Gadis itu, Charisa Hemingway, tidak memiliki tawa ceria lagi, ia terlihat murung. Gigi kelinci yang biasa sering dilihat oleh banyak orang itu kali ini tersembunyi dibalik pipi gembilnya. Matanya yang indah sekarang tak nampak bercahaya lagi. Charisa Hemingway seakan kehilangan kemampuannya untuk tersenyum. Ironis sekali seseorang bisa kehilangan karakternya hanya dalam hitungan hari.
Charisa hanya duduk di bawah gorden putih selambu kamarnya. Gadis itu sudah pulang dari rumah sakit sejak kemarin. Tetapi sedari kemarin yang ia lakukan hanya bermuram durja seperti itu. Amanda, kakak iparnya sudah mengajaknya berbicara dengan berbagai cara, tetapi Charisa tetap menutup mulutnya. Amanda merasa begitu empati dengan apa yang terjadi pada adik ipar kesayangannya itu.
“Charisa, sudah makan, Sayang?” tanya Noah, laki-laki itu baru pulang dari kantornya rupanya.
“Masih tidak mau makan.” Amanda menggeleng. Itu memang benar, Charisa belum makan seja
“Bagaimana kandunganmu, hemm? Apa si kecil sehat?” Tanya seseorang pada seorang wanita berdress merah muda. Perempuan itu mengelus perutnya yang masih rata, suara tawa halusnya memenuhi ruangan itu. Gadis itu lalu mengambil gelas minum milik laki-laki di depannya, dan meletakkannya di atas meja makan. “Dia sehat ...,” bisiknya. “Sudah dua bulan.” “Aku tidak sabar melihatnya nanti.” “Ini masih lama, perlu tujuh bulan lagi... Perutku saja masih rata.” “Kau harus jaga kesehatan... Jangan lupa makan tepat waktu.” Kedua orang itu terlarut dalam kebahagiaan mereka sendiri, hingga tidak tahu jika ada dua sosok lain yang baru masuk di dalam ruangan itu. Salah satu dari pria itu bahkan melihat interaksi kedua orang itu dengan tatapan sedih. Melihat kedua orang yang tengah ditaburi dengan ratusan bunga mawar merah muda di kehidupan rumah tangganya. Skandar Hemingway adalah orangnya. Skandar sudah diminta oleh Hannah untuk tinggal di ruma
“Skandar, James ...,” panggil Hannah. Perempuan itu melihat ke arah Skandar, lalu ke arah James yang nampak kesal melihat kemesraan dirinya dan Adam-nya. “Ka- kalian sudah pulang?” “Dari tadi kami sudah disini, our love birds ...,” desah James dengan cebikkan bibirnya. Pria yang dulu sempat menyukai Hannah itu memang sudah mengikhlaskan gadis itu untuk menikah dengan sahabatnya. Apalagi dia yang tahu jika dengan curangnya Adam malah meniduri dan menghamili Hannah tanpa sepengetahuannya. Tetapi James juga tidak bisa berkomentar banyak saat tahu jika Adam sudah lama juga menyimpan perasaan pada seorang Hannah Alba. Si Tsundere Adam Howard pada akhirnya mengungkapkan perasaannya. Sedangkan Hannah Alba? Jangan tanyakan lagi, gadis super model itu bahkan sudah tergila-gila pada jaksa muda itu sejak masih SMA. Adam Howard yang secara wajah dan karakter memiliki sifat lebih unggul dari pada dirinya yang bak remahan keripik kentang. S
Sore ini di apartemen Ashton, hanya ada seorang gadis muda dan Ashton sendiri. Noah dan Kak Amanda sedang keluar untuk membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga. Gadis muda itu nampak belum beranjak dari kamar mandi. Remaja itu terus saja mengeluarkan lendir bening dari mulutnya, sebuah hal yang menjadi perhatian khusus dari Ashton sejak kemarin lusa. “Uhukk ... Uhmmm ...” “Uweek... Ummmm....” Suara mual Charisa terdengar bahkan dari luar pintu kamarnya. Gadis muda itu sudah setengah jaman itu tak beranjak dari wastafel kamar mandinya. Ashton membuka pintu kamar gadis itu, pria tinggi itu masuk ke dalam kamar mandi. Dia melihat remaja itu yang berdiri membelakanginya. “Charisa, apa kamu tak apa-apa?” tanya Ashton khawatir. “Uhukk ... Umm ....” Charisa Hemingway tidak dapat membalas pertanyaan laki-laki itu, mual dari perutnya kambuh lagi. Ashton mendekat dan memijit tengkuknya. Pria itu dapat melihat wajah pucat remaja itu. Lima har
