Home / Romansa / Wanita Yang Melamar Suamiku / Bab 4. Aku Yang  Menjawab Lamaran Yosa

Share

Bab 4. Aku Yang  Menjawab Lamaran Yosa

last update Last Updated: 2022-07-26 07:10:15

Bab 4. Aku Yang  Menjawab Lamaran Yosa

“Bening! Apa yag kau lakukan?” teriakan tiga orang perempuan terdengar menggelegar, saat dua tamparan dari tangan kasarku mendarat di  pipi  Yosa yang halus mulus bak pualam itu.

“Aku hanya memberinya hadiah, karena telah berhasil mendapatkan tempat di hati ibu mertua dan kedua iparku. Tentu saja di hati Mas Sigit juga,” jawabku menatap tajam ke arah suamiku.

Pria itu salah tingkah. Dia bergeming di tempatnya. Tak menyalahkanku, juga tak membela calon istri barunya. Sementara Yosa masih mengaduh keganjenan. Tangan mulusnya meraba pipi yang berubah warna bekas telapak tanganku.

“Ibu, sakit … perih … wajahku lecet …,” adunya kepada ibu.

Betapa aku ingin dia membalas perbuatanku. Andai dia mau melawan, aku tentu punya kesempatan untuk menjambak rambutnya, atau menggores pipinya dengan kukuku. Nyatanya dia hanya mengaduh dengan gaya ganjen yang membuatku makin muak.

Sepertinya dia benar-benar menjaga image, agar dia dianggap penyabar, baik hati dan tidak bar-bar sepertiku. Tentu saja untuk mencari simpati semua orang di rumah ini. Terutama suamiku.

“Sudah, ya, Nduk! Maafkan perbuatan Bening, ya! Dia hanya kaget dan cemburu. Percayalah, dia pasti akan melunak juga. Karena dia tak punya pilihan selain menerima kamu sebagai madunya.  Jika dia tidak mau terima, ibu pastikan, Sigit akan menceraikannya.  Kita duduk  di sana saja. Kita lanjutkan prmbicaraan kita tadi, ayo!”

Aku terpana. Ibu mertuaku telah mengatakan semuanya. Mereka belum bertanya apa pendapatku, tapi dia sudah punya jawabannya.  Jadi ini sebenarnya yang mereka inginkan dariku. Menyingkirkanku. Baik. mereka pikir aku diam selama ini karena aku takut tersingkir, begitu? Mereka pikir aku bucin habis pada anaknya yang memang kuakui tampan ini, lalu aku akan diam saja meski akan dimadu dan dijadikan babu?

Cukup! Aku tidak gentar apapun! Tak bersuami, apakah itu aib? Menyandang status janda  di usiaku yang masih dua puluh tujuh tahun, apakah itu aib? Pulang ke rumah Ibu di kampung sana dengan membawa tiga orang anak yang masih kecil-kecil, apakah itu juga aib? Apakah keluargaku akan malu?

Tidak!  Bapak dan ibu akan bisa menerimaku. Meskipun beberapa hari mereka mungkin tak berani keluar rumah, karena malu dicibir tetangga dan orang kampung. Tapi di hari berikutnya semua akan baik-baik saja. Aku yakin itu.

Kubulatkan tekat, kukumpulkan keberanian untuk mulai bicara.

“Mas, aku ingin bicara!” sergahku menoleh kepada Mas Sigit lalu berjalan ke belakang, menuju kamar sempit kami.

“Bicara di sini saja, di hadapan kami semua!” senggak ibu menghentikan langkahku.

“Mas Sigit suami saya! Saya ingin bicara dengannya empat mata!” ucapku tanpa menoleh, lalu melanjutkan langkah.

“Sombong kowe!” sungutnya. Aku tak peduli.

“Sigit, kau jawab dulu pertanyaan Yosa tadi, baru kau bicarakan dengan  perempuan kampung itu!” perintahnya kepada suamiku.

