Mendapati Alika yang melawan, Wulan tak tinggal diam. Ia mendatangi Alika kembali dengan nafas yang terengah-engah lalu sekonyong-konyong menjabak rambut Alika keras hingga Alika tersungkur terjatuh."Jangan pikir kau bisa melawanku, Alika. Tak akan pernah bisa!" murka Wulan. Sembari mengeraskan cengkeramannya pada rambut Alika. Alika memekik kesakitan. Ia tak tahan lagi terus diperlakukan kasar. Seketika ia mengambil alat pel lantai yang tergeletak begitu saja lalu memukulnya ke badan Wulan dengan keras.Wulan meringis kesakitan. Tak percaya Alika melawan. Langsung saja Wulan merebut alat pel di tangan Alika, lalu menghujani Alika dengan pukulan bertubi-tubi. Alika tak dapat berbuat banyak. Ia hanya meringkuk kesakitan sembari melindungi janin di dalam perutnya.Saat Wulan sedang melancarkan aksinya, tiba-tiba saja terdengar tangisan Alesha yang kencang. Alesha ketakutan melihat ibunya dipukuli, dan juga menjerit kesakitan.Ibu segera menghampiri Alesha, dan menggendongnya. Tapi bu
"Pak Galang, saya sudah menemukan beberapa bukti yang menguatkan penggelapan dana yang telah dilakukan oleh Pak Satria!" lapor Vera bersemangat, sesaat setelah aku kembali dari hotel.Tak bisa fokus, aku tak langsung menanggapi ucapannya."Apa sebaiknya kita bicarakan terkait ini semua nanti saja, Pak?" tanya Vera ragu-ragu. Mungkin ia menangkap perubahan mood-ku yang sangat berbeda setelah kembali dari hotel."No, no, kita selesaikan semua ini sekarang juga. Aku minta kau salin semua bukti yang kau dapatkan. Berikan salinannya padaku dan kuminta kau segera buat laporan terkait Satria ke polisi, Ve! Aku percayakan kasus ini padamu!" titahku, seraya menatap Vera penuh keyakinan bahwa dia akan menyelesaikan semua dengan baik."Sa-saya yang buat laporan, Pak? Bagaimana jika orang lain saja, jujur saya takut menghadapi Pak Satria nantinya, Pak ...." Nampaknya Vera tak percaya diri untuk meneruskannya, sayangnya ia tak punya pilihan, hanya dia yang bisa melakukannya. Maka tak ada pilihan l
Dendi seorang pemuda berusia kisaran 28 tahunan baru saja terbangun dari tidurnya. Bunyi notifikasi dari ponsel tiada henti mengganggu tidur lelapnya. Sambil mengumpulkan nyawa, Dendi mencoba mencari tahu siapa gerangan yang terus saja menghubunginya itu.[Den, kau sudah lihat berita? Klienmu, Pak Galang ditemukan mati terjatuh dari lantai 4 kantornya bersama dengan temannya sendiri!]Dendi, mencoba membaca pesan dari salah satu temannya itu, berulang kali. Mencoba mencerna semua isinya. Berharap yang ia baca salah. Namun berulang kali Dendi membaca, isinya tetap sama tak berubah.Dendi sangat tak percaya akan berita yang baru saja diterimanya itu. Pasalnya kurang dari seminggu lalu Galang datang menemuinya.Dengan wajah murung, dan putus asa, hampir tengah malam Galang memaksa Dendi agar mau meluangkan waktu untuknya, kala itu. Dendi sempat menolak. Ia tak mau bekerja di luar jam kerjanya. Ia tak pernah mau pekerjaan mengganggu jam istirahatnya.Tapi Galang memaksa, ia berjanji akan
"Ada yang bunuh diri ...! Ada yang bunuh diri ...!"Sayup-sayup terdengar suara teriakan orang-orang saat aku baru saja akan memasuki kantor selepas makan siang bersama beberapa karyawan.Seketika aku dan teman-teman pun mencari tahu pusat keributan itu yang ternyata hanya beberapa meter dari tempatku. Tepatnya berada di seberang kantor yang terhalang dengan flyover. Kulihat di sana orang-orang mulai berkerumun. Beberapa karyawan kantor pun ikut berlari untuk melihat momen apa yang terjadi."Ayo, Pak, kita lihat!" ajak Rudi, salah satu staf marketing di kantor."Ah ..., ngapain juga, buang-buang waktu saja. Lelang proyek sama PT. Warabuana besok nih!" tolakku dengan malas."Ya sudah, aku izin lihat TKP sebentar ya, Pak!" Tanpa menunggu persetujuanku, Rudi dan beberapa karyawan lain segera berlari menuju TKP dengan penuh semangat.Aku hanya menggeleng melihat tingkah mereka. Aneh, bisa-bisanya hal mengerikan seperti itu menjadi tontonan.Karena tak ingin membuang waktu, aku pun bergega
