Home / Horor / Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari / Bab 120 – “Hari Keempat: Yang Tertidur Akan Bangun”

Share

Bab 120 – “Hari Keempat: Yang Tertidur Akan Bangun”

Author: T.Y.LOVIRA
last update Last Updated: 2025-10-22 10:35:27

“Jangan biarkan dia tidur, atau kita semua akan hilang.”

Suara Naira menggema di ruangan gelap itu.

Namun, semuanya sudah terlambat.

Ira terkulai di lantai — matanya tertutup, bibirnya sedikit bergetar seolah masih mencoba membaca sesuatu dalam mimpi.

Pena tulang di tangannya memancarkan cahaya merah darah yang berdenyut seperti nadi.

Naira menepuk pipinya pelan. “Ira... dengar aku.”

Tak ada jawaban.

Di luar, langit menggulung. Warna keperakan dari akhir bab sebelumnya kini berubah jadi kelam, seperti tinta hitam menetes dari awan.

Bangunan di sekeliling penthouse memudar — bukan hancur, tapi dihapus.

Satu per satu, lampu kota padam, meninggalkan cahaya merah samar dari pena di tangan Ira.

Revan menatapnya tajam. “Dia menulis sambil tidur.”

“Itu tidak mungkin,” bisik Naira. “Pena itu hanya bergerak dengan niat sadar.”

“Sekarang tidak lagi,” jawab Revan. “Hari keempat: Pena tidak tidur. Dunia ikut bermimpi.”

Tiba-tiba, bayangan dari dinding mulai menetes.

Bukan air — tapi darah.

Bentuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 128 — Pembaca Pertama

    “Kalau seseorang membaca hidupmu… apakah itu artinya kau masih hidup?”Suara itu tidak lagi datang dari kegelapan.Ia datang dari balik halaman.Naira membuka matanya—dan bukan dunia yang ia lihat, melainkan tulisan.Ratusan huruf melayang di udara, membentuk ruang baru.Langit dari kertas. Tanah dari tinta.Udara berbau debu buku tua.Ia berdiri di tengah ruang kosong itu, mengenakan pakaian putih polos, tanpa simbol apa pun di kulitnya.Tidak ada darah. Tidak ada keris.Hanya satu hal di tangannya: buku.Buku itu sama seperti yang ia tulis sebelumnya, tapi kali ini di sampulnya tertera nama yang membuatnya tercekat.“Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari.”“Ini… bukuku,” bisiknya.“Tidak, ini dirimu,” jawab suara dari balik halaman.Seseorang membaca.Suara lembut, berganti-ganti nada — kadang perempuan, kadang laki-laki, kadang seperti anak kecil.Suara itu membaca kalimat demi kalimat, dan setiap kata yang disebutkan menggerakkan tubuh Naira.“Naira berjalan.”Dan ia berjalan.

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 127 — Saat Darah Membaca Balik

    “Kau menulis dunia ini dengan darahmu... Sekarang biarkan dunia membacamu.”Suara itu tak lagi datang dari luar.Ia merayap dari dalam dada Naira — seperti bisikan yang lahir dari jantungnya sendiri.Ruang di sekelilingnya masih gelap, tapi kini setiap langkah menghasilkan gema seperti suara pena yang menggores kertas basah.Tap.Tap.Tap.Setiap jejak darah di lantai menulis kalimat baru.Naira menunduk—melihat huruf-huruf membentuk kisahnya sendiri:“Ia berjalan di kegelapan, mencari akhir yang tidak ingin ditemukan.”“Aku tidak menulis itu…”“Tidak. Kini giliran dunia menulis tentangmu.”Cahaya merah muncul di depan—lingkaran api melayang, berubah menjadi meja kayu. Di atasnya, buku tebal yang kulitnya terbuat dari kulit manusia berdenyut pelan, seperti jantung hidup.Naira melangkah mendekat.Tulisan di sampulnya berubah mengikuti pikirannya:“Catatan Terakhir Penulis Kedua.”“Aku bukan penulis kedua,” gumamnya.“Tapi kau menggantikan yang pertama,” jawab suara yang tak terlihat.

