Wedding Drama Bab 1
Beberapa minggu sebelumnya.Rambut panjangnya digelung kusut, langkahnya gontai super lambat ibarat siput. Althea menyeret kakinya malas memasuki gedung perkuliahan sembari memeluk setumpuk modul. Ia duduk dan menaruh barang bawaannya lalu membenamkan wajah di meja, mengetuk-ngetukkan dahinya sendiri secara konstan berulang-ulang.Tak lama datanglah suara ribut serupa kericuhan yang lama-lama semakin mendekat dan mendekat. Namun, gadis berwajah kusut itu masih tetap melakukan kegiatannya dan tak memedulikan suara cempreng bak toa SATPOL PP yang tengah melaksanakan razia.Rupanya yang datang adalah temannya si kembar Rena dan Reni. Althea baru pindah ke kampus barunya ini sekitar satu bulan dan duo cerewet inilah mahasiswi yang langsung akrab dengannya. Keduanya berhenti tepat di dekat meja Althea berada.“Dari tadi udah kubilang kaos kaki warna pink yang kamu pakai itu milikku!” seru Rena sembari menunjuk kaki kembarannya.“Enak aja, kaos kaki yang kupakai ini milikku! Aku udah kasih tanda di semua barang-barangku biar pakaian kita gak ketuker. Matamu aja yang rabun, kayak mata tua!” sambar Reni tak terima."Sembarangan ngatain aku tua! Kayaknya matamu tuh yang nggak beres. Jangan-jangan katarak?" sambar Rena sinis tak terima. Padahal jika ditelaah baik-baik, saat Reni mengatai Rena tua, berarti dia sedang mengatai dirinya sendiri karena mereka lahir ke dunia hanya berselisih waktu sepuluh menit saja.“Buka kaus kakimu di sini, sekarang juga! Aku perlu bukti, aku yakin itu milikku!” Rena menuduh tanpa tedeng aling-aling sembari melipat kedua tangan di dada, matanya mendelik penuh antisipasi kepada kembarannya.Di saat si kembar tengah berseteru serupa pertandingan sengit di arena ring tinju, Althea yang tak tahan akan kebisingan mereka mengangkat wajahnya. Rambutnya yang digulung sembarang makin tampak tak karuan bak orang gila, ditambah warna merah di dahinya yang tercetak jelas juga mata pandanya membuat kekusutannya semakin dramatis. Efek dari aktivitas begadang semalam juga imbas dari memadu kasih antara si dahi dengan meja yang beberapa saat lalu dilakukannya.“Kaliaaan … jangan berisik! Aku lagi pusing tahu!” Althea berdecak kesal. Mendaratkan pipi kanannya di meja lalu mengembuskan napas penuh beban.Rena memekik kaget juga melotot. "Al, rambutmu kayak Singa!"“Dih, kenapa kamu kusut banget? Oh no … penampilanmu hari ini tak memenuhi standar SNI.” Reni bergidik ngeri lalu menjumput-jumput rambut Althea yang acak-acakan.“Kamu abis putus cinta ya?” tanya Rena penasaran, walaupun seingatnya Althea sama sekali tak memiliki kekasih.Althea menoyor jidat Rena dan menjawab bersungut-sungut, “Cih. Mau apanya yang putus! Ikatannya aja nggak ada!”Duo cempreng yang hampir berduel menumpahkan sumpah serapah seragunan itu mendadak melupakan perseteruan mereka, saat ini Althea yang mirip pakaian belum disetrika lebih menggoda perhatian keduanya.“Kamu jadi kusut gini gara-gara apa, huh?"Rena kembali bertanya akibat rasa penasaran yang masih belum terpuaskan. Skill-nya mengorek informasi sudah layak disandingkan dengan para pencari berita infotainment gosip. Rasa keingintahuannya akan dunia perlambean berada di atas rata-rata."Nggak mungkin ekspresimu busuk kayak gini tanpa sebab, takkan ada asap kalau tidak ada api!""Ada, asap fogging!" celetuk Reni menyambar kalimat Rena."Kau ini diamlah!" Rena melempar tatapan kesal dan menaruh telunjuk di depan mulut kembarannya. Akan tetapi, Althea malah kembali mengetuk-ngetukkan jidatnya ke meja di hadapannya."Hey, jawab pertanyaanku, Nona! Bukan menjadikan dahimu juga meja sebagai pelampiasan! Kasihan mejanya tahu!" Rena memegangi kepala Althea supaya tegak dan berhenti menyiksa keningnya yang semakin memerah. Menghela napas resah, Althea akhirnya memberi penjelasan.