Beranda / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 181. Akhirnya Menyerah

Share

181. Akhirnya Menyerah

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 10:09:37

“Maaf, sayang aku terlambat pulang,” kata Laksa pada Luna yang menyambutnya di teras depan.

Luna tersenyum mencoba memahami kalau suaminya memang punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan untuk yang lain. Meski tak bisa dipungkiri ada resah yang dia rasakan hari ini.

“Kakak sudah makan malam?”

Ya Tuhan bagaimana dia bisa makan malam dalam keadaan seperti ini, pikirannya penuh dengan rasa bersalah dan khawatir pada Luna.

“Kamu sendiri sudah makan?”

Luna menggeleng yang membuatnya menghela napas panjang. Dia menatap arloji di tangannya. Jam setengah sembilan malam, belum terlalu malam memang meski tetap saja terlambat.

“Kalau begitu kita makan sekarang.”

“Tapi kalau kakak sudah makan, jangan dipaksakan nanti perutnya sakit.”

Laska tersenyum dan membelai lembut kepala sang istri. “Aku juga belum makan, tadi ada masalah sedikit dan langsung pulang.”

“Baiklah, aku siapkan makan malam dul
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   275. Di balik Kesulitan2

    Baik Laksa maupun Luna saling pandang melihat orang yang berjalan ke arah mereka berada. “Maaf Ibu sudah mengetuk pintu beberapa kali tadi tapi sepertinya kalian tidak mendengar.” Wanita paruh baya yang masih cantik itu untuk pertama kalinya menatap sang cucu dengan pandangan sayang. “Bagaimana keadaannya?” tanyanya pada Luna yang menerima bingkisan buah yang dia bawa. “Sudah lebih baik, Bu, hanya tinggal menunggu pemulihannya saja.” Laksa hanya menatap sang ibu, lalu berdiri mempersilahkan sang ibu untuk duduk di kursi yang dia tempati tadi. Luna tersenyum memandang hal itu, setidaknya Laksa tidak menunjukkan sikap antipati pada sang ibu, meski sikapnya masih terkesan kaku, tapi itu sangat wajar. “Dia mirip Laksa saat kecil,” gumam sang ibu seperti bicara pada dirinya sendiri. Luna kembali menoleh pada Laksa, suaminya itu terlihat pura-pura tidak mendenga

  • Wanita Yang Kau Pilih   274. Di balik Kesulitan

    “Apa kita bisa bicara sambil duduk saja,” kata sang dokter yang mengarahkan pasangan orang tua itu untuk duduk di sofa. Luna menoleh pada ranjang Dio, dan dia tersenyum penuh terima kasih pada salah satu perawat yang menemani putranya itu. Laksa mengenggam tangan sang istri dengan erat seolah ingin mencari kekuatan dari tangan yang terasa dingin itu. Baik Laksa maupun Luna bukan pribadi yang lemah, terutama beberapa waktu ini keduanya telah banyak merasakan kerasnya hidup, tapi sebagai orang tua tentu keduanya tak akan sanggup melihat buah hati tersayangnya terbaring lemah tak berdaya. “Mohon maaf kalau membuat Bapak dan Ibu menunggu dengan cemas,” kata sang dokter dengan senyum sopan, lalu mengambil amplop lebar dan mengeluarkan kertas dari dalamnya. “Dari hasil test yang telah kami lakukan anak Dio menderita gejala penyakit roseola, tapi dengan pengobatan dan juga istirahat cukup, Dio bisa sembuh sepe

  • Wanita Yang Kau Pilih   273. Jejak Masa Lalu2

    Luna menggeleng. “Aku sengaja menunggu kakak tadi, ku kira akan pulang lebih cepat.” Laksa memandang Luna penuh rasa bersalah. “Maaf tadi ada sedikit masalah dan ibu juga meminta aku mampir ke rumahnya sebentar, dia juga sduah tahu kalau Dio dirawat di ruamh sakit.”“Bukan masalah, bagaimana pertemuan tadi?” tanya Luna yang memang sudah penasaran dengan pertemuan hari ini. “Semua keluarga ibu berkumpul tadi dan yah... mereka mau tak mau harus setuju dengan rencana pernikahan itu.” “Mau tak mau? Jadi terpaksa?” “Bukan terpaksa, maksudku mereka tak bisa bicara banyak, mereka juga telah lama hidup tanpa saling mempedulikan, ke sana hanya sebagai formalitas saja, apalagi ibu juga sudah menentukan tanggal pernikahannya, tanpa campur tangan keluarga.” “Ibu sepertinya tidak sabar untuk segera menjadi istri om Hardi.” Laksa mengedikkan bahunya. “Saudara ibu sebenarnya menyayangkan rencana ibu yan terkesan buru-buru, mereka

