"Telapak Angin Puyuh!"Suara Rong Guo terdengar lembut, seperti bisikan, hampir tak terdengar. Namun, efek dari serangan yang disebut Telapak Angin Puyuh itu sungguh dahsyat, efek yang di timbulkan mirip seperti badai salju yang tiba-tiba menerjang di tengah musim panas.Diiringi suara desiran pukulan yang terdengar seperti angin berhembus, dunia seakan membeku. Sebuah serangkum energi berbasis dingin, hasil dari penyerapan energi rembulan yang terus menerus, tampak bergerak menyasar ke arah Chen Yu. Saat itu, mata Penatua Chen Yu melebar, penuh kengerian, ketika melihat serangan berbahaya yang membawa efek dingin itu mendekat."Celaka! Energi apa yang digunakan Taoist kecil ini?" Chen Yu berteriak dalam hati. Dia ingin menarik serangan pedangnya dan memblokir serangkum energi dingin itu, tapi itu sudah tak mungkin. Chen Yu hanya bisa pasrah ketika energi Telapak Angin Puyuh itu tiba-tiba menyentuh dadanya, yang dalam keadaan kosong, tidak memiliki perlindungan.BUM!Chen Yu – penatua
Pagi yang cerah menyambut dua sosok laki-laki tua dan anak muda kaki Gunung Zhonglu. Meski kabut asap tipis menggelayut di udara, Rong Guo dan Imam Zhang tampaknya sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka.Semalam, setelah Imam Zhang menyatakan puas dengan pelatihan pedang Rong Guo ketika ia sudah Lelah di dini hari, barulah anak Rong Guo diijinkan untuk beristirahat. “Ketrampilanmu dengan pedang ini, sungguh sempurna. Seolah-olah ini diciptakan untuk mu dan senjata bernetuk payung itu.” puji sang Imam.Ketika itu, hati Rong Guo dipenuhi sukacita saat dipuji. Sejak pelatihannya dengan jurus pertama hingga kesepuluh Ketrampilan Pedang Huanglong Jian Fa, tidak ada satu pujianpun yang keluar dari mulut sang Imam. Jelas tadi malam, ia tersanjung, sehingga sepanjang pagi selalu bersiul-siul kegirangan.Saat itu nyanyian burung pagi terdengar menambah keindahan pemandangan di kaki gunung yang dipenuhi pepohonan Persik. Bunga-bunga berwarna merah muda bermekaran, menandakan mus
Sayangnya, meskipun ranah Kultivasi Chen Yu berada satu Tingkat di atas Rong Guo, kualitas hawa murni yang dimiliki Chen Yu tidaklah sebanding dengan kualitas hawa murni di Inti Mutiara Rong Guo. Seperti yang kita ketahui, Inti Mutiara Rong Guo adalah berkah dari Datuk aliran sesat di masa lalu, Mo Shilin. Oleh karena itu, kualitas hawa murni seorang Datuk Rimba Persiltan yang berusia kuno, jelas berbeda dibandingkan dengan Chen Yu, seorang praktisi di ranah Ksatria Merak Emas level awal.Ditambah lagi, seperti yang dikatakan oleh Imam Zhang, jurus Huanglong Jian Fa Wudang adalah sebuah Seni Pedang yang cocok dan berjodoh dengan energi Rembulan yang dilatih Rong Guo. Kekuatan dan kemampuan dasar jurus ini berubah menjadi lebih berbahaya di tangan Rong Guo.TRANG!"Celaka!" teriak Chen Yu tanpa sadar. Suaranya bergema di udara, mencerminkan kejutan dan rasa takjub tak percaya.Energi Pedang yang ditusuk oleh Chen Yu - seolah-olah pedang raksasa yang jatuh dari langit, kini hanya memben
Malam telah menjelang saat Rong Guo dan Imam Zhang memutuskan untuk melarikan diri dari kaki Gunung Zhonglu. Di tengah kegelapan malam, saat sudah berada di kaki Gunung Hua Shan, Imam Zhang berbicara dengan suara yang terdengar tegas."Rong Guo," katanya, "kita harus mengubah arah perjalanan ini. Menurut pertimbanganku, sebaiknya kita pergi ke bagian barat negeri ini!" Ekspresi Imam Zhang tampak penuh kekhawatiran.Pada saat itu, mereka beristirahat di Hutan Persikkaki Gunung Hua Shan, tempat dimana Sekte Hua Shan, sebuah sekte aliran putih yang berdiri tegak di puncak gunung.Rong Guo tampak bingung dan bertanya, "Mengapa kita tidak melanjutkan perjalanan ke Ibukota Daqi, Tuan Zhang? Apakah Anda memiliki rencana lain?"Sejak awal, rencana mereka adalah menuju Kota DaQi. Namun, Imam Zhang membatalkan perjalanan itu sepihak, padahal, Rong Guo sudah sangat bersemangat. Setelah hidup sekian lama di atas Gunung Wudang, dia sangat tertantang untuk menginjakkan kaki pertama kali di ibukota