“Semalam aku ngerjain tugas dari jam delapan sampai tengah malem. Semuanya udah hampir selesai, terus nggak sengaja ketiduran dan aku enggak nyadar laptopku batrenya sekarat. Pas bangun pagi terus aku cek lagi, alhasil semua kerja kerasku raib karena belum sempat tersimpan. Mana harus dikumpulin hari ini lagi. Au ah gelap,” keluhnya frustrasi.“Auww. Oh no, oh no, oh no no no no no." Si kembar serempak merespons dengan reaksi yang sama, bahkan kalimat mereka terdengar bernada seperti lagu yang sedang hits akhir-akhir ini.Althea mendelik jengkel. "Orang lagi berduka kalian malah nyanyi!""Sorry, sorry. Kita keceplosan. Tapi ini bener-bener definisi the real sakit tak berdarah. Turut berduka kawan!” Rena menepuk-nepuk pundak Althea.“Eh, tapi tugas yang mana dulu? Kalau tugas dari Bu Caroline bisa aman asal kita muji-muji dia cantik dan awet muda, dijamin damai. Nanti kubagi tutorial menaklukan Bu Caroline. Tapi, kalau tugas dari Pak Zayn, maka tamatlah riwayatmu Al!” Reni berkata sambil mengibaskan kedua tangan di lehernya disertai lidah menjulur.Tak lama semua mahasiswa dan mahasiswi mendadak riuh. Segera mengambil tempat duduknya masing-masing saat suara serak maskulin menginterupsi memasuki ruangan.“Selamat Pagi.”Althea membulatkan mata ketika melihat sosok yang masuk, ekspresinya luar biasa horor seperti melihat hantu, wajahnya perlahan memucat terkena serangan panik.“Pak Zayn? Matilah aku!” gumam Althea frustrasi seraya menjambak rambutnya yang semakin amburadul.Satu persatu mahasiswa juga mahasiswi mengumpulkan tugas makalah ke meja sang dosen, hingga akhirnya giliran nama Althea dipanggil ke depan untuk mengumpulkan.Meremas ujung t-shirtnya, Althea beranjak menyeret langkahnya ke depan hingga tepat berada di hadapan meja Zayn."Mana tugasmu?" Zayn membuka telapak tangannya meminta pada Althea dengan raut muka dingin dan datar"Anu. Itu, Pak, anu ... be-begini. " Althea menelan ludah susah payah lantaran tatapan Zayn menusuk tajam, membuatnya gelagapan."Bicara yang jelas! Bukan cuma anu dan anu!" tegasnya. Tatapan Zayn metajam, membuat Althea mulas-mulas mendadak."Begini Pak, saya semalam sudah membuatnya, bahkan sampai begadang. Coba Anda perhatikan kantung mata ini, sudah seperti panda bukan?” Althea memamerkan lingkaran hitam di matanya untuk memperjelas. Menunjukkan jejak kerja kerasnya semalam sebagai bukti demi mendapat keringanan. Sementara sang dosen hanya merespons tanpa ekspresi.“Mata saya sampai begini demi mengerjakan tugas dari Anda lho, Pak. Tapi sayang, saya tak sengaja ketiduran sedangkan filenya belum sempat tersimpan, dan saat pagi hari saya memeriksa laptop, ternyata baterainya habis. Jadi, bolehkah saya mengumpulkan tugasnya besok?" mohonnya dengan jurus wajah memelas dibarengi kedipan imut serupa kucing kecil, berharap Zayn iba dan memaafkannya.BersambungWedding Drama Bab 2Di sinilah Althea sekarang, perpustakaan universitas. Ia dihukum membersihkan tumpukkan buku lama yang berdebu dimana-mana juga diharuskan untuk menatanya sesuai abjad. Althea terkena sanksi lantaran tak mengumpulkan tugas dari salah satu dosennya yaitu Zayn. “Dasar dosen emosian! Dasar om-om gak ada akhlak! Gak punya rasa toleransi! Heran banget deh sama mahasiswi dan juga para pengajar wanita yang ada di sini semuanya tergila-gila sama dia, cih!” Althea bersungut-sungut kesal. Kejadian tadi pagi masih terus berputar di otaknya, saat Zayn sang dosen sama sekali tak memberi kelonggaran padanya. Tak tergerak hati secuil pun, kendati Althea sudah menjelaskan alasan sebenarnya juga sudah berupaya mengeluarkan seluruh kebolehan jurus imutnya. Zayn hanya berekspresi datar dan dingin, padahal Althea sudah merelakan dirinya bertingkah konyol disaksikan puluhan mata teman-temannya. Sungguh memalukan, ingin rasanya Althea bermigrasi ke Mars di detik itu juga. Kalimat Zay
