Share

BAB 3. Kebetulan yang Kebetulan

Pukul sembilan pagi di sebuah pusat perkantoran yang ramai, terlihat seorang wanita sedang berjalan di trotoar. Pakaiannya rapi dengan atasan polos cerah berpita dan rok A-Line hitam selutut. Sebuah tas kecil tersampir di bahunya. Ia berjalan sambil mengamati gedung-gedung tinggi di atasnya. Sesekali ia membaca sebuah alamat yang tertera pada layar ponselnya.

“Harusnya di sekitar sini,” gumamnya. Kaki bersepatu setinggi 5 sentimeter itu terus berjalan mencari alamat yang ia tuju.

DUG! Seseorang menabrak bahunya.

“Aduh, maaf!”

Wanita itu mendongak dan seketika melihat sosok yang membuatnya terpesona. Laki-laki yang memakai pakaian olahraga itu sangat tampan sampai ia tak mampu menjawab.

“Kamu nggak apa-apa?” Pria itu tampak prihatin melihat sang wanita hanya membuka mulut tanpa bersuara.

Wanita itu tersadar dari lamunannya. “Ah-oh-eh, iya! Saya yang harusnya minta maaf karena nggak lihat jalan!” Ia membungkukkan tubuhnya sedikit.

Laki-laki itu tertawa dan membuat sang wanita semakin terpesona. Dadanya berdegup kencang hingga melupakan apa tujuannya.

Ya ampun! Dia ganteng banget! Mana baik pula! Inikah yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?

No problem!” Si lelaki tersenyum. “Sepertinya kamu terburu-buru sampai nggak lihat jalan.”

Wanita itu langsung tersadar apa tujuannya di tempat ini. Ia melirik jam di ponselnya. “Ah, saya benar-benar minta maaf!” Setelah itu ia berlari ke sebuah gedung kaca yang berjarak beberapa meter di depannya.

Si pria mengamati gedung yang dituju si wanita muda, dan senyumnya mengembang. Ternyata di situ ya….

Getaran ponsel di saku celana trainingnya mengalihkan atensinya. Wajah tampan itu menampakkan dua lesung pipit saat membaca nama peneleponnya.

“Halo?” sapanya. Kemudian ia tertawa dan mengangguk-angguk. “Aku masih ada urusan lain. Jadi, minggu depan aku baru bisa kembali. Ya, ya, aku mengerti. Kamu di sana baik-baik ya? Jangan nakal-nakal! Jangan kangen aku juga lho!”

Sepertinya suara di seberang meneriakinya, sehingga ia menjauhkan ponsel dari telinganya. Terkekeh ia menjawab, “Yah, pokoknya tunggu saja kedatanganku. Oke?”

Laki-laki itu menutup telepon dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti. Ia kembali berlari-lari kecil memutari area perkantoran yang sudah menjadi kebiasaannya setiap hari.

Setelah beberapa kali putaran ia berhenti di kedai kopi yang bersebelahan dengan gedung tadi. Setelah memesan minuman, ia duduk di area luar kedai. Payung besar berwarna hijau gelap menaungi matanya dari cahaya matahari.

Dari penampilannya sih, sepertinya dia bekerja di sana. Dia … cukup manis juga.

Laki-laki itu meminum kopinya sambil terus mengamati area masuk gedung itu. Terbersit sebuah ide konyol di kepalanya. Ia melihat jam tangan yang melingkar di lengannya.

Kalau dalam sepuluh detik dia keluar dari pintu itu, berarti dia jodohku.

Dalam hati, pria itu mulai menghitung. Mendekati angka lima, ia bergumam, “… 4 … 3 … 2 … 1!”

Tertangkap olehnya, wanita itu keluar sambil menaungi mata dengan tangannya yang memegang ponsel. Segera ia berlari menghampiri wanita itu dengan mata berbinar.

Tak elok rasanya jika terlihat ia menunggu wanita itu. Karena itu, ia mengambil arah yang sedikit berbeda, tapi bisa dipastikan akan terlihat oleh wanita yang ia incar. Rencananya berhasil.

Tabrakan yang disengaja itu terjadi sesuai rencananya. Kecuali minuman yang tumpah mengenai bajunya. Ia melewatkan hal kecil itu. Namun, siapa sangka kesalahan itu justru membuka peluang baginya.

Wajah sang wanita tampak panik melihat noda cokelat pekat yang membanjiri pakaian olahraga abu-abu si pria muda.

“Aduh, bagaimana ini? Bajumu jadi kotor!” jeritnya panik. Ia lalu mendongak melihat pemilik wajah tampan tadi tersenyum ke arahnya.

Nggak mungkin! Ini sebuah kebetulan yang kebetulan sekali! Apa dia adalah jodohku?

“Maaf! Maafkan saya!” Berkali-kali wanita itu membungkuk dan meminta maaf, sementara sang pria hanya tersenyum saja. “Bagaimana saya harus menebusnya?” Suaranya terdengar panik mengira-ngira berapa rupiah yang harus ia keluarkan untuk membersihkan atau menggantinya.