Skandar, pria dewasa itu berjalan ke arah lobby gedung apartemen ‘Grand Royal Elyxion Apartment’ yang mewah. Pria itu tidak membawa apapun, hanya melenggang masuk ke dalam lobby apartemen itu. Beberapa karyawan apartemen yang mengenalnya sangat baik, tersenyum menyapanya.“Tuan Hemingway, selamat malam ....” sapa security di lobby depan gedung apartment.“Malam, Steve,” jawab Skandar meneruskan jalannya.“Tuan Hemingway, lama tidak bertemu.” Sekarang giliran General Manager apartment yang menyapanya.“Selamat malam, Daniel.” Skandar hanya bisa berpura-pura jika ia baik-baik saja. Pria itu tersenyum balik kepada karyawan tersebut. “Lama tidak bertemu juga.”“Anda jarang kelihatan akhir-akhir ini, apakah sedang ada lawatan bisnis?”“Begitulah.”Skandar berusaha ingin memotong pembicaraan ini. Suasana hatinya sedang tidak bersahabat untuk diaj
“Skandar?” Sapanya pada adik iparnya itu.Skandar mendongak melihat kakak iparnya itu. Perempuan itu tersenyum saat ia mendapati suami adiknya yang ada di sana. Laki-laki itu berdiri. Amanda dapat melihat keadaan fisik adik iparnya itu.Keadaannya sama tidak baiknya dengan Charisa“Apa yang sedang kamu lakukan disini, Skandar?”Amanda berusaha untuk tidak menyakiti perasaan dari suami Charisa, sejujurnya ia tahu alasan apa pria itu sampai duduk tak beralaskan apapun seperti itu di depan sana. Mencari keberadaan Charisa pasti. Dia memuji tekat dari suami adik iparnya itu.Saat ia tidak dapat melihat keberadaan Skandar lagi di rumah sakit waktu itu, ia sempat mengira jika Skandar sudah menyerah dengan masa depan rumah tangga mereka. Pria itu tak pernah terlihat lagi menunggui istrinya di depan pintu kamar rawat inap Charisa.&ld
Charisa gelisah di tengah tempat tidurnya, gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Selimut putihnya menjadi kusut karena ulah remaja SMA itu. Charisa pada akhirnya mendudukkan dirinya pada headboard tempat tidurnya. Gadis itu tanpa sadar menyentuh bagian atas kain piyamanya, tepat di atas perutnya.Dia sedang tak merasakan mual atau apapun seperti malam sebelumnya, hanya saja rasanya itu tak nyaman, membuat Charisa sedari tadi terjaga, tak bisa menutup matanya bahkan itu sedetikpun.“Padahal tadi aku sudah meminum susu,” kata Charisa untuk dirinya sendiri.Gadis muda itu melirik gelas susu dan tumbler bewarna biru yang masih berdiri di atas nakas tempat tidurnya. Rasa susu yang ia minum tadi mengingatkannya dengan rasa susu yang biasa ia minum di apartemen paman-nya.“Terlihat familier untukku?”Charisa membungkuk pelan, dan meraih tumbler kosong itu. Tumbler itu familier dengan yang ada dalam ingatannya, tumbler y
Cahaya fajar matahari pagi mulai bersinar cerah menerobos jendela di suatu kamar bergorden cokelat. Seorang gadis tengah terlelap di bawah selimut putihnya, gadis berambut panjang itu nampak damai dengan waktu tidurnya yang panjang itu. Seorang laki-laki masuk ke kamarnya, dan duduk di tepi tempat tidurnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan mengusap pelan poni rambut gadis muda itu. Pria itu tersenyum hangat. “Ayo bangun, anak gadis mengapa tidurnya mirip kuda seperti ini?” Gadis muda itu melenguh pelan. Ia bergerak sedikit dan membuka matanya. Mengerjapkan manik mata itu dan melihat seseorang di sampingnya, daddy-nya. Pria dewasa itu sudah memakai pakaian formalnya. “Dad, jadi berangkat hari ini? Jam berapa ini?” tanya Nancy dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. “Sudah jam lima pagi sayang, jam setengah tujuh pesawat daddy sudah harus berangkat ke Jerman.” “APAAA!!!” Nancy langsung ingat dia harus mengantarkan
Skandar Alexander Hemingway baru saja mendudukkan dirinya di kursi ruang makan apartemennya. Laki-laki itu baru saja selesai mandi, membuat wajah muramnya sedikit tersamarkan dengan segarnya air dari shower bathroom-nya. Pria itu sekarang memakai sweater hitam. Sehitam suasana hatinya. Apartemennya sangat sepi, biasanya di waktu sekarang, di hari Sabtu pagi yang damai. Skandar pasti masih sedang sibuk menggoda Charisa yang tengah memasak atau mungkin, mereka malah sedang menikmati sarapan mereka dengan tambahan cerita-cerita lucu dari Charisa. Di akhir pekan, Skandar dan Charisa selalu sarapan pagi sedikit siang, jam delapan lebih tepatnya. Risa Aku pulang. Dan aku sendirian. Tak ada satupun sarapan. Apa kau tak ingin turun dan menemuiku? Sarapan pagi bersamaku?