Saat tubuh Rong Guo terjatuh dan berguling-guling di tepi jurang yang curam, dua aura berbahaya segera muncul dari belakangnya. Aura-aura ini membawa hawa penindasan yang sangat kuat, seolah-olah mendominasi seluruh area di sekitar Jembatan Lembah Zuzhou."Zhang Qiang Nian, Imam yang sudah hampir mati mengenaskan," suara keras Yan Bai, Wakil Pemimpin Sekte Wudang, bergema di udara. "Mengapa kamu dan bocah jahat itu tidak mau menyerah? Lebih baik mengaku salah dan dibawa untuk diadili di Gunung Wudang!"Di belakang Yan Bai, tampak puluhan murid Sekte Wudang berdiri dengan wajah garang. Yan Wei, Tang Wu Xie, dan Huo Shi berada di antara mereka, semua dengan pedang di tangan, siap untuk bertempur dan menghancurkan dua orang buronan sekte. Tatapan mata merah mereka terkunci pada satu arah – Rong Guo.Suara lainnya seakan tak mau kalah, terdengar bergaung. "Imam Zhang, menyerahlah!" namun nada suara ini lembut, dialah Jiang Chen wakil pimpinan Sekte Zhonglu. Ia tampak seolah-olah seorangma
BYUR! BYUR! Saat itu ada dua sosok yang jatuh dari ketinggian, masuk ke dalam air.Rong Guo merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dia menggigil, sebelum akhirnya jatuh pingsan, tak tahu bagaimana nasib Imam Zhang. Dalam Sepertinya mereka berdua terjatuh dan tenggelam dalam air dingin yang dalam, di bawah jurang legendaris Jembatan Zuzhou.Hidup selama berbulan-bulan hanya sebagai buronan, berlari dan bersembunyi dari kejaran ahli-ahli Sekte Wudang dan Sekte Zhonglu, membuat jiwanya terasa letih. "Mungkin lebih baik aku menutup mata selamanya. Keberadaanku di dunia ini, tidak pernah membawa kebahagiaan. Semoga, di kehidupan baru nanti, aku akan bisa lebih bahagia, diterima oleh orang-orang di sekitar."Saat itu, Rong Guo merasa tak ingin lagi bangun dan keluar dari air dingin itu. Ia menutup matanya, lalu tertidur dalam kedalaman air di bawah jurang Jembatan Zuzhou, tidak tahu apakah ia sekadar pingsan saja, atau sudah mati. Ia tak ingin berpikir lagi.Dalam tidurnya itu, Rong Guo
Setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Dukun Yijun, kebencian yang tersembunyi di dalam hati Rong Guo semakin membara. Meski begitu, di luar ia tampak tenang. Seolah-olah ia mampu mengendalikan perasaan yang sedang bergolak di dalam dirinya. Sepanjang malam, Rong Guo hanya duduk berlutut di sisi Imam Zhang, melayani Tuannya yang ia hormati dengan pengabdian yang mendalam.Kadang kala, Xinyi, gadis kecil yang ceria, datang berkunjung dan selalu mengajak Rong Guo untuk bermain-main di luar. Namun, dengan nada lembut dan berharap Xinyi dapat mengerti, Rong Guo selalu menolak ajakan gadis kecil itu."Adik kecil... pergilah bermain-main sendirian. Kakak masih harus menjaga Tuanku ini, hingga dia tersadar nanti. Karena sepertinya dia membutuhkan perhatian dan perawatan secara pribadi, dari hari ke hari," kata Rong Guo dengan nada suara yang lembut namun tegas.Mendengar penolakan tersebut, Xinyi pun pergi dengan wajah cemberut.Namun, ada kalanya, Dukun Yijunlah yang meminta Rong Gu
Tiba-tiba, suara angin yang berdesir terdengar memecah keheningan.Munculah tiga sosok misterius yang mengenakan topeng, seolah-olah timbul dari balik kabut dan bunga salju. Mereka mengenakan pakaian yang ringkas dan penutup wajah, memberikan kesan misterius dan menakutkan. Gerakan mereka begitu tangkas dan cepat, seolah-olah mereka bergerak dengan berat tubuh yang ringan seperti bulu. Dari aura yang mereka pancarkan, Rong Guo bisa merasakan bahwa tingkat kultivasi mereka berada di ranah Pendekar Merak Emas, jauh di atas rata-rata. Namun, tidak ada rasa takut sedikitpun yang tampak di wajah remaja itu."Apakah mereka praktisi dari Sekte Wudang?" Rong Guo bertanya-tanya dalam hati. Ia mengenali aura dan hawa murni yang tersembul mencolok dari tiga sosok itu, sepertinya sengaja mereka pamerkan. "Apakah mereka adalah penjaga di Jembatan Zhuzou?"Namun, berbeda dengan tiga sosok yang tampak berlekebat seperti burung layang-layang itu, Rong Guo menyembunyikan aura dan identitasnya sebagai