Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 258. Saat Kau Pergi2

Share

258. Saat Kau Pergi2

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-05-23 16:11:46

Setelah hubungan mereka membaik memang Laksa berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan Luna yang lebih sederhana, dan nyatanya dia menyukai itu. entah itu karena ada Luna bersamanya atau karena dia sudah bosan dengan kehidupan hedon yang banyak menghabiskan uang.

Dengan ditemani seteko teh hangat dan pisang goreng yang dibeli Luna tadi, mereka duduk di teras belakang rumah, bahkan bunyi jangkrik yang saling bersahutan tak mengusik mereka bertiga.

“Kalian pasti sangat penasaran kenapa ayah meminta kalian datang,” kata sang ayah yang melihat dua orang itu terlihat penasaran.

“Maafkan Luna yang akhir-akhr ini jarang mengunjungi ayah,” kata Luna.

Wanita itu mendekat pada sang ayah dan memeluk lengan sang ayah manja seperti saat dia masih gadis dulu, Laksa hanya tersenyum tipis, bersyukur istrinya tidak seperti dirinya yang bahkan tak pernah punya kesempatan untuk dekat dengan ayahnya.

“Kamu ini, sudah punya suami juga malu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   285. Wanita Terpilih 2

    Satu minggu kemudian, waktu yang dijanjikan Laksa untuk mengajak keluarganya ke Yogya, dan hal yang sangat tidak diduga Luna adalah untuk memenuhi keinginan sang istri yang ingin naik kereta, Lkaksa memboking satu gerbong kereta eksekutif yang harga tiap kursinya hampir satu juta rupiah. “Memangnya kita mau ajak orang satu kelurahan, pakai booking satu gerbong.” Laksa hanya mengedikkan bahunya acuh. “Aku tidak mau kamu dan Dio merasa tidak nyaman.” Luna hanya diam percuma saja berdebat dengan Laksa yang memang sudah sejak lahir di beri makan dengan sendok emas. “Hei jangan cemberut seperti itu aku minta maaf, ok lain kali aku akan minta pendapatmu dulu.” “Tapi ini berlebihan kaka.” “Tidak ada yang berlebihan untuk istri dan anakku yang berharga.” Siapa yang tidak terbuai coba dengan mulut manis Laksa. Seperti biasa saat mereka tiba di rumah sang nenek, se

  • Wanita Yang Kau Pilih   284. Wanita Terpilih

    Luna berdiri sambil mengawasi putra kecilnya yang sesekali mengganggu sang ayah yang sedang khusyuk berdo’a di samping makan sang nenek, laki-laki kecil kesayangan Luna itu memandang ingin tahu, Luna sudah mencoba menggendongnya untuk di bawa ke mobil terlebih dahulu, tapi dasar anak itu malah meronta dan lebih memilih untuk bersama ayahnya. Hari ini memang mereka sedang mengunjungi makan ibu Laksa. Sudah dua tahun berlalu sejak kematian sang ibu, dan Laksa sepertinya sudah mengikhlaskan semuanya, baik kematian ibunya maupun perlakuan ibunya dulu padanya meski begiitu hukum masih tetap berjalan, pelaku yang menyebabkan ini semua, pun keluarganya yang berusaha menyuap petugas juga sudah mendapatkan hukuman yang setimpal. Selama dua tahun ini hidup mereka memang bisa dibiilang lebih tenang, meski banyak masalah yang menerpa tapi tetap saja bersama mereka bisa mengatasinya. Memang begitulah definisi hidup berkeluarga yang sering aya

  • Wanita Yang Kau Pilih   283. Tinggal Rencana 2

    Kepulangan kedua orang tuanya merupakan anugerah bagi Laksa, paling tidak kedua orang tuanya akan membantunya menyelesaikan masalah ini. “Kamu urus masalah di kantor polisi dengan papa, mama dan Luna akan mengurus Dio,” kata sang mama lembut tapi tegas. Mamanya memang sudah tua dan mulai sakit-sakitan, tapi tetap saja kemampuannya dalam menghadapi orang-orang licik itu tidak berkurang. Benar saja, saat Laksa sampai di kantor polisi, sang papa juga sudah ada di sana ditemani om Hardi. “Papamu memberikan bukti tambahan untuk menjerat mereka,” bisik Dirga pada Laksa. “Sepertinya aku sudah dibutuhkan di sini, lebih baik aku tadi menemani istriku,” gumam Laksa antara kesal dan lega semua sudah berjalan lancar. “Tentu saja, aku sudah bekerja keras untuk ini.” “Ya...ya, aku sangat berterima kasih untuk itu, meski aku tahu apa tujuanmu sebenarnya.” Dirga mengangkat