“Wah, bagaimana ya? Noda kopi ini sepertinya bakal susah hilang,” ujar si pria sambil menatap baju dan wajah polos itu bergantian.

Si wanita kebingungan. “Ah, saya coba bersihkan dulu dengan tisu basah!” Ia mengambil tisu basah dari tasnya dan berkata lagi, “Coba lepas bajumu. Saya bersihkan dengan….”

Mendadak wanita itu menutup mulutnya karena kaget. Wajahnya merah menyadari apa yang baru saja terucap dari mulutnya.

Laki-laki itu menoleh ke kanan dan ke kiri. “Lepas baju? Di sini?” tanyanya pura-pura marah. Sesungguhnya ia menikmati keluguan wanita itu. Ia menaksir usianya hanya terpaut dua atau tiga tahun saja.

“Hmm … sepertinya aku punya ide yang lebih bagus. Tunggu di sini, jangan ke mana-mana!” perintahnya. Ia lalu berlari ke area parkir di sebelah kedai kopi.

Wanita muda itu melihat sang pria masuk ke sebuah mobil hitam yang terparkir di sana. Tak lama laki-laki itu muncul dengan pakaian yang berbeda. Baju olahraga tadi sudah berganti dengan kaus santai.

Itu mobilnya? Apa dia bekerja di salah satu kantor di sini? pikirnya sambil mengamati gedung-gedung tinggi di sekelilingnya.

Laki-laki itu kembali dengan menjinjing tas hitam lalu menyerahkannya pada si wanita yang keheranan.

“Sekarang kamu boleh membersihkannya,” katanya. “Sambil menunggu, bagaimana kalau kita minum kopi dulu di sini?”

“Hah? Apa?” Jari lentik itu mengorek telinganya. Apa aku nggak salah dengar? Kok rasanya terlalu mustahil untuk jadi kenyataan?

“Ayo.” Laki-laki itu mendorongnya untuk duduk di kursi, lalu ia sendiri masuk ke kedai dan memesan minuman lagi.

Masih dengan ketidakpercayaan yang terlihat jelas, wanita itu duduk sambil membersihkan noda dengan tisu basah. Sekuat apa pun usahanya, noda kopi itu tidak sepenuhnya hilang. Ia putus asa saat melihat pria itu sudah kembali dengan dua gelas kopi dingin di tangannya.

“Silakan minum dulu, kamu pasti haus.” Minuman berwarna cokelat muda itu diletakkan di atas meja.

“Iya, terima kasih,” kata si wanita sambil menatap tulisan yang tertera pada gelasnya, Caramel Macchiato. Pelan-pelan ia meneguknya sedikit.

“A-anu….” Takut-takut mata wanita itu menatap pria yang sedang meminum Americano dingin di sampingnya. “Baju ini … boleh saya bawa dulu? Sa-saya coba membersihkannya dengan tisu basah, tapi belum hilang. Na-nanti saya kembalikan lagi.”

Yes! Hati pria muda itu melonjak girang. Targetnya mengenai sasaran.

“Kalau begitu, berikan ponselmu padaku.” Tangannya terulur pada wanita itu.

Wanita itu terkejut. Apa ini? Apa dia sedang memerasku? Kukira dia baik. Nggak kusangka wajah tampan, tapi hatinya sebusuk ini.

Pelan-pelan ia memberikan ponselnya. “Ba-baiklah, saya permisi dulu. Terima kasih kopinya. Dan maafkan saya!” Ia mengangkat tubuhnya dari kursi dan hendak pergi membawa baju kotor itu.

“Tunggu dulu!” Suara pria itu menahan langkahnya.

Apa lagi sih? Aku sudah menggantinya, ‘kan? Baju itu nggak mungkin seharga ponselku!

Wanita itu berbalik dengan wajah cemberut. Lagi-lagi ia dibuat terkejut sekaligus terpesona dengan paras tampan yang menyerahkan kembali ponselnya.

“Aku sudah simpan nomorku di sana. Kalau sudah selesai hubungi aku di nomor itu. Oh ya, siapa namamu?”

Rupanya hari ini adalah hari yang mengejutkan bagi si wanita. Kembali ia terganga bingung. “Va-Val … Valerie. Nama saya Valerie,” katanya terbata-bata.

“Oke. Sampai ketemu lagi, Val!” Laki-laki melambaikan tangan lalu meninggalkan kedai kopi.

Val tercenung di tempatnya berdiri. Matanya mengamati mobil hitam itu keluar menuju jalan raya. Ia masih tak percaya hal ini terjadi padanya. Hal yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Tidak mungkin ada kebetulan yang semanis ini.

Peristiwa semacam ini hanya terjadi di drama-drama yang pernah ia tonton. Terlalu indah untuk jadi kenyataan, bahkan dalam mimpinya sekalipun. Walaupun begitu, tetap saja ia kegirangan. Jika ini mimpi, ia tidak ingin terbangun sekarang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Maya Dhamayanti
ahhh lucunya mereka..... jadi ikutan mesem2.....
goodnovel comment avatar
Wanda Natasya
lanjut bossssssssssssssssssss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status