Sontak kuhentikan langkah. Ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh mas Sigit. Benarkah dia bisa memberikan kawaban atas lamaran Yosa di saat situasi sudah sangat genting begini? Kenapa mereka tidak menunda saja, toh aku sudah mengamuk seperti ini?

“Jawab, Git! Kamu bersedia enggak menikahi Yosa? Nikah siri doang, kok?” Mbak Sekar bersuara.

“Iya, Git. Ingat, Yosa itu eggak nuntut macam-macam! Dia cuma butuh pendamping, agar masyarakat tau dia  sudah bersuami. Dia capek menghadapi rayuan para lelaki di luar sana. Para lelaki itu berlomba-lomba ingin menikahinya. Tapi, Yosa cintanya cuma sama kamu. Secara kalian itu memang masih saling cinta, kan?” Mbak Ambar mulai membujuk dan merayu.

“Ho oh. Kalau Yosa udah bersuami, maka para lelaki akan berhenti mengejarnya. Hartanya juga ada yang menangung jawapi. Kasihan, Yosa selalu sendirian mengontrol pabrik batu batanya. Dia butuh  pendamping. Udah, kamu terima aja! Toh, Bening juga tetap akan jadi istrimu, kok. Yosa enggak nuntut dinikahi secara hukum.” Mbak Sekar menyambung lagi.

Panas hatiku mendengar hasutan mereka. Gemuruh di dadaku kembali menggelegar.  Kedua iparku, benar-benar tak punya hati. Bukankah mereka juga seorang istri? Tidakkah mereka berpikir kalau mereka yang ada di posisiku saat ini?

“Assalamualaikum …!”

Percakapan menegangkan itu sejenak terhenti. Mas Wisnu dan Mas Bayu baru pulang entah dari mana. Ini hari Sabtu, mereka tak ke kantor. Tetapi keduanya selalu keluar pagi dan pulang malam.  Keduanya juga terlihat begitu akur, meski mereka tak satu kantor.

Jujur, aku tak simpati sedikitpun kepada kedua pria itu. Sebisa mungkin aku selalu menghindar bila harus berdekatan dengan keduanya. Tatapan mata mereka kepadaku tak pernah mengenakkan. Jika tatapan istri-istri mereka adalah tatapan merendahkan, maka tatapan para suami mereka adalah tatapan menjijikkan. Itu yang aku rasakan? Apakah aku terlalu berlebihan? Entahlah.

“Eh, ada tamu rupanya? Lho, kok pada berdiri di sini? Kenapa tidak duduk di ruang tamu?” tanya Mas Wisnu  saat Mbak Ambar menyalam dan mencium tangan suaminya dengan takzim.

Mbak Sekar juga berbuat yang sama kepada Mas Bayu. Dua pasang suami istri yang terlihat begitu akur dan sempurna. Semoga saja kalian akan baik-baik saja!

“Eh, ini banyak pecahan beling? Ada apa ini sebenarnya? Dek, Yosa, kamu kok kelihatannya baru nangis? Ada apa ini?” Mas Wisnu, yang selalu dituakan di dalam keluarga ini menatap kami satu persatu. Tatapan yang kurasakan sangat menjijikkan itu berhenti di wajahku.

“Kenapa istri kamu, Git? Sepertinya di rumah ini baru saja terjadi perang besar, benar begitu?” tanyanya tan lepas menatapku.

“Bening udah tahu kalau Sigit akan menikahi Yosa, Mas. Eh, dia mengamuk, mecahin gelas, lalu menampar Yosa. Biasa, perempuan enggak pernah makan bangku sekolahan memang begitu. Enggak tau tata karma. Emosi aja bawaannya! Untung rumah ini enggak dibakarnya,”  celetuk Mbak Ambar melirikku sinis.

“Oh, jadi Dek Bening udah tahu. Baguslah, jadi enggak perlu ada yang dirahasiakan lagi. Kalau Bening marah, itu wajar. Namanya  juga kaget. Dek Yosa enggak usah tersinggung. Dimaklumi saja, ya! Jadi … kapan rencana pernikahannya?”