Wedding Drama Bab 3Seporsi sandwich isi tuna dan segelas susu rendah kalori tersaji di atas meja makan antik yang terbuat dari kayu jati. Zayn tengah menyantap sarapan di rumah ibunya. Semalam, Lidya meminta putranya menginap selepas acara makan malam selesai.Semenjak memutuskan menjadi dosen, Zayn memilih tinggal sendiri. Penghasilan mengajarnya memang tak sebanding dengan harga properti yang ditinggalinya. Semua properti yang dimiliki Zayn merupakan benefit sebagai satu-satunya pewaris Rayan Enterprise, dan bukanlah hal yang sulit jika hanya menginginkan satu unit hunian mewah di kawasan terpilih ibukota. Zayn lebih memilih rumah ketimbang apartemen, baginya rumah terasa lebih hidup daripada hunian yang sarat akan privasi sejenis apartemen. Dia lebih suka tempat tinggalnya memiliki halaman luas dengan hamparan hijau rerumputan juga tumbuh-tumbuhan yang membawa kesan sejuk serta asri."Bagaimana Kiana menurutmu?" tanya Lidya yang menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan putranya
Wedding Drama Bab 4Pagi ini Althea terjaga saat matahari sudah merangkak naik. Mengerjap malas lantas meraih weker yang bertengger di nakas. Mengintip melalui kelopak matanya yang membuka sedikit untuk melihat jarum jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Menyadari bahwa bangunnya kesiangan, bukannya segera beranjak ke kamar mandi, gadis imut itu malah menarik selimut dan berguling-guling di atas kasur. Menggulung tubuhnya menyerupai kepompong lalu kembali meringkuk memejamkan netra. Lagi pula jadwalnya ke kampus untuk hari ini jam satu siang, jadi tidak masalah jika memutuskan bermalas-malasan sebentar lagi. Semalam, setelah mengerjakan ulang tugas memusingkan dari Zayn, ia menonton Drama Korea Vicenzo hingga lupa waktu. Asyik bercengkerama dengan laptopnya yang menampilkan akting ciamik Song Joong Ki sampai-sampai tak menyadari waktu terus bergulir. Pukul tiga dini hari ia baru berhenti tatkala baterai di laptopnya menjerit kehabisan daya dan padam seketika. Pada
Wedding Drama Bab 5Kiana berjalan gemulai mendekati begitu melihat kemunculan Zayn. Ia melangkah anggun layaknya putri keraton. Memasang mimik sepolos mungkin demi menarik perhatian. Gadis itu menempeli Zayn kesana kemari seperti benalu sementara si induk semang mengacuhkannya seolah tak melihat eksistensinya. Zayn hanya tersenyum tipis sekilas sebagai formalitas kemudian segera berkoordinasi dengan dosen lainya.“Semuanya segera masuk bus, lima belas menit lagi kita akan berangkat. Jika ada yang terlambat dan tertinggal maka hukuman menanti kalian minggu depan!” seru Zayn lantang memperingatkan.“Baik Pak ….” sahut mereka riuh. Semua berdesakan dan heboh ingin tahu di bus mana Zayn akan naik, tetapi kemudian terdengar percakapan bahwa si dosen idola akan mengendarai Range Rover miliknya.Riuh keluhan para gadis berisik bising. Harapan mereka berinteraksi lebih dekat dengan si dosen dambaan pupus sudah. “Yaaaa… kukira si ganteng bakal gabung naek bus juga sama kita. Lumayan kan bi
