Share

THE DAY

Meskipun dalam keadaan badan masih kaku akibat balap lari bersama Kala dan ada bekas luka bakar dikakinya, tidak menyurutkan niat Almi untuk ikut liburan dengan kapal pesiar. Pagi-pagi sekali ia dijemput oleh supir kantor dan memutar untuk menjemput Reta, kemudian pergi ke pelabuhan. Kejadian kebakaran kemarin masih membuat Reta sedikit syok. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut, hal tersebut membuat Almi dan Reta masih bisa menghadiri undangan ini.

“Lo udah baikan?” Tanya Almi sambil melirik perban dibetis Almi.

“Gue nggak pernah kenapa-kenapa,” sahut Almi. “It’s nothing.”

Reta menggelengkan kepalanya melihat ketabahan dan ketangguhan sahabatnya. Kalau hal itu menimpa dirinya, mungkin sekarang ia sedang berada di rumah sakit dan merengek ditemani Wilmar. Tidak aneh para mantan pacar Almi menganggap mereka tidak dibutuhkan.

“Kalo lo ngerasa nggak baik, lo nggak usah pergi aja,” kata Reta lagi, masih dengan nada cemas.

Almi melirik sinis, “terus lo bisa mingle dan pedekate ke the most eligible bachelor sendirian? No way!

Reta mendengus lalu tertawa. “Elo tuh, ya... Masiiih aja kepikiran kesitu!”

Almi tersenyum sembari meregangkan lehernya. “Sialan badan gue kayak abis ditonjokin babon!”

Reta tergelak kencang. “Lagian lo aneh-aneh aja nantanginnya!”

“Yang penting gue menang dan orang sinting itu berhenti ngerendahin gue!” Sahut Almi dengan geram. “Huh, kalo aja gue nggak berkeperimanusiaan, gue pasti nyesel udah nyelametin ‘tu orang.”

“Dan lo sekarang keliatan kayak orang nyesel, Mi,” kata Reta geli.

Almi mendengus lagi. “Udah gue bilang, untung gue berkeperimanusiaan! Apa lo mau gue ngebiarin aja tuh si Kala jadi Kala panggang?”

“Jangan juga, sih... Nanti gue nggak bisa pedekate sama dia selama perjalanan ini, dong!”

Almi menoleh cepat pada Reta. Dia sama sekali nggak tahu menahu soal artis yang diundang dalam perjalanan ini.

“Kala diundang juga?”

“Pastilah... Dia bintang utamanya...” jawab Reta dengan nada sedikit bangga. Almi mencibir.

Almi merosot dalam duduknya. Sepertinya ini akan jadi perjalanan yang menyebalkan karena ada Kala. Ia harus sabar jika melihat sikap sok ganteng yang ditunjukkan cowok itu. Apalagi kemarin Kala bukannya berterima kasih malah ngeloyor pergi gitu aja! Benar-benar nggak tahu terima kasih! Harusnya ia biarkan saja artis sombong itu jadi daging panggang.

“Kenapa sih lo benci gitu sama Kala?” Tanya Reta.

Almi hanya mengendikkan bahu.

“Pasti ada alasannya... Nggak mungkin lo bisa benci sama orang secara tiba-tiba.”

Almi menelengkan kepalanya, mencoba mengingat alasannya membenci Kala. Karena Kala terlihat sombong dan sok ganteng? Padahal banyak juga orang yang lebih sombong dan sok ganteng.

“Mungkin membenci itu sama dengan mencintai. Lo nggak butuh alasan untuk mencintai seseorang, begitu juga dengan benci,” sahut Almi akhirnya.

“Heh... Analogi macam apa itu? Jelas cinta dan benci nggak bisa disamain!”

“Kenapa? Lo nggak pernah nonton TV atau baca buku, ya? Banyak banget film atau drama korea atau sinetron yang temanya benci jadi cinta. Cinta dan benci itu jaraknya tipis. Cinta bisa berubah jadi benci, begitu juga sebaliknya.”

“Berarti lo bisa berbalik jatuh cinta sama Kala, dong?” Goda Reta sambil mengedip-ngedipkan matanya genit ke arah Almi.

Almi mengibaskan tangannya kedepan wajah Reta. “Analogi itu nggak berlaku buat gue. Yang ada gue sama Kala memiliki hasrat saling bunuh bukannya saling cinta!”

Reta mencibir, “lihat aja nanti. Swaaaa~”

Almi mendelik sinis pada Reta yang menggerakkan tangannya seperti memantrainya.

*

Mereka tiba di pelabuhan saat matahari mulai bersinar. Beruntung cuaca hari ini cerah dan tidak ada tanda-tanda akan hujan. Almi dan Reta turun dari mobil dengan menggeret koper super besar plus carry on luggage yang cukup besar. Dasar wanita, nggak akan bisa cukup dengan satu tas jika berlibur. Kalau bisa, mungkin mereka akan membawa serta lemari pakaiannya.

