Share

Warisan Jimat Kutukan
Warisan Jimat Kutukan
Penulis: Erdin Xes

Lutfhi Disantet

Rasanya ada seorang yang menindih tubuhnya, begitu Lutfhi membuka kedua bola matanya. Gerakannya seakan di perlambat oleh oleh orang tersebut. Hingga untuk membalikkan tubuhnya, Lutfhi tidak mampu. Dia benar-benar tidak berdaya diatas ranjang.

Kedua bola matanya tiba-tiba melihat sesosok mahluk tak kasat mata yang melintas secara tiba-tiba. Mahluk itu tak cukup jelas terlihat. Tapi Lutfhi menangkap bayangan hitam itu benar-benar melintas di di hadapannya.

Tini istri dari Lutfhi mengajaknya untuk sarapan pagi. Namun tubuh Lutfhi yang tidak dapat di gerakkan, hanya meminta Tini untuk sarapan lebih dulu. Sementara dirinya akan segera menyusul.

"Ayo sarapan, aku sudah buat nasi goreng untuk kita makan hari ini. Anak-anak sudah menunggu kamu di meja makan," ucap Tini duduk di samping tubuh Lutfhi.

"Kamu duluan saja. Nanti aku bakal nyusul. Badan aku seperti ada yang menindih. Rasanya berat sekali untuk bisa aku gerakan," ucap Lutfhi tidak berdaya.

"Sudah deh, kamu jangan lebay seperti itu. Anak-anak sudah menunggu kamu. Kita ingin segera sarapan. Jadi segera menyusul ke sana," ucap Tini kembali dengan sedikit sewot.

Tini segera pergi ke meja makan untuk sarapan terlebih dahulu bersama dua anaknya. Meninggalkan Lutfhi yang masih berjuang melawan arwah jahat yang menindih tubuhnya. Tini sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lutfhi. Sepertinya ucapan dari Lutfhi dianggap angin lalu oleh Tini.

Merasa sudah lapar, Tini bersama dua anaknya akhirnya sarapan terlebih dahulu. Saat asyik sarapan, tiba-tiba terdengar suara pasir yang mengguyur genteng rumahnya. Salah seorang anak Tini mendengar suara pasir itu. Hingga dia bertanya pada Tini suara pasir yang terdengar jelas dari genteng rumahnya.

"Ibu mendengar sesuatu?" tanya salah satu anaknya.

"Dengar apa?" tanya balik Tini.

"Seperti ada suara pasir di atas genteng rumah kita," jawab anak Tini.

Mencoba mendengar secara seksama. Tetapi sama sekali ia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya tersebut. Suara pasir yang di maksud oleh anaknya tidak di dengar oleh Tini.

"Tidak ada suara apa-apa. Kamu jangan berpikir macam-macam. Tidak ada ada pasir. Lanjut makan!" ucap Tini dengan tegasnya.

Tini mencoba berpikir positif. Mungkin ada orang iseng yang melemparkan pasir ke genteng rumah miliknya. Hingga Tini tidak menduga itu adalah sebuah pasir yang memang di gunakan oleh orang yang menguna-guna anggota keluarganya.

Di dalam kamar, Lutfhi terus berusaha untuk bangun dari atas ranjang. Namun Lutfhi tetap tidak mampu bangun dari posisinya yang terlentang. Kini seluruh badan Lutfhi yang terasa panas. Bahkan ia merasa seperti sedang di panggang di dalam bara api yang panas.

"Kenapa tiba-tiba badanku panas seperti ini. Rasanya ada api yang membakar tubuhku. Aku benar-benar merasa tidak tahan dengan panas ini. Sepertinya ada yang sengaja mengirimkan guna-guna padaku," ucap Lutfhi dengan wajah panik.

Tak tahan dengan panas yang membakar tubuhnya. Lutfhi langsung berteriak meminta tolong pada Tini. Dengan segera Tini yang sedang menyantap sarapan bersama kedua anaknya. Langsung menghampiri Lutfhi yang masih terbaring di atas ranjang tempat tidur.

"Ada apa?" tanya Tini dengan begitu panik.

"Panas. Tubuhku panas," jawab Lutfhi dengan begitu gusar.

Tini menghampiri Lutfhi, memegang Lutfhi yang begitu panas. Tini menangis melihat tubuh suaminya yang begitu panas dan kaku. Kedua anak Tini juga mulai menangis seperti yang di lakukan oleh Tini. Tangisan keras dari Tini dan kedua anak, langsung menarik perhatian para warga untuk melihat kondisi Tini di dalam rumahnya.