Aku tersentak. Memang sudah kuduga mereka semua mendukung Yosa.  Tak terkecuali suami dari ipar-iparku. Tetapi saat mendengar langsung seperti ini, tak ayal hatiku nyelekit juga. Aku merasa begitu malang. Aku benar-benar sendirian.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)

    Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)“Kamu terima aku, kan, Ning? Tapi, maaf, mungkin aku tak bisa memuaskanmu di ranjang. Kamu bisa terima aku apa adanya, kan?” Mas Elang menggenggam tanganku, tatapannya tepat di bola mataku, begitu sayu dan menghiba. “Aku sangat mencintai kamu, Ning. Maya bukan siapa siapa bagiku. Tolong terima lamaranku, aku mohon!” lirihnya lagi.“Mas Elang …?” gumamku tercekat.“Aku janji akan berusaha menjadi ayah yang baik buat anak-anak kamu. Aku juga sudah baca-baca tutorial memuaskan istri bila senjata suami gak mampu bertahan lama. Aku akan praktekkan cara itu. Aku akan buat kamu sampai benar-benar puas, baru aku tuntaskan diriku sendiri. Asal kamu sudah puas, meski aku hanya bisa tahan sebentar, gak masalah, kan?”“Mas?”“Mau praktekin sekarang?”“Tidak.”“Ya, kita halalin dulu, ya!”Mas Elang memelukku, kembali melumat bibirku. Kali ini aku membalasnya. Kurasakan ada yang menegang di areal sensitifnya. Hatiku membuncah, aku bersumpah, ta

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang

    Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang“Mbak Nuri di sini? Kenapa? Kapan Mbak datang dari Tawang Sari? Kenapa enggak langsung ke rumah Ibu, kok, malah ke sini?” cecar Mas Elang begitu turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Pria itu hanya menatap Mbak Nuri, sedikitpun tak melihat ke arahku. Padahal posisiku tepat di samping kakaknya itu.“I-ya, aku sengaja langsung ke warung Bening. Bening nelpon kakak. Dia ngadu tentang hubungan kalian.” Mbak Nuri mulai bersandiwara.Kulihat wajah Mas Elang memerah. Dia sempat melirikku sekilas, tatapan kami beradu, pria itu lalu berpaling.“Kita pulang sekarang, aku tunggu di mobil!” titahnya langsung meninggalkan kami.Kuhela nafas panjang, mengembuskannya dengan sangat berat. Mbak Nuri menepuk bahuku dengan halus, seperti hendak mentransfer kekuatan agar stok sabarku tak habis. Buru-buru kami mengunci pintu warung, lalu menyusul ke mobil Mas Elang. Mbak Nuri membukakan pintu untuk kami. Memintaku masuk duluan di jok tengah.“Kenapa dia ikut?”

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu

    Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu“Menikah? Kalian mau menikah?” seruku masih saja kaget. Padahal aku tahu hubungan Kak Runi dengan Mas Dayat akhir-akhir ini makin dekat saja. Kukira mereka masih dalm tahap saling menjajaki, ternyata sudah sampai pada tahap yang paling tinggi. Menikah.“Iya, Ning, kami minta ijin cuti, ya. Buat Persiapan lamaran.” Kak Runi menunduk. Sepertinya, dia masih saja malu-malu. Mungkin karena Mas Dayat pernah menyukaiku dulu. Dia bahkan sempat ikut berjuang untuk menyatukan antara aku dan Mas Dayat dulu.“Ya, sudah. Selamat, ya! Semoga acaranya berjalan lancar. Kapan rencana kalian pulang kampung?” tanyaku menatap mereka bergantian.“Sore ini, kalau kamu ijinin.” Kak Runi mendongak.“Tentu aku ijinin. Tapi, maaf, acara lamarannya aku enggak bisa hadir, nanti di acara pernikahannya saja, ya, aku datang?”“Ya, datang bareng Mas Elang, ya, Ning!” Mas Dayat langsung nyeletuk. Aku hanya tersenyum tipis. Kualihkan suasana dengan bergerak ke laci kasir. Meraih p