  • Wanita Yang Kau Pilih   272. Jejak Masa Lalu

    Laksa sampai di rumah sakit tepat pukul dua siang. kelelahan jelas terpancar dari wajahnya yang kusut, padahal dia pergi bersama seorang sopir yang mengantarnya. Drama keluarga dan juga hubungannya dengan sang ibu yang tidak sehat memicu kelelahan ini, mungkin benar kata Luna dia harus berusaha melupakan kesalahan sang ibu di masa lalu, meski Laksa akui itu tak akan mudah. Laksa membuka pelan pintu ruang rawat Dio, takut kalau putranya itu sedang tertidur dan kaget mendengar suara pintu yang terbuka, tapi perkiraan Laksa salah jagoan kecilnya itu sekarang sedang sibuk menggigiti mainannya, di sampingnya Luna memandang sang anak dengan senyum merekah. Ada kehangatan yang merambat di dada Laksa saat melihat pemandangan indah itu dan seketika mengangkat semua rasa tak nyaman yang sejak tadi memeluk erat dirinya. “Papa sudah pulang, dek,” kata Luna pada sang anak yang ditanggapi bayi kecil itu dengan memandang sang ayah, lalu melanjutkan kembali k

  • Wanita Yang Kau Pilih   271. Hubungan Aneh

    Seolah tak memberi waktu Laksa untuk kembali berpikir, ponsel yang tadinya sudah senyap kini kembali menjerit-jerit meminta perhatian. Mau tak mau Laksa mengambilnya apalagi saat Luna mengatakan kalau mungkin saja ada sesuatu yang penting yang ingin dibahas sang ibu. “Ya, Halo.” “Ibu senang senang akhirnya kamu mengangkat panggilan ibu.” Laksa hanya terdiam, di saat seperti ini dia sama sekali tak ingin basa basi dengan siapa pun, apalagi pada ibunya. “Nak kamu masih di situ?” “Iya, saya masih di sini.” Sama seperti sebelumnya cara bicara Laksa dengan sang ibu juga masih sama. Dingin dan formal. “Syukurlah, apa kabarmu hari ini, Nak, kalau kabar ibu baik... kemarin Mas Hardi bilang menemuimu, dia memang begitu-“ “Kabar saya baik, Maaf saya sedang sibuk, ada apa anda menghubungi saya?” “Oh, kamu pasti sedang sibuk bekerja ya, ibu hanya mau meny

  • Wanita Yang Kau Pilih   270. Hati yang Terkoyak2

    Kemunculan Dirga memutus segala hal yang ada dipikiran keduanya, serempak dua orang itu menoleh dan mendapati sang sepupu membawa banyak makanan di tangannya. Luna beranjak berdiri dan mengambil makanan yang dibawa Dirga, hanya untuk menatanya saja,napsu makannya seolah hilang melihat kondisi anaknya. “Kenapa? Tidak suka?” tanya Dirga yang melihat Luna hanya bengong setelah menyiapkan makanan yang tadi dia bawa. “Bukan hanya tidak napsu makan saja.” “Kalau lihat Laksa masih napsukan?” tanya Dirga dengan tampang serius yang membuatnya mendapat hadiah lemparan plastik pembungkus makanan dari Laksa.“Sialan kena rambutku itu ada minyaknya woi,” seru Dirga tak terima. “Mulut jangan asal jeplak saja.” “Lho di mana salahku? Aku cuma bertanya, lagian kalau itu sampai terjadi bisa gawat bukan...ckkk...ckkk.” “Sok tahu kamu, nikah saja belum, eh tapi kamu sudah sering kawin pasti.” Sekarang  ganti Dirga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status