***
Nayra merasa sangat kesal akan sikap Adit yang banyak berubah. Tingkah suaminya itu benar-benar menunjukan kalau dia telah memiliki wanita lain. Sekarang Nayra terlihat sedih, karena di depannya ada Diah, mertua yang sangat menyayanginya.
“Ada apa denganmu, Nay?” tanya Diah.
Nayra mendekat lalu mendekap. “Mas Adit kayaknya selingkuh, Ma,” adunya.
Diah menegang. Benarkah Adit selingkuh? Membalas Nayra kah anak semata wayangnya itu?
“Tidak mungkin, Nay. Adit mencintaimu,” ucap Diah mencoba menenangkan Nayra. Namun, Nayra menggelengkan kepalanya. “Benar Ma, ada nama wanita lain di hp Mas Adit. Dia menamaninya dengan mesra,” ucapnya.
“Apa itu?” Diah bertanya.
“Wanita kesayangan, Ma. Itu bukan nomorku atau nomor mama,” jawab Nayra.
Tubuh Diah semakin menegang. Ia mengusap punggung Nayra dengan lembut. “Mama akan bicara dengannya nanti,” ucapnya.<
***Nayra tak langsung pulang ke rumah orangtuanya usai bertemu dengan Farha diam-diam. Wanita itu meluncur ke sebuah gedung megah dan gagah milik Aditya Praja Wirata. Sebagai nyonya dari lelaki itu, semua karyawan sangat menghormatinya.Nayra masuk dengan pandangan angkuh tanpa senyum seperti biasa. “Jangan umumkan kedatanganku pada Mas Adit! Aku mau memberinya kejutan,” perintahnya pada resepsionis yang siap untuk menghubungi bosnya.“Baik Bu Nayra,”Tanpa mengucapkan apapun lagi Nayra langsung menuju ruang kerja Adit. Sesampainya di sana ia tak menemukan lelaki itu. Namun, Nayra dapat mendengar suara Adit samar-samar dari kamar rahasia di ruang pribadi Adit tersebut.“Siapa yang Mas Adit telepon?”Nayra mendekati kamar rahasia tersebut lalu menguping.“Ayolah Tika, beri aku nomor telepon Senja yang baru!” ujar Adit tanpa sadar Nayra tengah menguping pembicaraannya dengan Tika.
***Nayra benar-benar geram melihat Senja tak juga mengakui perbuatannya. “Sudah berapa kali kamu tidur bersama suamiku, jalang?” bentaknya.Senja terus menggeleng. Ia benar-benar merasa telah dipermalukan oleh Nayra. Airmata mengalir deras di pipi wanita itu. Betapa malang hidupnya karena dilabrak istri sah Adit.“Masih belum ngaku juga!” hardik Nayra. Wanita itu bermaksud untuk menyakiti fisik Senja sekali lagi. Namun, karyawab butik lebih cepat bertindak hingga menghalangi Nayra.Terang saja, perbuatan mereka semakin membuat Nayra kesal. “Awas kamu Senja! Lihat apa yang bisa aku lakukan jika kamu masih berani merayu suamiku!” ancamnya.Setelah meluapkan segala bentuk emosi yang dimiliki olehnya, Nayra bermaksud untuk pergi dari butik tersebut. Namun, pintu yang terbuka secara tiba-tiba lalu disusul suara dingin yang menegurnya, membuat Nayra mengurungkan niat untuk pergi.“Apa yang kamu lakukan di
***Pertengkaran hebat antara Nayra dan Adit terjadi cukup besar di rumah setelah keduanya pulang. Adit sangat marah karena Nayra berani mendatangi Senja.“Kenapa kamu harus ikut campur urusanku, Nay?” bentak lelaki itu. Pipi Nayra baru saja mendapat tamparan keras hingga tercipta merah di sana.Nayra menangkup pipinya. “Kenapa aku nggak boleh ikut campur? Kamu suamiku, Mas!” ujarnya.Adit geram. Ia mengacak rambutnya dengan kesal. Kepalanya terasa ingin pecah sekarang. Menghadapi Nayra benar-benar menguji kesabarannya.“Kenapa Mas tega selingkuh sama perempuan itu? Aku tahu aku pernah salah, tapi aku sudah berubah, Mas. Aku mau kita baik-baik saja. Aku mencintaimu, Mas,”“Berubah kamu bilang?” Adit menggelengkan kepalanya. “Kamu belum berubah Nay, kamu masih perempuan murahan yang tidur dengan lelaki lain di mataku, tapi semua itu sudah tidak penting karena … ” Adit menggant
***“Jangan, Mas! Aku mohon jangan lakukan ini,” pinta Nayra dengan airmata yang bercucuran. Kali ini ia benar-benar menyesal telah menemui Farhan. Seharusnya dirinya benar-benar berhenti datang pada lelaki itu, sehingga masalah seperti ini tak akan pernah terjadi.“Kenapa, Nay? Aku hanya ingin kamu mengandung anakku, lalu kita bisa menikah,” kekeh Farhan.Nayra menggeleng. Inikah yang dinamakan obsesi dari seorang pria? Jelas-jelas Nayra sejak awal tak ingin ada ikatan pernikahan dengan Farhan. Nayra hanya ingin mereka berbagi ranjang, bukan berbagi masa depan.“Ssstttt! Jangan nangis, Sayang. Mas janji akan membuatmu bahagia mulai dari malam ini,” ucap lelaki itu. Bukannya menyenangkan hati Nayra, janji tersebut justru membuatnya bergidik ketakutan.“Tolong jangan sentuh aku secara paksa!” Nayra mencoba menyadarkan dirinya dari pengaruh obat yang terus membuatnya merasa gerah ini.“Maaf
***Senja berlari tergesa menuju pintu utama rumah sakit Pelita Hati setelah turun dari ojek yang mengantarnya ke sana. "Maaf!" ujarnya saat tak sengaja menabrak tubuh seorang lelaki hingga dirinya terduduk ke lantai. Airmata mengalir di pipi wanita Dua Puluh Tujuh tahun itu, membuat lelaki yang bertabrakan dengannya merasa khawatir. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya dengan tangan yang mengantung mendekati bahu Senja. Lelaki itu tak bermaksud menyentuhnya. Senja mendongak, bola matanya yang dipenuhi dengan airmata bertatapan dengan lelaki itu. Namun, tak lama sebab si lelaki segera berpaling. Melihat pakaian yang dikenakan lelaki itu, Senja sadar yang tak sengaja tubuhnya tabrak adalah seorang gus muda. Dengan cepat Senja bediri lalu menangkupkan kedua tangannya. "Sekali lagi saya minta maaf. Saya nggak apa-apa. Assalamu'alaikum." Kemudian berlalu begitu saja. Meninggalkan kebingungan di kening sang gus muda. Senja berlari lagi. "Andra," lirihnya. Tak lama setelah itu, ia bertemu den
***"Silakan masuk!" tutur Adit kepada Senja saat mereka akhirnya sampai di sebuah hotel bintang Lima yang memiliki privasi. Senja menelan ludahnya dengan susah payah. Jantungnya berdegup kencang karena menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu tuli?" Adit bertanya sinis. Sekarang Senja tahu Adit bukan lelaki yang suka basa-basi. Adit bukan pula lelaki yang sabaran. "Enggak, Mas. Ini saya mau masuk," ucap Senja. Tanpa sudi menunggu lama, pemilik nama lengkap Aditya Praja Wirata itu langsung menarik tangan Senja hingga tubuh Senja sepenuhnya masuk ke dalam kamar.Senja terkesiap. "Mas," tegurnya dengan suara yang sangat kecil. "Apa? Kamu berubah pikiran?" tanya Adit tak suka. Sejak tadi ia sudah sangat ingin melampiaskan semua perasaannya. Tak hanya soal hasrat, tapi juga kekesalan. Senja menggeleng. "Bukan begitu, tapi bisakah kita hanya mengobrol malam ini?" tanyanya. "Tidak bisa! Aku membayarmu bukan untuk mengobrol saja," Sejak mendengar itu, Senja tahu ia tak a
***Adit memandang Senja yang pagi ini masih bergelung di dalam selimut. Sementara dia sendiri sudah siap dengan setelan yang semalam ia kenakan. “Dua Puluh Juta untukmu sebagai tambahan karena semalam kita bercinta sekali lagi!” ujarnya sembari melempar segepok uang kepada Senja.Dengan hati yang penuh sesak Senja menerimanya.“Ingat jangan lupa minum pil kontrasepsi. Aku tak ingin kamu tiba-tiba menuntut pertanggung jawaban padaku karena hamil!”Kali ini Senja mengangguk. “Iya Mas,” ucapnya.Adit mendengus, lalu pergi begitu saja dari hadapan Senja. Dalam kamar yang kini hening Senja menangis. Airmata tak terbendung saat melihat sejumlah uang di dalam genggamannya. Uang yang ia dapatkan karena menjadi wanita simpanan seorang Aditya Prada Wirata.“Ampuni aku Tuhan, tapi aku sungguh nggak punya pilihan,” ratapnya.Dalam kesedihan itu, Senja tetap bersyukur karena dengan begini ia bisa mengumpulkan uang pengobatan untuk Andra lebih cepat. Buah hatinya harus diselamatkan.Di saat Senja
***Abrisam baru saja kembali dari pesantren saat menemukan sebuah amplop yang dijatuhkan seorang wanita. Niat hati ingin langsung menemui uminya, tapi terpaksa tertunda karena ingin mengembalikan amplop tersebut.Tak disangka pemilik amplop tersebut adalah wanita yang sama dengan orang yang pernah menubruknya sehari sebelumnya.Gus Isam tampak terkejut karena perempuan itu selalu saja menangis saat mereka bertemu. Sayang tak sempat ia bertanya, perempuan itu sudah pergi terlebih dulu.“Apa yang kamu pikirkan, Abrisam?”Sebuah suara mengintrupsi Isam dari lamunannya.Gus muda tersebut tampak terkejut. “Umi? Sejak kapan Umi ada di sini?” tanyanya.Umi Laila tersenyum karena anak sulungnya itu tak menjawab pertanyaannya. “Sudah sejak Lima menit yang lalu, Nak. Memangnya apa yang membuatmu melamun seperti itu?” tanyanya.Isam salah tingkah. Astagfirullah. Tak seharusnya ia mengingat wanita yang bukan mahramnya.“Apa yang mengganggumu, Isam? Cerita pada Umi,” ucap Nyai Laila.Isam ragu, h