Home / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 79: Pembuka Gerbang yang Tersembunyi

Share

Bab 79: Pembuka Gerbang yang Tersembunyi

Author: D.Arluna
last update Last Updated: 2025-08-04 11:20:32

Suasana Warung Kopi Dunia Bawah kembali ke keseharian yang penuh keanehan teratur. Tapi mereka semua tahu: kedamaian ini rapuh. Seperti genangan kopi yang tampak tenang di permukaan, namun menyimpan pusaran di bawahnya. Jam dinding kini berdetak dengan tenang, menyatu dengan suara cangkir dan sendok yang beradu pelan.

Dimas menyapu lantai depan warung pagi itu, mencoba membiasakan diri dengan tubuh yang mulai terasa menua. Rambut di pelipisnya sudah hampir sepenuhnya memutih, tapi sorot matanya tetap tajam. Karina duduk di meja dekat jendela, membuka halaman baru jurnal warung. Kali ini, ia menulis bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan simbol aneh yang muncul dari mimpinya semalam. Simbol yang jika dipahami, bisa membuka peta tersembunyi di antara dimensi.

Rani dan Sima sedang menata ulang susunan rempah dan lilin di rak tengah. Mereka menyadari, sejak tanda tangan kontrak dengan Sang Auditor, aura warung berubah. Bukan lagi sekadar ruang batas dimensi. Tapi sekarang, ia menj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 79: Pembuka Gerbang yang Tersembunyi

    Suasana Warung Kopi Dunia Bawah kembali ke keseharian yang penuh keanehan teratur. Tapi mereka semua tahu: kedamaian ini rapuh. Seperti genangan kopi yang tampak tenang di permukaan, namun menyimpan pusaran di bawahnya. Jam dinding kini berdetak dengan tenang, menyatu dengan suara cangkir dan sendok yang beradu pelan.Dimas menyapu lantai depan warung pagi itu, mencoba membiasakan diri dengan tubuh yang mulai terasa menua. Rambut di pelipisnya sudah hampir sepenuhnya memutih, tapi sorot matanya tetap tajam. Karina duduk di meja dekat jendela, membuka halaman baru jurnal warung. Kali ini, ia menulis bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan simbol aneh yang muncul dari mimpinya semalam. Simbol yang jika dipahami, bisa membuka peta tersembunyi di antara dimensi.Rani dan Sima sedang menata ulang susunan rempah dan lilin di rak tengah. Mereka menyadari, sejak tanda tangan kontrak dengan Sang Auditor, aura warung berubah. Bukan lagi sekadar ruang batas dimensi. Tapi sekarang, ia menj

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 78: Pembawa Kode Tak Terucap

    Langit Kota Surya kembali mendung di atas Warung Kopi Dunia Bawah. Tapi malam ini tidak seperti malam lainnya. Ada tekanan di udara, seolah waktu sendiri menahan napas. Jam dinding yang baru terbentuk kembali berdetak lembut, tapi suara itu seperti denyut nadi makhluk hidup yang tidak sepenuhnya damai.Karina duduk di kursi sudut, mencatat pengamatan di jurnal warung yang mulai penuh. Sejak jam pecah dan terbentuk ulang malam sebelumnya, waktu di dalam warung menunjukkan perilaku yang aneh. Tamu-tamu datang tanpa disadari, lalu menghilang tanpa jejak. Secangkir kopi bisa mendingin dalam lima detik, tapi air rebusan bisa tetap mendidih selama lima jam.Dimas berdiri di depan rak rempah, mengurutkan toples demi toples berdasarkan getaran aura mereka. Rambutnya mulai memutih di bagian pelipis. Waktu menyentuhnya lebih cepat dari yang lain. Tapi ia tidak peduli. Sejak melihat versi tuanya sendiri muncul dari portal Omega, ia sadar: nasibnya bukan untuk dihindari, tapi untuk diubah."Kita

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 77: Tamu Terakhir Sebelum Tengah Malam