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 126 — Darah yang Menulis Balik

    “Kau pikir tinta itu berhenti menulis setelah kau diam?”Suara itu datang dari segala arah.Naira membuka mata — bukan di dunia tinta lagi, melainkan di ruang putih menyilaukan. Tapi lantainya lembap, berdenyut pelan seperti kulit makhluk hidup. Setiap langkahnya meninggalkan jejak merah.Tinta... atau darah?Dia tak yakin lagi.“Siapa di sana?”“Yang membaca sebelum kau menulis.”Langit di atasnya bergelombang.Huruf-huruf besar muncul di udara seperti ukiran: BAB 126 — DARAH YANG MENULIS BALIK.Naira mundur. “Apa ini... mimpi?”“Tidak. Ini naskah yang menolak berakhir.”Ia melihat dirinya sendiri di kejauhan.Versi lain — tubuhnya pucat, rambut menutupi wajah, memegang keris yang kini bersinar kehitaman. Wajah itu tersenyum tipis, seolah tahu semua yang belum sempat ia pikirkan.“Aku menulis ulangmu,” kata Naira bayangan.“Kau seharusnya hilang bersama Revan. Tapi darahmu masih menulis, bahkan setelah jantungmu berhenti.”“Tidak. Aku masih hidup.”“Hidup?” Bayangan itu tertawa lirih

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 125 — Kematian yang Menulis

    “Kamu sadar... tulisanmu sudah mulai hidup?”Suara itu menggema di tengah kegelapan tinta.Naira membuka mata. Tubuhnya setengah terendam cairan hitam yang terasa seperti darah dingin. Di atasnya, langit berubah jadi halaman raksasa yang sobek, huruf-huruf berjatuhan seperti abu.Ia mencoba berdiri, tapi setiap gerakan menimbulkan riak tinta yang berubah jadi bayangan wajah-wajah lama — Linda, ibunya, bahkan Revan.“Aku... di mana?”“Di antara kalimat yang belum selesai,” jawab suara itu. “Kau menulis kematian, tapi lupa menghapus penulisnya.”Suara itu datang dari depan — dari Revan.Tapi tubuhnya kini tidak utuh.Separuh wajahnya meleleh, menyatu dengan tinta. Matanya menatap Naira seperti menuduh, tapi juga seperti memohon.“Aku tidak ingin kamu hilang,” bisik Naira.“Terlambat,” jawab Revan datar. “Setiap kata yang kau tulis jadi daging. Setiap kematian yang kau pikirkan, mencari tubuhnya sendiri.”Tinta di sekeliling mulai bergerak.Seperti ribuan makhluk cair yang menulis sendir

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 124 – Dunia yang Ditulis Naira

    “Bangunlah, Revan. Dunia butuh kamu, tapi bukan untuk menyelamatkanku.”Suara itu menggema dari langit yang bukan langit — langit yang terbuat dari lembaran naskah raksasa, berputar, berlapis tinta hitam.Revan terbangun di atas lantai putih bersih, tapi setiap langkah meninggalkan jejak tulisan.Ia membaca satu:“Revan menatap sekeliling dengan ketakutan yang tak ia akui.”“Ini… tulisanku?”“Bukan,” jawab suara Naira dari segala arah. “Ini tulisanmu yang kutulis ulang.”Revan mendongak. Di kejauhan, Naira berdiri di menara tinta, tubuhnya diselimuti huruf-huruf yang bergerak seperti ular hitam.Di tangannya—bukan lagi pena tulang, melainkan kitab terbuka yang menyala merah di tengah.“Aku sudah jadi penulisnya sekarang,” katanya datar. “Dan kamu… cuma karakter yang lupa perannya.”Revan mencoba mendekat, tapi setiap langkah menelannya ke dalam cerita.Setiap kalimat di tanah berubah jadi kenyataan:“Revan mencoba melawan tapi gagal.”Ia berhenti. Kalimat itu membatu di depan kakinya,

  • Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Bab 123 – Penulis yang Ia Lawan

    “Tulisan ini bukan punyaku…”Kalimat itu keluar dari bibir Naira sebelum ia sempat berpikir.Tangannya bergerak sendiri, pena tulang di genggamannya menari di udara, menuliskan huruf-huruf merah yang melayang seperti serangga bercahaya.Setiap huruf jatuh ke lantai menara, membentuk potongan dunia baru—sungai tinta, hutan dari halaman-halaman koyak, dan langit yang berputar pelan.Revan menatap dari balik kabut tinta.“Berhenti, Naira. Kau menulis kembali gerbangnya.”“Aku tidak bisa berhenti,” jawabnya lirih. “Pena ini menulis sendiri.”Ia mencoba menjatuhkan pena, tapi jarinya seakan menyatu dengan tulangnya sendiri.Darah merembes dari sela kukunya, menjadi tinta tambahan di udara.“Bab 123—Penulis yang Ia Lawan,”suara itu membacakan judulnya sendiri dari langit, seperti narator tak terlihat yang memegang naskah dunia.Naira mendongak.Langit menulis dirinya kembali.Setiap gerakannya tercatat di udara:“Naira menatap ke atas.”Kalimat itu langsung muncul, menggema, dan mengikat t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status