Share

Hanya Jantung Ayam

Author: Rizkymutha14
last update Last Updated: 2024-11-02 14:20:57

Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam.

"Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.

Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan.

"I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu.

"Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya menatap tajam ke arah jantung ayam yang tergeletak di lantai, seolah mencari jawaban dari misteri yang mengerikan ini.

Setelah Pangeran Chuan dan Putri Zhu Lian meninggalkan ruangan, suasana menjadi hening. Yuan Ling masih berdiri di tempatnya, senyum sinis perlahan memudar. Dia menatap Pangeran Qing Fei yang masih tampak bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Pangeran, kenapa kau terlihat bingung seperti itu?" tanya Yuan Ling.

Pangeran Qing Fei hanya bisa menunduk, wajahnya memerah karena malu. Dia merasa seperti anak kecil yang dimarahi oleh orang dewasa. "Maaf, Yuan Ling. Aku hanya... aku tidak tahu harus berbuat apa," jawabnya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.

Yuan Ling menghela nafas pelan, ia tahu seperti apa pria yang dinikahinya itu, seorang pangeran idiot. Lalu berbalik dan berjalan keluar dari ruangan. Langkahnya mantap dan penuh percaya diri, seolah tidak ada yang bisa menghalanginya. Pangeran Qing Fei mengikuti di belakangnya, masih dengan wajah bingung dan langkah yang ragu-ragu.

Sementara itu, di kamar mereka, Pangeran Chuan dengan hati-hati membaringkan Putri Zhu Lian di tempat tidur. Wajahnya penuh kekhawatiran saat dia menatap istrinya yang terlihat sangat lelah. "Istirahatlah, istriku. Aku akan memastikan tidak ada yang mengganggumu," katanya dengan lembut, membelai rambut Putri Zhu Lian dengan penuh kasih sayang.

Putri Zhu Lian menutup matanya, mencoba mengusir bayangan mengerikan dari jantung ayam yang tergeletak di lantai. "Terima kasih, suamiku," bisiknya sebelum akhirnya tertidur.

Pangeran Chuan berdiri di samping tempat tidur, matanya masih menatap istrinya dengan penuh cinta dan kekhawatiran. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan dia bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tekad yang bulat, dia keluar dari kamar dan menuju ke ruang kerja, siap untuk menyusun rencana.

Di tempat lain, Yuan Ling duduk di ruang pribadinya, senyum sinis kembali menghiasi wajahnya. Dia tahu bahwa rencananya baru saja dimulai, dan dia tidak sabar untuk melihat bagaimana semuanya akan berakhir.

Malam semakin larut, dan istana yang megah itu mulai tenggelam dalam keheningan. Di ruang kerja Pangeran Chuan, cahaya lilin yang redup menerangi meja yang penuh dengan dokumen dan peta. Pangeran Chuan duduk di kursinya, matanya menatap tajam ke arah peta yang terbentang di depannya. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Tiba-tiba, pintu ruang kerja terbuka perlahan, dan seorang pelayan masuk dengan langkah hati-hati. "Pangeran, ada pesan penting untuk Anda," katanya dengan suara pelan, menyerahkan sebuah gulungan kertas.

Pangeran Chuan mengambil gulungan itu dan membukanya dengan cepat. Matanya menyipit saat membaca pesan yang tertulis di sana. "Ini tidak mungkin," gumamnya, wajahnya berubah serius. Dia segera bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari ruang kerja, menuju ke kamar Putri Zhu Lian.

Di kamar, Putri Zhu Lian masih tertidur dengan tenang. Pangeran Chuan duduk di samping tempat tidur, memegang tangan istrinya dengan lembut.

"Aku akan melindungi mu, istriku. Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu," bisiknya dengan penuh tekad.

Sementara itu, di ruang pribadinya, Yuan Ling sedang merencanakan langkah berikutnya. Dia duduk di kursi yang empuk, menatap keluar jendela dengan senyum licik di wajahnya.