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali sunyi setelah kejadian jam dinding. Tapi keheningan itu tidak lama. Sebab waktu, seperti kopi yang terus diseduh, tak pernah benar-benar selesai. Masih ada sisa-sisa yang mengendap di dasar cangkir. Dan malam itu, endapan itu kembali menguar.Langit malam di atas Kota Surya mendung, tapi tak menurunkan hujan. Awan menggantung berat, seolah menanti sesuatu. Di dalam warung, Sima, Rani, dan Karina duduk berdampingan, memandangi meja tengah yang kini bersih dari segala jimat pelindung. Mereka tahu, malam ini belum akhir.Dimas berdiri di dapur, membuat kopi sambil mengawasi cermin kecil di rak bumbu. Cermin itu—dulu milik seorang pelanggan dari dimensi cermin—memantulkan bukan dapur, tapi lorong lain. Sesuatu mulai mendekat dari dalam bayangannya."Jam dinding kita sudah disetel ulang. Tapi itu cuma satu bagian dari mesin waktu ini," ujar Rani perlahan. "Aku bisa rasakan... getaran dimensi lain mulai menyusup lagi."Sima mengangguk, menyesap kopinya. "Dan

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 76: Jam Dinding yang Menangis di Tengah Malam

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali tenang. Atau setidaknya, itu yang terlihat di permukaan. Tapi di bawah kesunyian itu, sesuatu berdenyut. Seperti bisikan kecil di sela waktu. Seperti langkah samar yang menghindari perhatian. Sesuatu yang belum selesai.Karina berdiri di depan jendela, memandangi hujan yang mulai turun deras. Di tangannya, foto Sima dan Rani yang tadi ditemukan di atas meja kini tersimpan dalam bingkai kayu tua, seolah sudah ada di sana sejak lama. Dimas duduk di bangku bar, memainkan cangkir kosong sambil sesekali menatap jam dinding tua yang menggantung di tengah ruangan.Jam itu tidak pernah berhenti berdetak. Tapi malam itu, detaknya terdengar berbeda. Seperti... menangis."Lo denger nggak, Kar?" tanya Dimas tanpa menoleh.Karina menengok. "Denger apaan?""Jam dinding. Kayak... ada suara isakan. Dari dalam mesinnya."Toyo yang tengah menyapu lantai pun menghentikan gerakannya. Ia menajamkan telinga. "Gue kira cuma perasaan. Tapi dari tadi jam itu bunyinya aneh, bro.

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 75: Ingatan yang Tidak Pernah Dikenang

    Langit sore di luar warung tampak mendung, namun di dalam Warung Kopi Dunia Bawah, cuaca jauh lebih kacau. Bukan karena hujan atau petir, melainkan karena emosi yang tak tertata.Sima duduk termenung di kursi rotan dekat rak buku, memegang secarik kertas usang yang baru saja ia temukan terselip di balik cermin retak di ruang belakang. Kertas itu berisi tulisan tangan seseorang—seseorang yang sangat dikenalnya, tapi tidak bisa ia ingat siapa.Tulisan itu berbunyi:> "Jika kau membaca ini, artinya aku sudah gagal. Tapi kau belum. Dan aku yakin kau bisa menyatukan ingatan yang tak pernah diceritakan… bahkan oleh waktu."Sima menatap kosong ke dinding. Dimas duduk di meja bar, menyeduh kopi sambil mencuri pandang padanya. Toyo berdiri di belakang Karina, yang tengah membaca ulang buku harian milik seseorang bernama Rani Azalia—nama yang baru saja muncul di daftar pengunjung warung, padahal Karina yakin ia pernah menghapus nama itu dari registri warung bertahun-tahun lalu.“Ada yang aneh d

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 74 - Buku yang Menulis Dirinya Sendiri

    Hujan deras mengguyur Kota Surya sepanjang malam, seolah langit sendiri hendak mencuci bersih apa pun yang telah melihat terlalu banyak. Warung Kopi Dunia Bawah tetap berdiri dalam diam, diterangi lampu kuning redup dan secangkir teh melati yang belum disentuh. Di dalamnya, Dimas dan timnya duduk melingkar di sekitar meja bar, di tengah tumpukan kertas, buku tamu misterius, dan catatan-catatan realitas yang mulai menyusun dirinya sendiri."Entah ini kutukan atau berkah," bisik Randi sambil membaca salah satu halaman. "Ini tulisan tangan kita... tapi kita nggak pernah nulis ini."Karina menimpali, "Buku ini mulai menulis dari ingatan yang bukan kita miliki. Dari kemungkinan yang belum terjadi. Dari masa depan yang belum memilih jalannya."Toyo, dengan mata setengah mengantuk tapi dipaksa melek oleh rasa takut, menunjuk salah satu entri yang baru muncul: 'Terima kasih atas kopi terakhir sebelum saya hilang. Saya akan mencoba bertahan di antara retakan waktu.' Namanya ditulis: Sima, frag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status