Share

Tega kamu, Mas!

Dahlia terduduk lemas di sofa, air matanya kini mulai mengalir memikirkan nasib rumah tangganya. Tak pernah terbayangkan oleh Dahlia, jika ia harus benar-benar bercerai dari Aditya.

'Apakah pernikahan yang kuharapkan bisa bertahan seumur hidup atau sampai kematian memisahkan, hanya bisa bertahan selama lima tahun?' kata Dahlia dalam hatinya. 

'Haruskah aku menyerah setelah sekian lama berjuang dan bertahan dalam pernikahannya ini?' pikir Dahlia. 

Tahun ini adalah tahun kelima pernikahan Aditya dan Dahlia. Dahlia sangat bersyukur karena Aditya selama ini adalah suami yang baik dan bertanggung jawab. Kondisi ekonomi mereka pun cukup baik. Aditya dan Dahlia sudah memiliki rumah sendiri dan sebuah mobil. 

Meskipun Aditya dan Dahlia belum dikaruniai momongan, namun Dahlia berusaha menerima dan tetap mensyukuri semua yang terjadi. 

Sebenarnya saat ini Dahlia mulai merasa nyaman menjalani hari demi hari. Setidaknya, kini ibu mertua nya tidak pernah menyinggung dirinya lagi tentang Dahlia yang tak kunjung hamil. Aditya pun terlihat bisa memahami dan tidak pernah meributkan masalah itu. 

Di awal-awal tahun pernikahannya, ibu mertua Dahlia terus mendesak Dahlia agar berusaha cepat hamil. Dahlia memahami keinginan ibunda Aditya itu, namun seringkali pertanyaannya terkesan memojokkan dan terkesan menyalahkan Dahlia. Dahlia menjadi sangat risih dan tertekan setiap kali harus berjumpa dengan ibu mertuanya itu. 

Belum lagi, Dahlia harus meminum segala obat, jamu, dan mencoba mengikuti semua metode yang disarankan ibu mertuanya itu. Dahlia harus meminum aneka jamu yang membuatnya mual dan ingin menangis setiap kali meminumnya. 

Tak terhitung berapa kali dalam malam-malam yang sepi Dahlia menangis di dalam kamarnya, merasa tak berdaya dan hanya mampu menguntai doa untuk kerinduannya mendapatkan seorang bayi pelengkap kebahagiaan rumah tangganya. 

Di saat Dahlia mulai merasa tenang menjalani hari - harinya, tanpa desakan ibu mertua dan suaminya itu, ternyata justru itulah awal bencana rumah tangganya. 

Sepanjang malam itu Dahlia tidak dapat memejamkan mata untuk tidur walaupun sejenak. Selama beberapa hari, ia terus berpikir dan sangat penasaran, apa yang membuat suaminya berubah begitu drastis. 

Akhirnya, Dahlia membulatkan tekad, ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dahlia akan mendatangi sang suami di rumah dinas nya, tentu tanpa memberitahu suaminya terlebih dahulu. 

Dahlia menghubungi rekan kerja suaminya dan meminta alamat rumah dinas suaminya itu. Awalnya, rekan kerja Aditya ragu dan tidak mau memberikan alamat itu. Dahlia pun menjadi semakin curiga, seakan ada yang berusaha ditutupi oleh rekan kerja Aditya dari Dahlia. Dahlia terus mendesak, sampai akhirnya teman suaminya itu memberikan alamat rumah dinas Aditya pada Dahlia. 

Berbekal alamat rumah yang telah didapatkannya, Dahlia nekat mendatangi rumah itu. Dahlia berangkat siang hari dari rumahnya dengan menyewa sebuah mobil. Sore hari sekitar pukul enam Dahlia sudah ada di dekat rumah yang dituju itu. Berulangkali Dahlia memastikan nomor yang tertera di dinding itu, seperti alamat yang telah dicatatnya. 

Rumah minimalis itu tampak sepi, sepertinya Aditya memang belum pulang bekerja. 

Dahlia sengaja menunggu di luar rumah sampai Aditya datang. Dahlia ingin menguntit Aditya selama dua hari ke depan, melihat apa saja aktivitas suaminya itu.

Cukup lama Dahlia menunggu Aditya pulang, sampai kantuk menyerangnya. Untungnya sopir mobil sewaan itu cukup sabar mengikuti kemauan Dahlia, menunggu tanpa kepastian. 

Saat hampir saja Dahlia tertidur, ia dikejutkan oleh suara klakson mobil. Dahlia sangat mengenali suara mobil itu adalah mobil Aditya. Mobil itu berhenti di depan rumah dinas itu, persis di depan mobil yang dinaiki Dahlia. 

Dahlia segera melupakan rasa kantuknya. Ia menatap suaminya turun dari mobil. Anehnya, Aditya membawa sebuah buket bunga dan sebuah plastik di tangannya. Dahlia berusaha memperhatikan Aditya dengan seksama. 

Seketika mata Dahlia membulat dan mulut nya menganga, ketika melihat seorang wanita muda yang keluar dari rumah itu. Ternyata, ada orang di dalam rumah itu sejak tadi. Wanita muda itu menyambut Aditya dengan senyum dan pelukan hangat. Dengan manja, ia bergelayut di lengan Aditya dan tersipu malu melihat bunga di tangan Aditya. Mereka terlihat sangat mesra dan romantis. 

Aditya pun terlihat bahagia dan membelai rambut wanita muda itu, serta menghadiahinya dengan sebuah kecupan di keningnya. 

Dahlia menatap adegan mesra itu dengan geram. Jantung Dahlia berdetak kencang, nafas nya memburu dan tangannya terkepal kencang. Sang sopir seakan mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Sopir itu menatap Dahlia dengan iba dan berkata. "Ibu ga apa-apa? Yang sabar ya, Bu,"

Dahlia sudah tidak tahan, ia turun dari mobil itu dan berjalan ke arah Aditya dan wanita itu dengan emosi membuncah. 

Aditya terkejut melihat Dahlia ada di hadapannya. Spontan ia melepaskan pelukannya dari wanita di sampingnya itu. Sementara wanita itu menatap bingung pada Dahlia dan Aditya bergantian. 

"Dahlia, kamu.." kata Aditya. 

Plakk... 

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aditya. Tamparan yang sangat keras, sehingga membuat jejak merah di pipi Aditya. Dahlia pun merasa tangannya panas dan sakit. 

"Hei, gila kamu ya?" kata wanita muda itu pada Dahlia. Dahlia memelototi wanita itu dengan sangat geram, mengangkat tangan nya bersiap akan menamparnya juga. Namun, wanita itu segera berlindung di balik tubuh Aditya. 

"Apa yang Mas lakukan? Siapa dia?" tunjuk Dahlia ke wajah wanita itu. 

Aditya memegang pipinya yang terasa sakit akibat tamparan Dahlia. 

"Mas, kamu ga apa-apa? Siapa sih wanita ini Mas? Kenapa datang-datang langsung menamparmu seperti ini?" tanya wanita itu pada Aditya. 

"Ternyata ini yang kamu lakukan di belakangku, Mas. Tega kamu, Mas!" kata Dahlia. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
dahlia akhirnya tahu suaminya punya simpanan...langsung menapampar aditya sang suami yg punya istri lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status