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 114. Janji Nek Ayang

    Bab 114. Janji Nek AyangAku menoleh ke belakang, Nek Ayang berdiri kaku di sana. Tatapannya lekat kepadaku. Tatapan dengan sorot mata sayu.“Nenek?” gumamku terkejut. “Sejak kapan Nenek di sini?” tanyaku gelisah.“Sejak tadi,” sahutnya pelan.“Nenek tidak mendengar apa apa, bukan?” tanyaku mendekatinya, kuraih lengannya, lalu kubimbing berjalan menuju bangku panjang yang tersedia di halaman belakang warung itu. Tetapi dia bertahan tak bergerak. Tetap kokoh di posisi berdirinya.“Nenek sudah mendengar semuanya. Sekarang nenek paham apa yang membuat Elang berubah.”“Nek, tolong jangan salah paham! Apa yang Nenek dengar tadi tak seperti yang sebenarnya.”“Mungkin Elang memang benar, Ning! Cucuku itu …, wess lah, Ning! Kowe ora usah ikut stress, Nduk! Keputusan Elang, pasti sudah dia pikirkan baik baik.”“Nenek! Kenapa sekarang Nenek malah ikut-ikutan seperti ini? Bening mau, Nenek itu membantu Bening meyakinkan Mas Elang. Bantu Bening, Nek!”“Elang sudah dewasa, Nduk! Dia tau apa ya

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 113. Rahasia Terbongkar

    Bab 113. Rahasia TerbongkarWajah Nek Ayang tampak sangat semringah sekarang. Setelah dia mendengar penuturanku barusan. Sepertinya dia begitu lega, dan mengira cucunya hanya cemburu buta. Dia pasti berfikir hubunganku dengan cucunya baik-baik saja.“Elang enggak tahu hati perempuan, apa dikiranya kita mau saja diajak ehem ehem padahal hati kita sudah sangat benci? Hehehe … biarkan dia dibakar cemburu, kowe tenang saja! Itu artinya Elang cinta banget karo kowe, iyo, toh, Ning?” ungkapnya seraya mengusap punggung tanganku.Aku mengangguk saja. Biarlah Nek Ayang berfikir seperti itu. Padahal masalahnya tak sesederhana itu. Ada masalah yang begitu pelik tengah melanda antara aku dan cucunya. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi lebih kepada rasa minder Mas Elang akan kelemahannya.Mas Elang merasa dia kalah jauh dibandingkan dengan Mas Sigit dalam urusan ranjang. Perasaan minder itu semakin membakar hatinya saat tahu kalau Mas Sigit memaksaku melakukan hubungan badan kemarin. Mas Elang

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 112. Perintah Nek Ayang

    Bab 112. Perintah Nek AyangMereka semua terperangh kaget. Pernyataanku barusan jelas tak bisa mereka percaya. Tapi aku tak peduli. Sudah terlanjur. Aku tak peduli entah apa tanggapan Mas Sigit juga keluarganya. Yang aku pikirkan justru perasaan Mas Elang. Aku begitu mengkhawatirkan dia sekarang.Entah bagaimana tanggapannya terhadapku. Setelah jelas-jelas dia mulai menghindariku, aku justru ungkapkan perasaan cintaku. Padahal dia mulai mencipta jarak denganku. Tak pernah lagi menelpon, apa lagi mendatangi aku. Biasanya dia menjemputku ke warung di malam hari, mengantarku pulang ke rumah karena dia mengkhawtirkn aku pulang sendiri di tengah malam. Lalu, dia akan menjemputku lagi di pagi hari.Sekarang itu tak lagi dia lakukan. Bukankah itu artinya dia sudah mundur. Dan saat itu pula aku menyatakan perasaanku. Ah, betapa rendah aku di matanya sekarang. Mungkin dia menganggap aku wanita murahan. Tapi, sudahlah. Aku pasrah saja. Yang penting aku lolos dulu dari Mas Sigit.“Apa? Kau bil