Almi dan Reta tiba berbarengan dengan Kala. Cowok itu menoleh sekilas pada Almi lalu berjalan masuk menuju kapal super besar dan super mewah. Almi dan Reta sedikit terkagum-kagum. Meskipun Almi orang kaya, dia belum pernah sekalipun diajak berlibur dengan kapal pesiar mewah. Pandangan Almi tertuju lagi pada Kala yang pagi ini mengenakan celana kargo berwarna krem dan kaos bergaris berwarna cokelat-putih. Kala terlihat so fresh.

Almi tersentak dari lamunannya saat Reta menyikut tangannya untuk segera masuk ke kapal. Kekaguman mereka juga tidak berhenti saat memasuki kapal. Ruang rekreasinya sangat besar dan mewah dengan dilapisi karpet tebal berwarna merah. Kemudian mereka diantar ke kamar masing-masing, dimana setiap undangan mendapat kamarnya sendiri-sendiri.

Kondisi kamarnya pun tidak kalah mewah dengan ruangan lainnya. Dan kamarnya cukup besar dengan satu ruangan tidur yang diisi kasur ukuran rajadan ruang tv terpisah. Almi yang sudah terbiasa dengan kemewahan pun tidak bisa menahan decakan kagumnya.

Setelah meletakkan barangnya, para tamu disuruh ke ruang aula untuk acara pembukaan dan pelepasan jangkar. Almi keluar kamar berbarengan dengan Reta yang langsung berlari ke arahnya.

“Apa semua tamu dapet kamar sendiri-sendiri?” tanya Reta.

“Mungkin tamu VIP saja,” jawab Almi.

Keduanya berjalan menuju aula yang berada dilantai dua. Suasana sudah ramai, mereka duduk dikursi yang kosong. Terdengar suara riuh rendah para tamu yang sedang mengobrol. Almi disapa oleh direktur stasiun tv lain saat ia baru saja duduk, dan percakapan ringan pun terjadi.

Seorang laki-laki dan perempuan yang menjadi MC naik ke atas panggung dan menyapa para tamu. Seorang pria yang merupakan pemilik perusahaan yang memproduksi kapal di Jepang naik ke panggung setelah dipersilakan oleh MC, beliau memberi sedikit kata sambutan dalam bahasa Inggris yang cukup fasih namun dengan logat Jepang yang kental hingga agak sulit mencernanya, lalu meresmikan perjalanan ini. Para tamu dipersilakan mendekati jendela untuk dapat melihat ketika kapal menjauhi pelabuhan. Almi dan Reta pun tak mau ketinggalan. Keduanya melambaikan tangan pada orang-orang tidak dikenal yang menonton dari pelabuhan. Mereka jadi teringat film Titanic. Tapi semoga nasib mereka tidak seburuk kapal tersebut.

Setelah setengah jam menikmati matahari pagi, para tamu dipersilakan untuk menikmati sarapan yang telah disediakan dimeja prasmanan dipinggir ruangan. Almi dan Reta segera mengisi piring dengan aneka roti dan mengambil tempat duduk pada meja bulat besar yang telah disediakan. Keduanya duduk bergabung dengan para pejabat televisi lain dan bersama dengan Kala.

Almi melirik Kala yang juga sedang menoleh padanya. Keduanya saling memandang untuk beberapa detik hingga akhirnya Kala lebih dulu mengalihkan matanya dari Almi.

Grrr, dasar cowok sombong!, geram Almi dalam hati.

Lain lagi dengan Reta. Dia sangat senang bisa berkenalan secara langsung dengan Kala, dan sedikit melakukan flirting padanya. Almi sampai tidak tahan untuk tidak menendang kaki Reta di bawah meja untuk menyuruhnya behave.

Acara sarapan diiringi oleh pemusik dan panitia membagikan susunan acara selama seminggu, dan akan di update setiap minggunya. Beruntung jadwal selanjutnya adalah acara bebas, Reta mengajak Almi untuk berenang menggunakan bikini baru mereka. Almi yang tadinya ragu, namun setelah melihat bukan hanya mereka yang berenang menggunakan bikini, akhirnya setuju.

Almi mengenakan topi bulat dengan bagian sisi lebar duduk dikursi panjang dipinggir kolam. Ia menikmati sinar matahari yang menghangatkan tubuhnya, dan menghirup aroma asin dan lengket yang menjadi ciri khas laut. Burung camar beterbangan di atas kapal seolah mengiringi perjalanan mereka.

Reta sudah lebih dulu mencemplungkan diri ke kolam, sedangkan Almi memilih untuk mengoleskan sunscreen terlebih dahulu agar kulitnya tidak terbakar. Saat ia sedang mengoleskan lotion dikakinya, seseorang menghampirinya dan menawarkan bantuan.

“Perlu bantuan untuk mengolesi punggungmu?”

Kontan Almi menoleh setelah mendengar suara berat dan seksi dari pria yang berdiri dihadapannya. Oh my God! The most eligible bachelor ada didepannya!

You must be the most eligible bachelorette in Indonesia, Almira Sekarayu! Am i right?

And you must be the most eligible bachelor in Indonesia, Fabian Ardante! Am i right?

Fabian terkekeh. “Boleh duduk?”