WANITA YANG BUNUH DIRI ITU TERNYATA ISTRIKU (2)Kini aku hanya bisa duduk terdiam di lorong rumah sakit, meratapi semua yang telah terjadi. Masih berharap jika ini semua mimpi. Rasanya ingin kembali pulang ke rumah dan mendapati Alika tengah menyambutku di sana.Namun, keberadaanku saat ini di rumah sakit beserta lalu lalang orang berbaju putih khas perawat dan dokter, meyakinkanku bahwa ini semua kenyataan yang tak dapat lagi dielakkan.Jasad Alika telah dievakuasi dan tengah berada di rumah sakit untuk proses identifikasi lanjutan dan juga proses autopsi.Aku yang tak tahu harus berbuat apa hanya mengikuti semua arahan yang diberikan polisi sebelumnya. Termasuk saat mereka meminta beberapa keterangan tentang Alika.Tiba-tiba aku teringat tentang Alesha di rumah, bagaimana nasib anak itu ke depannya tanpa Alika?Segera kuhubungi Wulan yang berada di rumah untuk mengabari perihal Alika, juga menanyakan kabar Alesha."Wulan, Alika telah meninggal, Wulan! Dia bunuh diri!" terangku saat
"Wulan ..., Ibu ...!" teriakku sesaat setelah sampai di rumah.Tadi setelah menanda tangani semua berkas keperluan penyidikan, aku diminta untuk menunggu hasil autopsi Alika di rumah saja. Karena prosesnya pun bisa memakan waktu kurang lebih 3 x 24 jam katanya.Sementara itu orang tua Alika memilih untuk tinggal di hotel dibanding tinggal di rumahku. Mereka masih saja mengira akulah yang melakukan KDRT pada Alika, walau sudah kukatakan berulang kali bahwa aku sama sekali tak pernah melakukannya.Justru aku mencurigai Ibu dan juga Wulan yang telah menyakiti Alika. Maka bergegas aku pulang ke rumah untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang selama ini dilakukan mereka terhadap Alika."Galang, apa benar Alika bunuh diri?" tanya Ibu langsung mendekatiku. Kutatap wajahnya yang begitu antusias.Aneh. Dia menanyakan tentang kematian menantunya sendiri dengan wajah yang berseri-seri. Seolah itu adalah hal yang menggembirakan."Galang, bagaimana kabar Alika?" Kini Wulan bertanya dengan wajah
WANITA YANG BUNUH DIRI ITU TERNYATA ISTRIKU (4)Ya, aku memang bisa saja mengusir wanita yang kupanggil Ibu itu begitu saja. Dia memang Ibuku, tapi hanya ibu tiri yang kejam.Bapak menikahi dirinya saat aku masih berusia 5 tahun. Ia adalah janda mandul yang dipersunting oleh Bapak.Kami bertiga hidup dalam kesederhanaan. Bapak hanya seorang tukang becak dulunya. Penghasilan Bapak menjadi penentu nasibku kala itu. Jika banyak, aku akan diperlakukan Ibu dengan baik. Jika sedikit akulah yang akan menjadi pelampiasannya.Ia pernah meninggalkanku begitu saja saat Bapak meninggal ketika aku berusia 16 tahun. Membiarkanku menjadi anak terlantar berjuang sendirian.Beruntung otakku cukup encer, hingga bisa mendapat beasiswa sampai tingkat perguruan tinggi.Setelah lulus kuliah aku bekerja keras terus tanpa henti sehingga bisa mendirikan perusahaan sendiri. Lalu saat itulah dia datang lagi. Meminta tinggal bersama dengan embel-embel membalas budinya yang sudah mengurus sejak kecil."Kau tak ak
Tiga bulan berlalu setelah kejadian Alika bunuh diri. Kini aku terpuruk mendekam dalam penjara. Hal yang sangat pantas kuterima atas semua yang telah kulakukan pada istriku itu. Walau aku tak melakukan tuduhan yang diberikan padaku, tapi aku akui karena dirikulah Alika sampai mengalaminya.Hasil autopsi menyatakan bahwa Alika memang mengalami kekekerasan fisik ketika hidupnya. Parahnya lagi ternyata ia sedang mengandung anak kedua kami yang berusia delapan minggu saat itu. Aku tak tahu apa Alika sudah mengetahui bahwa dirinya tengah hamil atau tidak saat memilih bunuh diri. Yang pasti hal ini membuatku makin merasa bersalah lagi. Ada dua nyawa yang menjadi korban ternyata.Begitupun dengan hasil penyelidikan Alesha, dia mengalami kekerasan di punggung dan kakinya. Aku benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Alesha saat mengalami kekerasan tersebut.Aku sangat yakin bahwa Ibu dan Wulanlah yang telah menyakiti Alika dan Alesha. Karena mereka sehari-hari terus memperlakukan