoreLampu neon berkelip dengan warna merah dan biru, berpadu dengan dentuman musik yang membuat dinding klub malam itu bergetar. Aroma parfum mahal bercampur dengan alkohol menyebar di udara, membuat kesan yang memabukkan.
Di tengah keramaian, seorang wanita menarik perhatian hampir semua pasang mata. Lyra, cantik, seksi, dan berkarisma. Gaun hitam membalut tubuhnya dengan pas, menonjolkan lekuk yang membuat banyak pria terdiam hanya untuk menatap. Bibirnya merah berani. "Mana Harry?" tanya seorang bartender di sebrang sana dengan sedikit berteriak. Wanita itu menoleh dan menekuk bibirnya. "Jangan bahas dia lagi." "Loh, kenapa?" Ia menyandarkan tubuhnya pada meja bar, jemari lentiknya memutar gelas cocktail berwarna merah. Dulu setiap datang ke tempat ini Lyra selalu datang dengan mantannya. Pria itu tak mengijinkan kekasihnya untuk datang sendiri ke tempat seperti ini. "Ck, udah basi." Dari arah pintu masuk, datang sosok pria matang dengan aura berbeda. Memiliki aura yang mendominasi hingga kehadirannya langsung terasa. Kemeja putihnya digulung sebatas siku, menampilkan kesan maskulin yang memikat. Itu juga menarik perhatian Lyra. Wanita itu memperhatikan penampilan orang yang terlihat berbeda. Terlalu formal berada di tempat seperti ini. Wajahnya seperti tidak asing. Mirip seseorang. Lyra sudah meneguk lebih banyak cocktail daripada biasanya. Matanya makin berkilau, setengah sadar dia tersenyum menatap gelas di tangannya. telunjuknya bergerak mengetuk meja mengikuti alunan musik. Kembali mengangkat wajah. Matanya menangkap kembali pria yang sejak awal masuk ke tempat ini hanya berdiri kaku. Berada di pojok ruangan, sendirian. Entah dorongan dari mana wanita itu berjalan mendekati pria yang sejak tadi menarik perhatiannya. "Hi," sapanya tersenyum lembut. Pria di depannya mengangkat sebelah alis. Seorang wanita muda, cantik, berlenggok menghampiri ke arahnya. Bahkan bau alkohol itu tercium begitu Lyra membuka mulutnya. Sepertinya wanita ini memang dalam pengaruh alkohol. Apa dia salah satu wanita malam yang bekerja di sini? "Siapa?" "Kamu mirip mantan aku. Tapi lebih tampan," ucapnya sambil tertawa pelan. Ya, kini Lyra mulai sadar jika wajah yang tak asing itu mirip seperti mantannya. Atau hanya perasaannya saja? Apa karena dia rindu jadi melihat seseorang mirip sang mantan? Ah, mana mungkin. "Pergi!" Pria itu masih memasang wajah datarnya. Masih belum mengerti tujuan perempuan ini menghampirinya. “Kaku banget. Mau gabung sama aku? masa cowok seganteng ini ga ada yang godain," ajak Lyra dengan suara serak namun terdengar manis. Pria itu meneguk ludahnya kasar. Sesaat menatap tubuh wanita di depannya dari atas sampai bawah. “Kamu sendirian di sini?" balasnya setengah berbisik. Lyra tersenyum, menatapnya sambil menggigit bibir bawahnya. “Siapa bilang aku sendirian?" "Apa kamu sedang menggoda saya? Kalau iya, kamu dalam bahaya." "Bahaya?" ia tertawa kecil, lalu jari-jarinya yang ramping mulai menelusuri kerah kemeja manusia kaku di hadapannya, pura-pura membersihkan sesuatu yang tidak ada. “Pria lain biasanya udah menyerah kalau aku menatap mereka begini.” Ya! Hanya saja Lyra tidak tau orang itu tengah menahan sesuatu. Tidak kalah, pria tersebut mendekatkan wajahnya, hampir menempel ke wajah Lyra. Wanita ini apa sengaja menggodanya? Entah kenapa dia justru tertantang dan adrenalinnya terpacu. Napas hangat bercampur aroma alkohol, menggoda sekaligus berbahaya. “Kenapa? Sekarang takut?” bisiknya, matanya