Almi menurunkan kakinya yang terbalut kain pantai yang terbuka hingga bagian pahanya dan menyilakan Fabian untuk duduk.

Finally i meet you, Miss Almira,” kata Fabian sambil mengasongkan tangannya untuk dijabat oleh Almi.

Nice to meet you. Panggil saja Almi,” ujar Almi sambil tersenyum manis. Oho! Ia bisa melihat tatapan iri Reta dari seberang kolam.

*

Bukan hanya Reta yang memandang iri Almi, tetapi hampir seluruh wanita disekitar kolam memperhatikan mereka. Bahkan para pria pun memperhatikan. Yang wanita iri pada Almi, dan yang para pria iri pada Fabian. Mereka juga ingin mendekati Almi, hanya saja nyalinya tidak sebesar Fabian.

Berbeda dengan para pria lainnya, Kala memperhatian dua eligible person itu dengan penasaran. Diluar kemauannya, matanya terus memandang Almi. Memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Damn! She’s incredible hot!, batin Kala. Sebuah perban dibetis Almi membuat Kala teringat kejadian tempo hari. Pergelangan kakinya masih terasa sakit kalau digerakan. Saat kakinya terasa sakit, saat itulah Kala ingin mencekik wanita itu.

“Tertarik dengan cewek itu?” Reka datang dengan membawa dua gelas punch dan memberikan satu untuk Kala.

Kala hanya mengendikkan bahu sambil mengalihkan pandangannya dari Almi. “Who is she?” konyol, dia sudah benci setengah mati tapi belum tahu siapa wanita itu. Minimal namanya saja dia tidak tahu!

“Almira Sekarayu. Cucu pemilik I-Net TV. Julukannya The most eligible bachelorette in Indonesia,” sahut Reka sambil memperhatikan Almi dan Fabian. “Damn! And he’s the most eligible bachelor in Indonesia!

Kala memandang aneh pada Reka. Bagaimana cewek ini bisa tahu hal seperti itu?

“Ada dimajalah lifestyle wanita,” kata Reka seolah mengerti arti tatapan Kala. “They’re perfect together, aren’t they? Tapi, bisa nggak ya gue dapetin perhatiannya Fabian?” Reka kemudian terkikik. Kala hanya menjulingkan matanya.

“Gimana bisa dia jadi the most eligible bachelorette in Indonesia?” tanya Kala. Ia jadi penasaran juga tentang Almi.

“Kaya, cerdas, mandiri, sexy, and single. Yah, kayak lagunya Super Junior lah... Sexy, free and single i’m ready for bingo...” sahut Reka sambil menyanyikan sebait lagu boyband Kpop yang sering didengarnya beberapa tahun lalu terkekeh geli dengan istilah yang digunakannya.

Kala memandang dengan tatapan datar. Masa sih belum apa-apa Reka sudah mabuk laut? Atau punch ini ada alkoholnya? Kala menyesap minumannya dengan penasaran. Tapi minuman ini murni soda dan buah, tidak ada alkoholnya sama sekali. Berarti Reka memang sedikit gila.

Mata Kala tertuju lagi pada Almi yang kini melepas topi bulatnya dan juga kain pantainya. Kala melotot melihat bikini berwarna cerah yang digunakan Almi. Matanya menilai dada Almi yang berukuran cukup besar dan kencang, lalu turun menilai bokong Almi yang juga kencang. Almi dan Fabian menyeburkan diri ke kolam dan melanjutkan obrolan mereka sambil berendam.

You’re right, she’s hot!” aku Kala pada Reka. Meskipun dalam hati ia mati-matian ingin menyileti lidahnya yang sudah mengatakan hal itu.

“Tapi gosipnya ya, nggak ada cowok yang betah sama dia,” ibu-ibu gosip mode: on. Perhatian Kala teralih pada Reka saking penasarannya. “Soalnya dia luar biasa mandiri dan seolah-olah nggak butuh cowok. Gosipnya juga dia bisa ngebenerin pipa, AC, mobil sendiri! Dia nggak pernah meminta para mantan pacarnya buat bantuin.”

Kala menoleh lagi pada Almi yang sedang mengobrol dengan jarak yang semakin dekat dengan Fabian. Pikirannya mulai berkelana pada sebuah malam gelap dimana mobil Almi mogok dan gadis itu membetulkan mobilnya sendiri. Noda oli menempel dipipinya, lengan kemeja digulung hingga siku, kancing kemeja dibuka hingga batas dada, dan rok mininya terangkat ketika ia menunduk. Seketika Kala merasa tubuhnya menggeletar karena bergairah hanya dengan membayangkan Almi.

“Gue rasa lo tertarik sama dia,” tebak Reka. “Coba saja dekati kalau bisa. Dia bukan tipe perempuan yang gampang didekati. Yah, kecuali oleh the most eligible bachelor se-hot Fabian. Hahahaha!”

Kala melirik sinis pada Reka yang sedang tertawa. Perempuan ini benar-benar edan karena efek laut. Pasti karena mabuk laut, Kala yakin. Ia akan menyuruh Jerry memberikan obat antimo pada Reka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status