"Semua ini baru permulaan," pikirnya. "Aku akan memastikan bahwa Pangeran Chuan dan Putri Zhu Lian merasakan penderitaan yang sama seperti yang pernah ku alami."

Pangeran Qing Fei, yang masih merasa bingung dan tidak berguna, berjalan mondar-mandir di koridor istana. Dia tidak tahu harus berbuat apa, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membantu Pangeran Chuan dan Putri Zhu Lian.

"Aku tidak bisa terus seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku harus menemukan cara untuk membantu mereka."

Malam itu, istana yang megah itu dipenuhi oleh ketegangan dan intrik. Setiap orang memiliki rencana dan rahasia mereka sendiri, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, satu hal yang pasti: Pangeran Chuan tidak akan berhenti sampai dia menemukan kebenaran dan melindungi orang-orang yang dicintainya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 26

    Sinar keemasan fajar merayap di antara puncak-puncak pegunungan, membelai dedaunan yang masih berhiaskan embun pagi. Butiran-butiran air itu laksana permata yang memantulkan cahaya, menciptakan kilauan lembut di tengah udara yang dingin menusuk.Diiringi simfoni alam, burung-burung berkicau riang, melantunkan melodi yang saling bersahutan di antara pepohonan yang bergoyang perlahan oleh hembusan angin. Namun, di balik tabir suara alam itu, kedamaian sejati bersemayam dalam kehangatan ranjang.Yuan Ling menggeliat perlahan, merasakan sisa-sisa kelelahan dan sedikit nyeri di tubuhnya. Di sampingnya, Pangeran Qing Fei masih terlelap, lengannya melingkari pinggang Yuan Ling dengan posesif, seolah tak ingin melepaskan istrinya barang sedetik pun.Sebuah ringisan tertahan lolos dari bibir Yuan Ling saat ia mencoba bangkit, pergerakannya terasa memberat di bagian pinggul.Mendengar desisan lirih Yuan Ling, mata Pangeran Qing Fei terbuka. Wajahnya yang polos dan tanpa dosa menyambut pagi. Ia

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 25. warning 21++

    Namun, tepat ketika hidung mereka hampir bersentuhan, ketika Yuan Ling sudah bisa merasakan hembusan napas Pangeran Qing Fei yang hangat menerpa wajahnya, sang pangeran tiba-tiba menarik diri. Gerakannya tiba-tiba dan tak terduga, menciptakan ruang hampa di antara mereka yang tadinya terasa begitu intim."Pergilah!" titahnya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, namun sarat akan kepedihan dan pergolakan batin.Yuan Ling merasakan amarah yang membakar tiba-tiba menyentak dirinya. Ia telah bersabar, berusaha memahami, dan memberikan dukungan. Namun, penolakan yang ambigu ini terasa seperti penghinaan, sebuah keraguan yang menyakitkan terhadap dirinya dan ikatan mereka."Bisakah kau menjadi pria sejati?" desis Yuan Ling tajam, matanya menyala menantang. Tanpa menunggu jawaban, ia bergerak cepat. Tangannya terulur, menarik tengkuk leher Pangeran Qing Fei dengan gerakan yang tegas dan penuh keberanian. Dalam sekejap, ia menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang penuh gairah dan tunt