berkilat menatap mata indah dihadapannya. Lyra tertegun. Dia sendiri tidak tau kenapa tubuhnya menjadi memanas, wajahnya pasti merah sekarang. Jika tidak dalam pengaruh alkohol tidak mungkin dia melakukan hal seperti ini. Terlalu berani. "Victor," ucapnya menjulurkan tangan, tiba-tiba memperkenalkan diri. "Aku ga tanya nama kamu." "Tapi kamu butuh nama itu untuk mendesah malam ini." Tiba-tiba Victor menarik lengan Lyra hingga menabrak dada bidangnya. Lyra menatap mata tajam pria di hadapannya. kakinya menjinjit, mengecup lembut bibir menggoda. Victor sempat terkejut namun membalas. Tidak terburu-buru, begitu lembut. Tangan kekar itu memeluk pinggang Lyra denga mesra, satu tangan menekan tengkuk leher. Decapan bibir mulai terdengar. Untungnya orang-orang di sini fokus pada diri masing-masing. "Emh.. Vee," lenguh Lyra yang kehabisan nafas. Mengerti dengan hal itu Victor menghentikan ciumannya, namun wajah mereka masih dekat. Vee? panggilan unik yang pernah ia dapatkan. Victor terdiam sesaat dan meremat pinggang Lyra dengan sensual. "yes, call me like that." drttt... Suara panggilan telepon menghentikan aktifitas sepasang sejoli yang tengah bercumbu mesra. Lyra sudah kehilangan akal, dia bahkan memeluk pria yang baru ia temui itu. "Saya harus pergi." "Kenapa? Kita belum selesai," jawabnya dengan mata sayu. "Kamu mabuk. Nanti jika kita bertemu lagi kita lanjutkan saat kamu sadar." Tanpa mengatakan apapun Victor pergi dari sana dengan terburu-buru. Meninggalkan Lyra yang menyandarkan tubuhnya di dinding hampir hilang kesadaran. Matanya terasa begitu berat. Sebelum matanya tertutup dia sempat melihat temannya, bartender tadi menghampiri ke arahnya. "Pantes aja dulu Harry ga biarin dia minum sendiri." *** Cahaya pagi menembus jendela besar apartemen modern itu. Seorang wanita berdiri di depan jendela, siluet tubuhnya tercermin sempurna. Tinggi semampai, lekuk tubuhnya tegas namun anggun. Dengan gerakan tenang, ia menguncir rambut hitam bergelombangnya, lalu membiarkannya jatuh elegan di bahu. Tubuhnya terbungkus gaun satin sederhana. "Pusing banget. Kayaknya semalam kebanyakan minum." Lyra memijat pelipisnya lembut. "Tapi yang nganterin aku pulang siapa?" Suara ponselnya yang bergetar mengalihkan perhatian Lyra yang tengah menatap jalanan ibu kota. "Halo?" sapanya lembut pada orang di sebrang sana. "Good morning Kitten." Terdengar suara berat mengalun di telinganya. Sesaat Lyra menatap layar ponselnya. Tak ada nama yang tertera di sana namun dia tau betul siapa pemilik suara ini. Pria yang ia hindari selama setahun itu kembali menghubunginya. Panggilan itu, hanya satu orang yang memanggilnya. Wanita itu menarik nafas kesal. "Kapan kamu berhenti ganggu aku?" "Sampai kamu mau terima aku lagi. Emangnya kamu ga kangen sama aku? Sama Harry kecil," balas pria di sebrang sana dengan sedikit menggoda. "Gila kamu! Stop hubungi aku! Aku udah punya pacar baru." Dengan cepat Lyra mematikan panggilan telepon tersebut. Suasana hatinya langsung berubah. Tidak, Lyra tak punya kekasih sekarang namun Harry pasti akan berhenti mengganggunya jika tau dia punya kekasih baru. "Ra, udah bangun belum?" teriak seseorang di luar kamar. Lyra berjalan ke arah pintu dan menbukanya. Terlihat wanita seusianya yang terlihat begitu rapih. Kinan, teman dekatnya. "Kamu di sini?" "Ya menurut kamu siapa yang bawa kamu pulang semalam? Jo ngasih tau aku, kamu mabuk sendirian di sana. Udah dibilang kamu ga bisa minum. Jangan