  • Wanita Yang Kau Pilih   282. Tinggal Rencana

    Mobil mewah itu melaju dengan kencang menuju pusat kota. Terlihat sangat terburu-buru bahkan tak melihat sesaat kemudian sebuah mobil lain mengekor di belakangnya. “Apa mereka bisa menolong mama, Pa?” tanya laki-laki yang lebih muda, yang memegang kemudi mobil mewah itu, di sampingnya laki-laki yang lebih senior duduk dengan tegang. “Jangan pikirkan mamamu dulu, pikirkan kita sendiri, jika kita tidak selamat, mamamu juga tidak akan mungkin bisa bebas.” “Tapi, Pa-“ “Sudahlah jangan bicara lagi, seharusnya kamu bicara padaku saat mamamu akan melakukan hal konyol itu, lihat sekarang, aku yakin keluarga itu tidak akan tinggal diam dan mengusut semuanya.” Laki-laki yang lebih senior itu terus saja mengoceh menyalahkan semua orang, sedangkan laki-laki yang lebih muda dan sedang mengemudi terlihat berusaha keras menahan amarahnya, tangannya mencengkeram kemudi

  • Wanita Yang Kau Pilih   281. Belum Tuntas2

    Luna tersenyum miris, kakinya lalu melangkah menghampiri kulkas dan menemukan beberapa buah jeruk yang sepertinya sudah di sana dari beberapa hari yang lalu. Melihat isi kulkas yang penuh dia yakin ibu mertuanya baru saja mengisinya, tanpa tahu sebentar lagi dia tidak akan bisa menikmati ini semua. “Ada jeruknya?” Luna menoleh dan tersenyum saat sang tante ternyata membuntutinya. “Ada tante.” Sejenak Luna larut dalam kegiatannya membuat jus jeruk, tapi saat teringat sesuatu dia lalu meninggalkan sebentar mesin juicer yang masih menyala dan menemui sang tante. “Apa ada yang harus Luna bantu, Tante, maaf tadi Luna malah istirahat di kamar dan tidak membantu.” “Bukan masalah, Nak, tante tahu kamu pasti lelah, apalagi yang tante dengar anakmu juga masih di rumah sakit.” “Iya tante, sekarang di jaga salah seorang keluarga. Ehm... tante apa tidak sebaiknya kita pesan makanan sa

  • Wanita Yang Kau Pilih   280. Belum Tuntas

    Ada sebagian orang yang memang bisa dengan legowo menerima musibah yang telah terjadi pada dirinya, dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan yang harus mereka jalani, tapi sebagian lagi tidak dapat menerima hal itu dengan baik, balas dendam dan mencari kambing hitam adalah hal yang paling lumrah dilakukan. Pembalasan yang mereka lakukan pun sangat beragam ada yang hanya dengan nyinyiran, tak saling tegur atau yang paling ekstrem sampai pada tindak kriminal yang nantinya juga bisa merugikan diri sendiri. Dirga sangat sadar akan hal itu. Sebagai orang yang pernah mengalami kemarahan dan kekecewaan yang sama, tapi tentu saja dia tidak sudi untuk terus menerus jadi korban, apalagi jika dirasa kemarahan orang itu membabi buta. “Aku dengar kamu mengancam ibu Raya,” kata Laksa saat mereka duduk berdua setelah pemakaman sang ibu usai dilakukan , beberapa sanak saudara terlihat membantu dalam prosesnya. “Kenapa kamu tak terima,” kata Dirga ketus. Laksa langsung menoleh pada sepupunya i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status