Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku

Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku

last updateLast Updated : 2022-08-16
By:  Shinta wiraCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
52Chapters
17.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Galang mendapati istrinya bunuh diri tepat di depan kantornya. Ia begitu terpukul karenanya. Selain itu ia juga mendapat fakta bahwa istri dan anaknya menjadi korban kekerasan yang tidak sama sekali ia ketahui. Atas kelalaiannya dalam menjaga istri dan anaknya, Andra harus mendekam dipenjara. Dan ia pun bertekad untuk membalas pelaku kekerasan pada istri dan anaknya setelah bebas. Siapakah pelaku kekerasan tersebut? Dan kenapa Alika sampai memutuskan untuk bunuh diri?

View More

Chapter 1

1

"Ada yang bunuh diri ...! Ada yang bunuh diri ...!"

Sayup-sayup terdengar suara teriakan orang-orang saat aku baru saja akan memasuki kantor selepas makan siang bersama beberapa karyawan.

Seketika aku dan teman-teman pun mencari tahu pusat keributan itu yang ternyata hanya beberapa meter dari tempatku. Tepatnya berada di seberang kantor yang terhalang dengan flyover. Kulihat di sana orang-orang mulai berkerumun. Beberapa karyawan kantor pun ikut berlari untuk melihat momen apa yang terjadi.

"Ayo, Pak, kita lihat!" ajak Rudi, salah satu staf marketing di kantor.

"Ah ..., ngapain juga, buang-buang waktu saja. Lelang proyek sama PT. Warabuana besok nih!" tolakku dengan malas.

"Ya sudah, aku izin lihat TKP sebentar ya, Pak!" Tanpa menunggu persetujuanku, Rudi dan beberapa karyawan lain segera berlari menuju TKP dengan penuh semangat.

Aku hanya menggeleng melihat tingkah mereka. Aneh, bisa-bisanya hal mengerikan seperti itu menjadi tontonan.

Karena tak ingin membuang waktu, aku pun bergegas memasuki kantor dan menaiki tangga menuju lantai dua di mana ruanganku berada. Lelang proyek bernilai ratusan miliar berada di depan mata dan harus berhasil aku dapatkan. Maka dari itu aku harus mempersiapkan presentasinya dengan sebaik mungkin agar hasilnya sempurna tanpa cacat.

Tapi ... ternyata kejadian luar biasa di depan kantor tadi telah memecah perhatian seluruh karyawan. Bukannya bekerja para staf semua malah sibuk memerhatikan keluar jendela di mana dari lantai dua ini terlihat cukup jelas apa yang sedang terjadi di seberang sana. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 13.30 tapi tak satu pun dari mereka ada di mejanya menyelesaikan pekerjaan.

"Hei ..., sudah jam satu lebih, nih, ayo cepat kerja!" teriakku mengingatkan mereka sambil bertepuk tangan beberapa kali agar mereka mendengar ucapanku.

"Ini, Pak Galang, ada yang bunuh diri di depan kantor kita!" lapor Deni. Hanya sekilas melihatku lalu ia kembali fokus memerhatikan keluar jendela, mengabaikan perintahku.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Benar-benar tidak mengerti tentang apa keseruan dari melihat orang yang telah mati bunuh diri?

Lagi pula kenapa juga orang itu bunuh diri tepat di depan kantorku, sih? Apa tidak ada tempat lain untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara instan itu?

Memang kantorku ini terletak tepat di pinggir jalan di mana berada juga jembatan layang yang cukup tinggi dan panjang. Tapi, sepuluh tahun berkantor di sini, baru kali ini ada kejadian orang melakukan bunuh diri.

Sepertinya di luar sana keadaan lebih ramai lagi. Karena dapat kudengar suara sirene yang bersahut-sahutan. Mendengar suara bisingnya membuatku hanya bisa menghembuskan nafas keras.

Memang betul sih, bagaimana bisa karyawan fokus bekerja jika di luar sana ada kejadian luar biasa seperti ini. Aku hanya bisa berharap petugas dapat segera mengevakuasi korbannya agar aktivitas kantor bisa segera kondusif lagi.

Lalu tiba-tiba saja terlintas di benakku rasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi di luar sana. Ingin tahu juga bagaimana keseruan petugas mengevakuasi korban, apakah seperti di film-film yang sering aku saksikan?

Perlahan aku pun melangkah mengurai kerumunan karyawan yang tengah menyaksikan, ikut mencari celah agar bisa melihat TKP secara langsung.

Dari atas sini dapat kulihat di luar sana orang-orang yang berkerumun. Para petugas polisi yang baru saja datang tengah sibuk memasang police line agar memudahkan evakuasi. Orang-orang yang menyaksikan di TKP pun memberi ruang pada petugas berwajib supaya dapat leluasa bekerja. Membuat kami yang berada di lantai dua sini dapat melihat dengan jelas kondisi di bawah sana.

Seketika kudengar para karyawan menjerit histeris tatkala pemandangan di bawah sana semakin terlihat dengan jelas. Mereka semua berkomentar bagaimana mengenaskannya yang terjadi pada si korban. Tapi tidak denganku, ada yang membuat perhatianku terfokus pada sosok yang terbujur kaku di bawah sana. Melihat ada sesuatu yang terasa janggal dengannya.

