Share

Bab 6

Author: Nelda Friska
last update Last Updated: 2023-09-16 07:19:22

Wanita yang Mencuri Hati Suamiku

Part 6

Attar menatap punggung Nada yang tidur membelakanginya. Semenjak pertanyaan yang istrinya lontarkan tidak bisa ia jawab, Nada mediamkannya sampai saat ini. Attar bingung dengan perasaannya sendiri. Seharusnya ia menjawab dengan tegas bahwa Nada lah pemilik hatinya. Namun, sebagian dari dirinya kini tidak mengatakan demikian. Ada nama wanita lain yang diam-diam menyusup dan menggeser posisi Nada.

Kenyamanan yang ia rasakan bersama Naura dan tidak bisa Nada berikan, membuatnya sulit menampik jika sebagian hatinya kini berpaling kepada sekretarisnya itu.

"Nad, kamu sudah tidur?"

Tidak ada jawaban, tetapi Attar tahu Nada masih terjaga. Isakan kecil yang lolos dari bibir istrinya sesekali terdengar, menandakan Nada belum bisa memejamkan mata, seperti dirinya.

"Nad, aku minta maaf. Jangan marah lagi, ya."

Nada tetap bergeming tanpa berniat menjawab. Attar pun akhirnya pasrah. Ia akan memberikan kesempatan pada Nada sampai kemarahan istrinya mereda. Setelah itu, barulah ia akan kembali mengajak Nada bicara tentang kelangsungan rumah tangga mereka.

*

*

*

Attar sengaja bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Ia ingin memasak sesuatu untuk Nada, berharap hati istrinya sedikit melunak. Attar ingin menebus kesalahannya karena telah mengabaikan Nada dan memilih menolong Naura. Semoga saja Nada menyudahi sikap dinginnya dan mau berbicara lagi padanya.

Akan tetapi, harapan Attar harus kandas ketika ia melihat Nada turun dari kamar mereka sambil menyeret koper. Attar bergegas menghampiri sang istri yang berjalan menuju pintu.

"Nad, kamu mau ke mana?" Attar bertanya dengan panik. Ia takut Nada akan pergi karena kejadian kemarin.

"Aku harus pergi ke Anyer. Ada pemotretan di sana. Maaf gak sempat ngasih tahu kamu."

"Kok mendadak? Kita masih perlu bicara, Nad. Jangan pergi sebelum masalah kita selesai." Attar berujar dengan kesal. Selalu begini jika mereka sedang betengkar. Nada akan pergi tanpa menyelesaikan masalah mereka terlebih dahulu dan akan kembali, lalu bersikap biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Maaf, aku gak sempat bilang sama kamu kemarin."

"Nada, jangan seperti ini. Aku minta maaf kalau memang kamu masih marah." Attar memelas.

"Aku sudah tidak marah. Semalaman aku berpikir, mungkin memang kejadian kemarin karena kamu terdesak keadaan. Dia yang lebih membutuhkan kamu dibanding aku. Sudah ya, aku harus berangkat."

Nada kembali menyeret koper berisi pakaian dan perlengkepan dirinya selama di Anyer nanti. Namun, baru saja dua langkah, Attar menahan lengannya.

"Aku tahu kamu berbohong. Kamu masih marah karena pertanyaan kamu belum aku jawab kan? Sekarang, aku akan menjawabnya." Attar mengikis jarak di antara mereka. Tangan kekarnya meraih pinggang Nada agar lebih merapat. "Kamu ... hanya kamu pemilik hatiku seutuhnya. Tidak ada wanita lain," bisiknya di telinga sang istri.

Harusnya, Nada tersanjung dan merasa bahagia. Namun entah mengapa, perkataan Attar malah seperti bualan yang terdengar di telinganya. Nada tahu pasti, ada keraguan ketika Attar mengucapkannya.

"Terima kasih kamu sudah menjawab pertanyaanku." Nada melerai belitan tangan Attar di pinggangnya. "Aku pergi dulu, jaga diri kamu baik-baik selama aku pergi.

Kemudian, Nada melangkah meninggalkan Attar yang masih termenung menatap kepergiannya. Ia ingin memberikan waktu kepada Attar untuk memastikan perasaan pria itu yang sesungguhnya. Ada hal besar yang harus ia lakukan demi kelangsungan rumah tangganya bersama Attar. Semoga saja ... Nada belum terlambat.

🌺🌺🌺

"Jangan g*la, Nada! Kamu mau berhenti jadi model? Terus bagaimana dengan kami? Hutang-hutang papamu masih menumpuk, belum lagi biaya kuliah adikmu! Kita mau bayar pakai apa?" Miranti kalap saat mendengar keputusan putri tirinya. Selama ini, Nada yang membiayai kehidupan mereka tanpa bantuan Attar. Nada tidak ingin Attar mengetahui permasalahan keluarganya. Ia juga tidak ingin suaminya diperas habis-habisan oleh ibu tirinya itu.

"Ma, bukankah hutang Papa sudah aku cicil sampai lunas? Kenapa Mama masih bilang menumpuk? Lalu, Mama ke manakan uang yang selama ini aku kasih?"