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang

    Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang Kulepaskan rangkulan tangan Mas Sigit di bahuku, kukibaskan dengan kasar. Itu tak luput dari perhatian Mas Elang dan juga Nek Ayang. Mereka hanya melongo. Sementara tiga perempuan yang sejak tadi menonton dari jarak yang agak jauh, kini datang mendekat. Mbak Ambar, Mbak Sekar dan ibunya. “Ning, kamu?” sergah Mas Sigit menatapku tak percaya. “Kenapa kamu ikut bar-bar seperti ini, Ning?” tanyanya dengan nada lirih. “Kamu sepertinya lupa kalau kemarin aku bahkan bersikap lebih bar-bar. Luka di kening kamu saja belum kering, Mas! Kau mau mendapt luka baru lagi, hem? Kuingatkan padamu, antara aku dan kau tidak ada ikatan apa-apa lagi, jadi jangan pernh berani menyentuhku, paham!” tegasku diiringi hujaman tatapan tajam. “Aku belum talak kamu, Ning! Pengadilan juga belum mengeluarkan surat cerai. Jadi, kau masih istriku. Aku berhak atas dirimu, kau masih istriku, Ning!” “Jangan mimpi! Meski kau tak talak aku, bagiku kau bukan siapa-siapaku lagi

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami

    Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami Mantan ibu mertua berhasil menjambak rambutku. Kutahan sakit itu demi melindugi Nek Ayang.“lepaskan nenek, Ning! Biar nenek lawan perempuan itu!” perintah Nek Ayang mencoba melepaskan diri dari pelukanku.“Tidak, Nek! Nenek enggak akan tahan. Tulang Nenek bisa remuk dihantamnya, Bening enggak mau Nenek kenapa napa,” tolakku mengeratkan pelukan.“Tapi de e jambakin rambut kowe, Ning!”“Biar, Nek, Bening tahan, kok. Asal jangan Nenek yang disakiti.”“Ya, Allah, Ning, kowe iku, Nduk!” ucap Nek Ayang terharu.“Lepaskan rambut Bening!” Sebuah suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar. Sontak jambakan di kepalaku lepas. “Sini, lepaskan, Nenek, biar aku yang melindungi,” ucapnya padaku seraya merengkuh tubuh renta Nek Ayang dari pelukanku.“Kowe, datang, Lang!” lirih Nek Ayang dengan mata berkaca-kaca. Aku merasa sangat lega sekarang. Nek Ayang sudah berada di tangan yang aman. Entah bagaimana dan kapan datangnya, Mas Elang tiba-tiba s

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku

    Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku“Ini barang-barang kalian, jangan pernah injak rumahku lagi!” tegas Yosa seraya melemparkan tiga koper ke hadapan para benalu itu.“Yosa, maksudnya apa ini, Nak?” Sang mertua menatap nanar menantu kesayangan. Mbak Ambar dan Mbak Sekar pun terlihat kebingungan.“Saya sudah menjatuhkan talak kepada Mas Sigit, putra Tante! Meskipun saya tahu itu terbalik, tapi mau gimana lagi. Habisnya, saya minta talak, Mas Sigit enggak mau nalak saya. Ya, udah, saya aja yang talak dia, hehehehe ….” Yosa terkekeh.“Yosa,” gumam mereka bersamaan.“Jadi, antara saya dan putra Anda, sudah tak ada ikatan apa-apa. Dan antara saya dengan Anda, juga kedua betina ini, juga sudah tak ada hubungan apapun. Paham, Tante?” sinis Yosa dengan iringan senyum ketus.“Yosa, kamu … kamu maksudnya, maksudnya?” Mbak Ambar dan Mbak Sekar memegangi kedua lengan Yosa. Mengguncang-guncangnya dengan kalimat terbata-bata.“Iya, maksud saya, kalian harus keluar dari rumah s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status