nekat, deh," jawabnya mengomel. Seketika Lyra mengalami Flashback tentang kejadian semalam. Dia tak ingat jelas, namun seingatnya terakhir adalah dia minum banyak alkohol dan Lyra menghampiri seorang pria semalam. Sisanya begitu samar. Kinan berdecak melihat temannya yang justru melamun. "Ra! ayo siap-siap! kamu lupa hari ini kamu mau nyiapin acara nanti malam?" oh, ya ampun! Hampir saja ia lupa malam ini adalah acara peresmian butiknya. Hadiah dari Kakeknya sebagai tanda kelulusan Lyra yang baru saja wisuda bulan kemarin. Dia harus memastikan acara ini berjalan dengan lancar. "Yaudah aku mau mandi dulu,"ucap Lyra hendak pergi namun ditahan. "Sebentar! Jo bilang semalam kamu godain cowok? bapak-bapak?" Wanita itu melotot tak terima. "Ih, ngaco kamu. Mana ada aku godain cowok, apalagi bapak-bapak." "Bagus, deh. Jangan sampe kamu godain suami orang.""Ih, enak banget. Kalau aku jadi kamu, Ra, mending tinggal di sini udah dimasakin tiap hari."Kinan melahap makanan yang tersedia di atas meja. Saat ini dia sedang bersama Lyra di rumah Kakeknya, Domini. Awalnya Lyra sempat menolak karena dia akan pergi dengan Victor malam ini namun Kinan memaksa untuk mampir, karena sebenarnya Domini yang meminta Kinan membawa cucunya ke rumah."Kamu cuma tau enaknya aja.""Yaudah tukeran, deh. Aku aja yang jadi cucunya."Lyra mendengus sebal. Ia kembali memasukan sesuap nasi ke dalam mulut. Ia akui setelah dekat dengan Victor Lyra sedikit jauh dari kakeknya. Itu karena dia tau jika sang Kakek pasti tak akan setuju. Mengingat bagaimana Domini ingin Lyra kembali dengan mantan kekasihnya."Ngomong-ngomong kamu jadi pergi sama Pak Victor?" tanya Kinan meletakkan sendoknya.Lyra tersenyum senang. "Jadi. Kita mau pergi ke pasar malem. Kamu tau gak? Dia tipe aku banget. Romantis...""Udah deh jangan bikin jomblo kayak aku iri.""Kan ada Jonan.""Ga mau sam
Minggu ini adalah tepat kembalinya Harry ke Jakarta setelah urusan pekerjaannya selesai. Tempat yang pertama ia datangi adalah rumah Kakaknya, karena sejak semalam Jihan terus meminta Harry untuk datang ke rumah dan berbicara dengan Victor. Harry mulai sadar jika rumah tangga kakaknya berada di ujung tanduk. Pria itu memasuki pekarangan rumah dan memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Seorang satpam menyambut kedatangan Harry dengan ramah. Sementara itu di halaman rumah terlihat Jihan yang sedang menyiram tanaman. Ia mematikan keran begitu melihat adik iparnya datang."Ya ampun Harry, gimana kabar kamu?" Jihan menghampiri dengan tersenyum lebar."Aku baik, ya walaupun masih mabuk kerja," jawab Harry dengan candaan."Mbak seneng banget kamu udah balik cepet. Mau makan apa istirahat dulu? Mbak minta bibi masak buat kamu."Harry menggeleng dan menatap sekitar, tak menemukan mobil Victor. "Bang Victor mana? Di kantor?""Abang kamu udah ga tinggal di sini lagi. Dia keluar dan milih untuk
"Masih pusing?"Kini Victor tengah terbaring di kasur Lyra dengan ditutupi selimut. Meski merasa tak enak karena sudah berbohong, tapi dia juga tak bisa memenuhi keinginan Lyra yang ingin mengajaknya bertemu Jihan. Mungkin nanti setelah mereka berpisah dia akan terang-terangan dengan hubungannya ini."Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi batal pergi.""Gak apa-apa, lagian aku udah minta maaf sama orangnya. Kamu udah makan belum? Aku buatin makan buat kamu ya, kamu istirahat dulu."Lyra perjalan keluar kamar dan menutup pintu. Di dalam sana Victor membenarkan posisi tubuhnya hingga duduk bersandar. Sesaat ia mengangkat bibirnya tersenyum tipis. Melihat perlakuan Lyra yang mengkhawatirkan dirinya membuat Victor merasa semakin menyukai wanita itu.Saat sedang melamun seketika terdengar suara deringan ponsel. Hanya tertera nomor dan tanpa nama di sana. Baru saja Victor meraih ponsel Lyra tapi dering nya seketika berhenti. Victor membuka ponsel tersebut yang tidak terkunci. Sebuah pesan masuk