Miranti tergagap. Ia tidak mungkin mengatakan jika selama ini uang pemberian Nada ia gunakan untuk berfoya-foya, memenuhi gaya hidupnya yang terkesan mewah di mata orang-orang.

"Kamu kan tahu kalau hutang Papa kamu itu banyak. Uang yang kamu berikan belum cukup untuk membayarnya sampai lunas. Belum lagi adikmu. Bagaimana nasib kuliahnya nanti kalau kamu berhenti kerja." Miranti masih berusaha mengelak.

"Maaf, Ma. Aku tidak bisa membantu lagi. Kalau untuk biaya kuliah Meisya, aku masih punya tabungan. Sekarang aku harus mengambil keputusan ini demi keutuhan rumah tanggaku. Aku ingin hamil. Mas Attar sudah sejak lama menginginkan anak dariku. Aku tidak ingin terus-terusan mengecewakan dia dan keluarganya," papar Nada. Keputusannya untuk berhenti dari pekerjaan sudah bulat. Ia tidak ingin Attar sampai berpaling pada wanita lain karena masalah ini.

"Pokoknya Mama tidak mau tahu. Kamu tetap harus memberi Mama uang bulanan. Kalau memang kamu mau berhenti kerja, kamu bisa minta sama Attar. Suamimu kan kaya. Uang segitu tidak ada artinya untuk dia," ujar Miranti tak ingin mengalah. Apa kata teman-temannya nanti jika sampai ia tidak lagi membeli barang-barang mewah.

"Nada tidak bisa, Ma. Nada tidak ingin merepotkan Mas Attar. Mama tahu sendiri kalau mamanya Mas Attar tidak menyukai Nada. Kalau sampai beliau tahu, pasti akan berusaha memisahkan Nada dengan putranya."

"Alah, alasan kamu saja! Bilang saja kamu tidak mau lagi membantu Mama dan adikmu!"

"Terserah Mama. Nada pamit dulu, siang nanti harus berangkat ke Anyer." Nada mengambil amplop coklat yang sudah ia siapkan dari dalam tasnya. "Ini pemberian terakhir dari Nada untuk Mama. Soal biaya kuliah, akan Nada transfer ke rekeningnya Meisya," ucapnya lalu berdiri, meninggalkan Miranti yang mendengus kesal.

Setelah kepergian putri tirinya, Miranti membuka amplop yang Nada letakkan di atas meja. Senyumnya mengembang sempurna ketika melihat dan menghitung isinya.

"Sepuluh juta, lumayan," ucapnya dengan senyuman yang berubah menjadi seringai sinis.

"Kamu salah Nada. Kalau kamu memutuskan untuk menghentikan memberi bantuan padaku, aku pun bisa bertindak lebih jauh. Masih ada suamimu yang akan menjadi ladang uang bagiku."

*

*

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heni Hendrayani
kasian nada di peras ibu nya di selingkuhi suami nya semoga bahagia menanti nya walaupun tanpa suami yg sudah menduakn nya itu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 35

    "Siang Mas. Bagaimana kabarnya hari ini? Aku lagi ada sedikit masalah di tempat kerja. Mas mau denger cerita aku gak?"Nada membenahi selimut yang menutup tubuh Attar, kemudian duduk di samping ranjang tempat pria itu berbaring. Setelah dinyatakan koma oleh Dokter, sudah empat bulan Attar masih belum sadarkan diri. Nada sempat syok mendengar kabar ini dari Salma. Pasalnya kondisi Attar sempat drop dan Dokter menyatakan harapan hidupnya sangatlah tipis. Namun, Nada terus meyakinkan Salma agar jangan menyerah. Nada meminta Salma supaya tidak meminta Dokter untuk mencabut alat-alat yang menempel di tubuh Attar yang saat ini dijadikan penopang hidup pria itu. Nada yakin Attar masih mempunyai harapan dan selama apa pun itu, Nada akan dengan setia menungguinya. Nada terus bercerita. Mengajak Attar berbicara seperti yang disarankan oleh Dokter. Meski mata pria itu tertutup, tetapi Nada yakin dalam alam bawah sadarnya, Attar masih bisa mendengar suaranya. "Bangunlah, Mas. Apa kamu tidak ing

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 34

    "Masyaa Allah, Mbak cantik sekali."Nada menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ya, Meisya benar. Ia memang cantik dalam balutan pakaian pengantin. Nada menghirup napas sebanyak-banyaknya untuk mengurangi kegugupan. Hari ini hari pernikahannya dengan Gibran. Sebentar lagi statusnya akan kembali menjadi seorang istri, tetapi dari pria yang berbeda. Semalam, Nada sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahan ini. Ia tidak ingin keluarganya dan keluarga besar Gibran menanggung malu. Untuk Attar ... Nada harus berusaha untuk bisa melupakan pria itu. Nada hanya bisa berdoa agar mantan suaminya segera siuman dan keadaannya makin membaik. "Mbak, kok Mbak malah murung? Senyum dong. Hari ini hari bahagia buat Mbak. Sebentar lagi Mbak akan menjadi istri dari Dokter Gibran. Apa ada yang mengganjal dalam pikiran, Mbak? Cerita sama aku biar perasaan Mbak sedikit lega," tutur Meisya seraya menggenggam tangan sang Kakak. Nada segera menghapus titik bening yang hampir keluar dari sudut netranya