Mereka pun berdatangan ke dalam rumah Tini. Mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam rumah Tini. Mendengar tangisan yang terjadi di rumah Tini. Tentu menjadi pertanyaan banyak pihak.

"Ada apa ini Mbak?" tanya salah seorang warga.

"Tolong Mas. Tubuh suami saya tiba-tiba tidak bisa digerakkan. Begitu juga hawa panas yang ada. Sepertinya ada hal yang aneh terjadi pada suami saya," jawab Tini semakin kuat menangis.

Para warga langsung menolong Lutfhi yang begitu kaku dan panas. Seorang pemuka agama mulai membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk menangkal aura jahat yang bersarang di tubuh Lutfhi. Ayat-ayat suci Al-Qur'an itu sedikit meredakan rasa panas yang ada di tubuh Lutfhi. Tubuhnya juga mulai bisa di gerakkan lagi. Hingga Lutfhi merasa bersyukur bisa terbebas dari gangguan mahluk tak kasat mata tersebut.

Lutfhi terlihat begitu lega, saat hawa panas di tubuhnya sudah hilang. Begitu juga tubuhnya yang sudah mulai bisa digerakkan. Dia terlihat begitu senang dengan pertolongan yang dilakukan oleh para warga. Terutama pemuka agama yang bernama ustadz Sobirin. Berkat doa yang dibacakan olehnya, Lutfhi pun bisa bebas dari guna-guna yang menyerangnya.

"Terima kasih buat para warga yang sudah membantu saya. Terima kasih juga Pak Ustadz," ucap Lutfhi dengan wajah sumringah.

"Sama-sama Mas Lutfhi. Saya hanya menjalankan tugas saya saja. Selebihnya ini adalah pertolongan dari Allah SWT. Semoga Mas Lutfhi selalu dalam perlindungan Allah SWT. Aamiin," ucap ustadz Sobirin.

Pemuka agama itu melihat sesuatu hal yang aneh pada Lutfhi. Sepertinya Lutfhi sedang di santet oleh seseorang. Ada mahluk tak kasat mata yang coba mengganggu seorang Lutfhi. Hingga mahluk itu melakukan sesuatu hal yang buruk di tubuh Lutfhi.

"Jika saya lihat, dari apa yang terjadi pada Mas Lutfhi. Sepertinya ada orang yang sengaja mengirimkan Mas Lutfhi guna-guna. Seperti ada orang yang sengaja mengirimkan santet untuk Mas Lutfhi," ucap ustadz Sobirin.

"Saya pun merasakan hal itu. Tubuh saya seperti ada yang menahan. Saya tidak bisa menggerakkan tubuh saya. Seperti ada yang menahan. Begitu juga bayangan hitam yang saya lihat. Sepertinya memang ada yang sengaja mengirimkan guna-guna pada saya," ucap Lutfhi dengan wajah lemasnya.

Para warga juga melihat gejala yang dialami Lutfhi adalah gejala yang sedikit aneh. Seperti ada kekuatan dari dunia lain yang sedang melakukan tindakan yang membuat Lutfhi tidak berdaya. Itu yang bisa dilihat dari apa yang terjadi pada Lutfhi. Sehingga para warga pun merasa iba dengan kejadian yang menimpa Lutfhi saat ini.

Tini juga menceritakan bagaimana dia dan kedua anaknya mendengar suara pasir yang berada di genteng rumahnya. Menurut beberapa orang, suara pasir di atap rumah seseorang. Pertanda ada orang lain yang mengirimkan santet atau guna-guna pada si pemilik rumah. Mungkin saja, itu ada hubungannya dengan kondisi tubuh Lutfhi sekarang.

Pemuka agama tersebut hanya meminta Lutfhi untuk rajin membaca kitab suci. Sebab dengan begitu, Lutfhi bisa terbebas dari guna-guna orang lain pada tubuhnya. Lutfhi menerima saran dari pemuka agama tersebut. Selain itu Lutfhi juga mengucapkan banyak terima kasih pada pemuka agama itu. Sebab berkat pertolongan darinya, Lutfhi bisa terbebas dari guna-guna tersebut. Namun pemuka agama itu dengan rendah hati mengatakan, jika pertolongan itu bukan berasal dari dirinya. Melainkan dari Allah SWT. Dirinya hanya perantara semata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status