Memang tak dapat kulihat wajah korban tersebut secara langsung, tapi baju yang dikenakannya terasa amat familiar bagiku. Baju itu sering aku lihat dipakai oleh istriku. Baju lusuh yang pernah aku protes karena dia memakainya terus menerus seakan tidak ada baju lain yang bisa dikenakannya.

Apakah itu berarti yang di bawah sana adalah Alika istriku? Baju itu sangat percis dengan miliknya, yang kutahu tak ada lagi yang memakainya selain dia, karena baju itu dijahitnya sendiri dari kain yang didapatkan dari Ibunya saat berkunjung ke rumah kami tiga tahun silam.

Gegas kuambil telepon genggam, ingin memastikan bahwa aku salah. Alika pasti sedang berada di rumah bersama Alesha anak kami.

Namun, tak seperti biasanya panggilanku tak ia jawab. Padahal biasanya ia akan segera menjawab telepon karena tahu aku tak suka menunggu lama.

Tak sampai di situ, aku pun coba hubungi Wulan, wanita yang setahun ini menjadi istri keduaku.

"Galang, mana sih si Alika? Ini anaknya ditinggal gitu aja sendirian di rumah, dari tadi dia pergi gak tau kemana. Aku pusing nih ngurusin anaknya yang nangis terus gak berhenti-berhenti." Belum sempat kutanyakan apa pun, Wulan sudah mengeluh panjang lebar.

Dari balik telepon juga dapat kudengar suara tangisan Alesha yang begitu menyayat hati. Sepertinya ia telah menangis begitu lama.

Tak dapat kujawab keluhan Wulan. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Ada yang tiba-tiba menyayat hati ini. Karena justru perkataan Wulan, dan tangisan Alesha anak berusia dua tahun tersebut semakin meyakinkan bahwa yang di luar sana benar adalah Alika--istriku.

Dengan tergesa aku berlari menuruni tangga, tak kuhiraukan suara orang-orang yang memanggil namaku dan bertanya ada apa karena melihat kepanikanku yang tiba-tiba. Tujuanku hanya satu. Korban bunuh diri itu.

Aku datangi pusat kerumunan orang, dengan paksa menggeser mereka agar memberiku jalan. Hingga saat sampai batas police line dan  melihatnya lebih dekat, semakin aku yakin bahwa wanita itu memang istriku. Wajahnya, walau penuh darah tapi cukup untuk kukenali dan itu semakin meyakinkan bahwa ia memang orang yang sama dengan wanita yang telah menjadi istriku selama tiga tahun belakangan ini.

Jantungku berdebar amat kencang, kakiku pun mendadak lemas. Tak menyangka bahwa Alika benar-benar melakukan hal gil* itu.

Aku jatuh berlutut saking tak kuasa menahan beban diri sendiri. Berusaha mendekat berjalan dengan lutut melewati police line, mendekati tubuh yang berlumur darah itu

"Anda kenal korban ini, Pak?" tanya salah seorang petugas polisi, menghentikanku

Aku pun mengangguk, mengiyakan.

"Jika boleh tahu, siapa wanita ini ya, Pak?"

Dia ..., dia wanita yang aku cintai, yang telah berkorban nyawa melahirkan anakku, mengurusku, tapi ... belakangan ini sedikit kuabaikan. Tak menyangka dia akan memilih mengakhiri hidupnya seperti ini.

"Pak?" Polisi itu kembali memanggilku yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Dia ..., istriku, Pak!" Susah payah aku mengatakannya.

"Saya menemukan tanda pengenal korban dekat TKP, apa benar Istri Bapak bernama Alika Rahmadita?"

Aku pun mengangguk mengiyakan. Rasa sakit di dada ini tiba-tiba saja hadir semakin kuat saat aku mendengar namanya disebut polisi itu. Nama itu yang pernah kusebut secara lengkap saat kuucapkan akad nikah dan aku berjanji akan menjaganya. Namun, tampaknya aku telah lalai melakukannya.

Kini aku makin tak berdaya, meratapi jasad Alika Rahmadita, wanita tercantik yang pernah kutemui tapi telah kusia-siakan begitu saja hingga dia mengakhiri hidupnya seperti ini.

"Alika, kenapa kau sampai melakukan semua ini ...?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Luthfiah Ika Rahmayani
keren banget ceritanya
2024-01-25 19:32:16
0
user avatar
Wahyuni
terima kasih untuk cerita yang sangat bagus ini Thor... sukses selalu author sayang hehehe
2022-10-13 04:16:06
2
user avatar
Ummi Khai
sedih, ceritanya gak biasa, plot twist-nya mencengangkan. tapi overall baguuuuus ceritanya, aku suka. yg baik² diambil buat pelajaran idup, yg buruknya dijadiin acuan utk jadi baik. sukses terus author :)
2022-10-07 00:24:41
1
user avatar
Acil Mey
Keren ceritanya, ayo semangat up Thor
2022-08-10 09:52:09
2
user avatar
Acil Mey
Suka sekali Sama ceritanya, seru dan menegangkan. Up lagi dong Thor penasaran sekali.
2022-08-09 21:02:50
1
52 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status