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 33

    "Nad, ini kamu minum dulu.""Makasih, Cin."Nada menerima sebotol air mineral yang diberikan Cindy. Kini mereka berada di rumah sakit, menunggu Attar yang sedang ditangani oleh Dokter. Tembakan yang dilakukan orang itu tepat mengenai punggung Attar. Nada sempat histeris melihat Attar yang terkulai tak berdaya dengan darah yang keluar dari punggungnya. Beruntung polisi segera datang menyelamatkan mereka dan menangkap dua orang penjahat yang mencoba menghabisi Nada. "Aku takut banget, Cin. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada Mas Attar. Dia seperti ini karena menyelamatkan aku," ucap Nada di sela isakan. Semenjak Attar dibawa ke rumah sakit, Nada tidak berhenti menangisi mantan suaminya. Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab Attar mengalami hal buruk seperti ini."Kamu tenang. Lebih baik kamu banyak-banyak berdoa supaya dia bisa diselamatkan. Apalagi besok kamu itu mau nikah, Nad. Kamu jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Nanti setelah tahu keadaan Attar, lebih baik kamu pula

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 32

    "Tidak!"Wandi setengah berteriak di depan dua orang yang mendatangi rumahnya. Orang tua pelaku pemerkosa putrinya itu mencoba bernegosiasi dengan menawarkan tanggungjawab dengan pernikahan, asalkan Wandi mencabut tuntutan dan putra mereka bebas dari penjara. Namun, Wandi tidak bodoh. Ia tidak akan pernah sudi menikahkan putrinya dengan orang bejad seperti putra mereka."Pak Wandi, kami datang ke sini untuk mengajak berdamai. Putra kami pun sudah bersedia menikahi putri Anda dan bertanggungjawab pada bayi itu. Apa Bapak tidak kasihan pada calon cucu Bapak jika ia terlahir tanpa seorang Ayah?" "Lebih baik cucu saya lahir tanpa seorang ayah daripada harus mendapatkan ayah seperti putra Anda. Saya masih bisa mengurusi cucu dan putri saya meski tanpa bantuan kalian. Sekarang, silahkan keluar dari rumah saya karena saya tidak akan berubah pikiran. Putra kalian tetap harus mendapatkan hukuman yang setimpal," tukas Wandi dengan geram. Ia sudah tidak ingin berbicara dengan orang yang mengang

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 31

    Setelah menemui Attar di kantornya tempo hari, Nada benar-benar membuktikan ucapannya untuk membantu Naura. Dibantu oleh Gibran, Nada mulai mencari orang yang menemukan Naura tergeletak di pinggir jalan untuk dimintai keterangan sekaligus dijadikan saksi di hadapan polisi. Atas keterangan dari Pak Wandi yang untungnya mengenal salah satu dari orang tersebut, akhirnya Nada dan Gibran mendapatkan informasi dan tidak ingin membuang waktu untuk melapor ke kantor polisi. "Laporan sudah diproses dan polisi akan memulai penyelidikan. Menurut temanku, mereka akan mengecek cctv yang dipasang di jalan itu untuk melihat plat dan jenis mobil si pelaku," terang Gibran yang membuat Nada sedikit bernapas lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku berharap semoga mereka bisa ditangkap secepatnya.""Aku pun berharap begitu." Gibran menimpali. "Aku berharap masalah ini segera selesai sebelum hari H pernikahan kita."Nada terpaku sesaat. Ia hampir melupakan pernikahannya dengan Gibran yang tinggal tiga Minggu

  • Wanita yang Mencuri Hati Suamiku   Bab 30

    Nada menghela napas panjang sebelum masuk ke gedung kantor milik mantan suaminya. Niatnya untuk membantu Naura sudah bulat. Ia berharap Attar mau bekerjasama dengannya untuk membuat Naura sembuh seperti sedia kala. Jika memang seperti apa yang pria itu katakan bahwa ia sudah tidak mempunyai perasaan apa pun lagi kepada mantan sekretarisnya, setidaknya Attar mau berbaik hati sebagai bentuk rasa simpati kepada wanita itu.Setelah memantapkan hati, Nada memasuki kantor diiringi tatapan dari para karyawan yang tentu saja mengenalnya. Bahkan sebagian dari mereka menyapa Nada dan dibalas dengan senyuman ramah."Pak Attar ada di tempat?" tanya Nada pada seorang wanita yang duduk di meja yang dulu ditempati Naura. Nada yakin wanita ini adalah pengganti Naura sebagai sekretaris Attar."Ada, Bu. Maaf, apa ibu sudah membuat janji?""Belum. Tolong sampaikan saja padanya Nada ingin bertemu.""Baik, Bu. Tunggu sebentar."Wanita itu menghubungi Attar dan memberitahu apa bahwa Nada ingin bertemu. Set

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status