Lyra tersenyum lebar begitu melihat Victor berada tepat di pintu apartemennya. Pria itu berdiri membawa buket bunga besar dan sebuah paperbag di tangan kirinya. Ia menepati janji untuk datang ke apartemen Lyra malam ini. "Makasih sayang, padahal gak perlu repot-repot," gumam Lyra menahan senyum. Ia memberi pelukan pada Victor sebelum menerima hadiah tersebut."Gak repot sama sekali. I'll treat you like a princess.""Masuk dulu, ya. Aku mau siap-siap."Mereka masuk ke dalam dengan beriringan. Lyra meminta Victor untuk menunggu di sofa sementara dirinya pergi ke kamar untuk bersiap. Malam ini mereka akan pergi menghadiri undangan makan malam dari seseorang.Sebenarnya Victor ingin menolak secara langsung agar mereka tak perlu pergi, tapi itu justru akan membuat Lyra curiga. Dia sudah tau ternyata orang yang dimaksud Lyra adalah Jihan, wanita itu yang mengajak mereka makan malam bersama. Untung saja dia tau lebih dulu, karena akan menjadi masalah besar apabila Victor tetap pergi.Tak se
"Gue minta maaf, Har. Gue belum bisa cari tau lebih lanjut siapa pacar baru Lyra, tapi Lo gak usah khawatir. Gue bakal kasih tau Lo siapa orang itu secepatnya," ucap Jonan yang tengah melakukan video call dengan Harry.Untuk saat ini Jonan terpaksa harus berbohong tentang hubungan Lyra dan Victor. Dia takut hubungan Victor dan Kakaknya justru berantakan. Sebagaimana yang dia tau jika Harry sudah tak memiliki orang tua dan hanya memiliki satu saudara laki-lakinya.Dari layar ponsel terlihat Harry yang tengah menyesap sebatang rokok di tangannya. "Gapapa, lagian gue mau cari tau sendiri. Minggu depan gue udah balik ke Jakarta, jadi gue mau liat sendiri kayak apa cowo barunya.""Lo serius?" tanya Jonan sedikit terkejut."Iya. Gue yakin gak segampang itu Lyra move on dari gue. Lagian gue ada urusan keluarga. Ada urusan sama Kakak ipar gue." Harry menatap Jonan yang terlihat gugup. "Gimana? Lo udah cari tau Abang gue selingkuh apa enggak?"Jo meneguk ludahnya kasar. Dia tak mungkin mengata
"kamu ngapain di sini?" tanya Victor terlihat kebingungan. Lyra menunjukan kotak bekal makanan yang dibawa. "Aku mau bawain kamu makan. Emangnya aku ga boleh main ke kantor kamu? Aku cuma mau tau aja, lagi pula kamu bilang waktu itu aku boleh main ke sini.""Boleh, tapi kenapa gak kasih kabar?" "Kamu kenapa panik gitu, sih?" Lyra melewati Victor begitu saja. "Takut banget aku datang ke sini."Wanita itu meletakkan kotak makan di atas meja dan duduk di sofa begitu saja. Sesekali matanya terlihat melirik ke arah lain mencari sesuatu. Ruangan Victor terasa nyaman. Pria itu tak menggunakan banyak hiasan ruangan dan terkesan simple. "Tapi kita backstreet," jawab Victor menghampiri kekasihnya."Aku gak mau backstreet lagi. Kakek juga udah tau aku punya pacar, jadi tinggal gimana kamu, kapan mau ketemu kakek?"Raut wajah Victor berubah. Bukan dia tak ingin menemui Kakeknya Lyra, tapi pria itu itu adalah salah satu dari orang yang tau statusnya. Victor dan Domini cukup dekat urusan bisnis,






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments