Sudah seminggu sejak kepergian Ibu. Sejak saat itu kuhabiskan semua waktu untuk bekerja. Kini bahkan sudah enam hari aku tak lagi pulang ke rumah. Kini aku memilih untuk tidur di kantor. Sebuah ruangan telah disiapkan khusus untukku karena ruanganku yang dulu ditempati oleh Satria.Di ruangan inilah aku tinggal kini. Sembari mengerjakan semua yang bisa dikerjakan. Mengevaluasi semua proyek, bahkan membuat program baru untuk mengembangkan perusahaan. Bukan, bukan karena kesedihan akan kehilangan Ibu aku begini. Melainkan untuk mengalihkan dari pikiran bahwa Alika memang datang dan menghantui Ibu malam itu.Kata Pak Karto dan Pak Eko saat itu Ibu terus menyebut nama Alika. Juga saksi saat kecelakaan itu pun mengatakan yang sama. Bahwa sebelum Ibu berlari ke arah truck itu Ibu menyebut nama Alika.Rasanya aku bingung, apa memang orang mati bisa kembali? Tapi aku pun tak bisa mengingkari bahwa aku pernah mendengar suara Alika saat di pemakaman kala itu, juga aku merasa Alika ada di rum
Rasanya aku semakin tak sabar untuk melakukan pembalasan pada Wulan dan Rendi. Akan kubongkar saja semua kebusukan kakaknya itu. Aku tahu, jika Wulan sampai hancur di tangan Pak Andre, otomatis mereka berdua akan menjadi gembel seketika.Segera kuhubungi Kaira, aku membutuhkannya kini untuk membongkar semuanya. Wulan dan Rendi, jangan harap semuanya akan mudah setelah ini!Kaira setuju untuk bertemu di sebuah cafe. Wajahnya tersenyum lebar saat melihatku. Sebahagia itu dia akan aku beri bukti permainan Wulan yang kudapatkan."Hai, Om!" sapanya sumringah."Kau bahagia sekali, Kaira?!" sapaku balik. Sebenarnya melihatnya tersenyum bahagia seketika membuatku pun ikut merasakan kebahagiaannya."Ya ..., banyak hal baik terjadi padaku akhir-akhir ini." Kaira masih saja tersenyum sumringah. "Coba, apa kau bisa menebaknya, Om?" tanya Kaira, menatapku hangat sembari mengedip-ngedipkan kedua matanya, percis anak kecil. Menunggu aku untuk menjawabnya.Kaira membuatku aneh, dia ini seumuran Alesh
"Om Galang ..., bisakah kau cepat datang ke rumahku?" pekik Kaira lewat telepon.Kulihat jam di dinding, masih pukul enam pagi, bahkan aku belum bersiap mandi. Tapi Kaira memintaku untuk segera datang kerumahnya. Tiba-tiba aku teringat masalah Wulan kemarin. Pasti ini ada hubungannya dengan masalah itu. Gegas aku pun bersiap, mengambil jaket yang tersampir di kursi kerjaku, dan mengambil kunci mobil, dompet dan juga air minum di botol yang tersaji di meja kerja.Ya, masih seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini pun aku masih memilih tidur di kantor. Masih terlalu berat untuk menginjakkan kaki lagi di rumah itu. Biarlah aku tenggelam bersama pekerjaan dan rencana balas dendam pada Wulan dan Rendi.Kini aku mengendarai mobilku dengan kencang, memecah dinginnya pagi menuju rumah Kaira. Ada apa sebenarnya sampai-sampai ia memintaku datang pagi hari seperti ini.Ketika sampai di rumah Kaira, kulihat dia tengah duduk sambil memegang ponselnya. Menyadari kehadiranku Kaira seketika mengha
POV Wulan 1Galang mengusir dan menceraikanku begitu saja sesaat setelah istri pertamanya, Alika, memilih bunuh diri. Dia dengan semena-menanya menyalahkanku atas kematian istrinya itu. Padahal Alika bunuh diri atas kemauannya sendiri. Rendi dengan sangat menyebalkannya berlagak menjadi orang bijak, karena menerima begitu saja saat Galang menceraikanku juga mengusir kami dari rumahnya. Memang dia mau tinggal dimana setelah ini?Aku tak punya pilihan lagi, berbekal uang 10 juta dari Galang, dan cukup banyak emas perhiasan yang sempat aku beli selama menjadi istrinya. Kami pun pergi meninggalkan rumah itu. Setelahnya kami menyewa sebuah rumah untuk ditinggali. Aku pun mencoba peruntunganku kembali dalam bekerja. Berbekal ijazah sarjana akunting, aku melamar ke beberapa perusahaan. Ternyata nasib mujur masih mengikutiku. Aku diterima menjadi staff akunting di salah satu perusahaan.Tidak sampai di situ saja. Nasib mujurku yang lain adalah Ridwan, anak dari direktur perusahaan tempatku
Segera kubuka galeri ponselku ingin tahu apakah ada video serupa di sini. Aku takut saat lengah ada yang menyalinnya lalu menyebarkannya. Tapi bagaimana bisa? Sedangkan ponselku memakai kunci sidik jari. Pasti sulit membukanya.Tapi ternyata ada hal lain yang membuatku tercengang. Semua gambar dan video yang kusimpan di ponsel hilang. Saat kucek lagi, ternyata kartu memorinya pun hilang tak ada di tempatnya. Siapa pelakunya? Bisa-bisanya ia melakukannya padaku. Apakah pelakunya orang di rumahku? Kaira? Atau mungkin yang lainnya?Tak mau ketahuan oleh Mas Andre, segera kuambil ponselnya. Ternyata sudah cukup banyak yang menanyakan tentang video itu. Sepertinya Mas Andre masih belum mengetahuinya sama sekali. Segera kuhapus semua pesan dan pemberitahuan yang masuk. Mematikan paket datanya, dan kusembunyikan ponselnya di tasku. [Ridwan, bantu aku menghapus videoku yang viral itu sebelum Andre tahu! Jika ia sampai tahu habis nasibku sebagai istri Andre!]Aku mencoba meminta bantuan pada
Sedari awal aku memang tahu hanya dimanfaatkan olehnya. Tapi yang menjadi kebodohanku adalah percaya bahwa dia akan memenuhi janjinya. Ternyata semua palsu."Kau, tak 'kan pernah menikahiku kan Ridwan?" tanyaku tiba-tiba."Hah, apa maksudmu, Wulan?" tanya Ridwan balik. Seolah polos tak mengerti arah pembicaraanku."Kau dulu berjanji akan menikahiku jika aku mau membantu menghancurkan Andrajaya. Kau bohong 'kan?" tanyaku lagi, menegaskan semuanya.Ridwan pun kemudian terbahak, seakan aku baru saja membuat lelucon untuknya."Kau ini licik, tapi terlalu bodoh, Wulan! Kau kira aku mau apa menikah dengan wanita sepertimu? Apa kata orang-orang jika tahu aku menikahi wanita biasa saja? Apa lagi setelah kasus video viral ini, kau kira masih ada yang mau menikah denganmu?" umpat Ridwan sambil masih saja terus terbahak.Aku tak kaget lagi dengan ucapannya barusan. Hanya saja merasa semua ucapannya benar. Aku wanita licik, bodoh, jahat, dan kini hal yang paling privasi dari diriku terbongkar ke
Selepas dari rumah Pak Andre tadi, aku langsung kembali ke kantor. Tak mau berlama-lama berada pada suasana canggung di rumah itu karena Pak Andre yang mungkin merasa terluka atau tersinggung akan perilaku Wulan padanya.Kaira memintaku untuk tinggal lebih lama lagi. Katanya untuk sekedar menemani merayakan hari yang menyenangkan karena telah berhasil mengusir Wulan dari rumah.Tapi aku menolaknya. Lebih baik aku bekerja lebih keras lagi dan mengembangkan perusahaan dari pada melakukan hal yang tak berguna seperti itu. Juga lebih baik aku mencari cara lain untuk membalas perbuatan Wulan dan Rendi pada Alika yang masih belum tuntas kutunaikan."Galang, kau tahu kasus Wulan yang viral itu? Kacau, benar-benar kacau dia. Kurasa dia mendapat karma atas perbuatannya sendiri," ucap Satria, saat baru saja memasuki ruang kerjaku. "Oh ya, kudengar kau juga kemarin memukuli Rendi habis-habisan di sini?" tanya Satria lagi, makin menggangguku dengan berondongan pertanyaannya, padahal aku tengah s
Dibalik cermin aku mengobati lukaku sendiri dengan sebongkah es batu dan betadine. Ternyata pukulan Rendi keras sekali hingga meninggalkan legam yang membiru di wajah ini.Sebenarnya saat Rendi memukuli tadi, aku seperti melihat diri sendiri yang sedang marah saat mengetahui bahwa Alika mengalami KDRT oleh Wulan dan Ibu. Rasanya ingin bisa melakukan seperti yang Rendi lakukan barusan kepadaku. Namun sayang aku tak bisa memukuli wanita. Maka waktu itu aku menahannya.Kembali aku merenungi semua yang telah terjadi. Ibu dan Wulan telah memilih jalan yang sama dengan Alika. Satu persatu akhirnya mereka telah merasakan apa yang dirasakan Alika sebelumnya. Walau akhir hidup mereka yang mengenaskan itu semua tidak masuk dengan rencanaku sama sekali.Tinggal Rendi yang belum mendapat balasan apapun dariku. Aku harus melakukan sesuatu untuk membongkar semua perbuatannya dan membuatnya menyesali perbuatannya. Tapi kini Rendi juga menuduhku menjadi penyebab kematian kakaknya. Skor kami 1-1 kini.