Wedding Drama Bab 6“Semua peserta harap berkumpul di tanah lapang area kanan tenda, sekarang!” Terdengar instruksi dari pengeras suara, mereka segera berhamburan ke sana penuh antusias demi mendapat nilai memuaskan akhir semester nanti. Jangan lupa, mereka juga mengikuti perkemahan ini sebagai ajang cuci mata, terutama para gadis.“Cuma wangi parfumnya aja rasanya begitu memabukkan, akh… aku lemah,” cicit seorang mahasiswi berjaket merah dengan mata tak lepas memandangi Zayn yang tengah bercakap-cakap dengan dosen lainnya.“Kalian lihat, postur tubuhnya begitu sempurna. Aww… pelukable,” timpal gadis di sebelahnya.Para gadis terus bergosip. Di mana ada Zayn di situlah dunia perlambean bersemi. Mereka sebetulnya sama sekali tak peduli dengan acara yang terselenggara. Selain demi nilai, alasan utama keikutsertaan mereka berkemah adalah demi bisa berinteraksi lebih dekat dengan sang dosen yang menjadi incaran.“Para mahasiswi mulai menggosipkanmu. Aku yakin antusiasme mereka mengikuti
Wedding Drama Bab 7Sang surya mulai menyapa, bersolek bersiap menerangi dunia. Sinarnya serupa harapan baru bagi jiwa-jiwa yang dilanda gundah. Binarnya menuntun menapaki jagat raya yang kadang tak ramah. Burung-burung bernyanyi bersahutan, saling bersiul memberi salam. Tetesan embun pagi membawa kesejukkan, membuat raga ingin menyerahkan diri semakin dalam bergelung di peraduan.Althea merasakan kehangatan tak biasa yang melingkupinya, begitu nyaman dan menyenangkan. Kicau burung serupa alarm yang tercipta dari alam merayu netranya untuk membuka. Bulu mata lentiknya ikut berkibar menari indah kala kelopak matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang mulai membias dari angkasa.Tertegun sejenak masih dalam sisa-sisa kantuk yang menghinggapi kala bola matanya yang berkilauan menangkap hal tak biasa di pagi harinya. Hanya berjarak sejengkal saja dari wajahnya, ia disajikan pemandangan rupawan nan seksi ciptaan Tuhan. Althea tersenyum seperti orang gila, terkikik sendiri, tersi
Wedding Drama Bab 8Para dosen memutuskan memulangkan Althea lebih dulu. Padahal, jadwal perkemahan masih berlangsung hingga esok. Mereka juga berencana melaporkan hal ini pada kedua orang tuanya. Gadis-gadis mulai bergosip. Saling berbisik mencela mencibir. Sedangkan mahasiswa laki-laki kebanyakan memilih tidak ikut campur, enggan membahas lebih jauh. Hampir tujuh puluh lima persen hujatan dilontarkan kepada Althea. Memojokkannya dan mencap si anak baru itu sebagai wanita murahan yang nekat menggoda dosen idola mereka dengan cara menjijikkan. Bukan tanpa sebab kenapa Althea menjadi yang lebih dicaci di sini. Berdasarkan temuan, memang Althea lah yang masuk ke tenda Zayn bukan sebaliknya. Kendati kenyataan sebenarnya bukanlah demikian. Althea tak sengaja berakhir di sana lantaran matanya buram efek dari kantuk hebatnya semalam dan kecerobohannya itu mengantarnya pada bencana di pagi hari yang indah ini, sungguh ironi.Gadis itu tak menyerah. Terus mencoba menjelaskan meski di bawah
Wedding Drama Bab 9Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jemari Zayn mengetuk-ngetuk kemudi, tampak sedang berpikir sembari mengendalikan setir. Kira-kira baru setengah jam perjalanan, kendaraan berbelok ke sebuah parkiran restoran yang letaknya masih di kawasan puncak, begitu juga dengan jeep hijau di belakangnya. Althea yang sejak tadi bungkam dan terdiam, menoleh pada pria yang duduk di jok kemudi saat menyadari mobil yang ditumpanginya berhenti.“Kenapa berhenti di sini?” tanyanya, mata beningnya mengedarkan pandangan ke luar kaca jendela.“Hey, anak baru. Sebaiknya sekarang kita mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan. Ini sudah jam sebelas dan kita belum sempat makan sedikit pun sejak pagi akibat keributan yang kamu timbulkan!” Zayn menekankan kalimatnya, membuka seat belt dan turun dari mobil.“Tunggu apa lagi? Cepat turun! Kamu bisa sekalian mengeringkan rambut juga mengganti jaketmu yang basah itu. Perjalanan kita ke Jakarta masih jauh, kecuali kamu berniat ingin masuk