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 24 . warning 21++

    Debu jalanan yang kelabu seolah enggan beranjak dari sepatu kulit Yuan Ling saat ia tiba di kediaman megah itu, kontras mencolok dengan gemerlap samar yang terpancar dari balik jendela-jendela bertirai sutra. Langkahnya tergesa, membawa Pangeran Qing Fei yang limbung di sisinya. Aroma dupa mahal bercampur peluh dingin sang pangeran menusuk indra penciuman Yuan Ling saat mereka memasuki kamar tidur yang luas dan dingin. Dengan gerakan cekatan namun penuh kehati-hatian, Yuan Ling membaringkan tubuh Pangeran Qing Fei di atas ranjang berukir rumit dengan seprai selembut awan. Namun, ketenangan yang diharapkan tak kunjung datang. Pangeran Qing Fei menggeliat resah, napasnya tersengal-sengal, jari-jarinya mencengkeram seprai, meraba-raba tubuhnya sendiri seolah mencari sesuatu yang hilang. "Pa...nas sekali," bisiknya lirih, suaranya tercekat dan bergetar seperti dawai kecapi yang hampir putus. Butiran keringat dingin membasahi pelipisnya. Mata Yuan Ling yang tajam menangkap keanehan yan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 23

    Pangeran Qing Chuan meringis kesakitan, napasnya tersengal-sengal. Ia memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Yuan Ling berdiri di hadapannya, tubuhnya bergetar karena amarah yang masih membara."Ini pelajaran untukmu, Qing Chuan," ucap Yuan Ling dengan suara dingin dan tegas. "Jangan pernah mencoba memainkan permainan kotor di belakang suamiku. Aku tidak akan membiarkanmu menyakitinya."Ia menunjuk wajah Pangeran Qing Chuan dengan jari telunjuknya, matanya penuh peringatan. "Ingat ini baik-baik. Jika kau berani menyentuh sehelai rambut pun di kepala Qing Fei, kau akan berhadapan denganku."Suara bisik-bisik di antara para penonton semakin intens. Mereka menyaksikan adegan yang tak terduga ini dengan campuran rasa takut, kagum, dan penasaran."Dia benar-benar membela Pangeran Qing Fei," gumam seorang wanita tua dengan kerutan di wajahnya."Pangeran Qing Chuan pasti tidak menyangka akan mendapat perlawanan seperti ini," timpal seorang pemuda dengan nada kagum.Pangeran Qing Chuan mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 22

    "PERGI !" pekik Yuan Ling dengan tatapan nyalang. Tanpa mengatakan apapun, wanita penghibur itu pergi dengan wajah marah. Namun, bukan hanya pemandangan itu yang membuat darah Yuan Ling mendidih. Di sudut ruangan, bersandar pada pilar kayu berukir naga, berdiri Pangeran Qing Chuan. Ekspresi wajahnya datar dan dingin, namun seulas senyum tipis tersungging di bibirnya saat melihat kedatangan Yuan Ling yang penuh amarah. Di tangannya, ia menggenggam sebuah cawan keramik halus yang tampak kosong, namun Yuan Ling mencium samar aroma samar opium yang tertinggal.Dari balik kerumunan di ambang pintu, terdengar bisikan-bisikan para penonton yang penasaran."Lihat! Itu Nyonya Yuan!" seru seorang pria berjubah cokelat kusam."Apa yang terjadi? Mengapa dia terlihat begitu marah?" timpal seorang wanita dengan sanggul tinggi yang dihiasi jepit rambut perak."Kudengar Pangeran Qing Fei dibawa ke sini secara paksa," bisik seorang pria bertubuh kurus dengan nada khawatir."Pangeran Qing Chuan juga a

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 21

    Setelah menerima titah dingin dari Pangeran Qing Chuan, seulas senyum licik mengembang di bibir ranum wanita penghibur itu. Cahaya remang-remang lentera minyak di sudut ruangan menari-nari di wajahnya, menonjolkan guratan kemenangan yang tersembunyi. Dengan langkah anggun namun penuh maksud tersembunyi, ia mendekat ke arah Pangeran Qing Fei yang terbaring lemah di atas dipan, kesadarannya masih berjuang untuk kembali sepenuhnya. Aroma candu yang samar bercampur dengan bau keringat dingin dari tubuh sang pangeran menciptakan atmosfer yang menyesakkan.Sementara itu, bagai disengat ribuan lebah, Yuan Ling menerima kabar dari seorang pelayan istana mengenai keberadaan suaminya. Jantungnya berdegup kencang, bagai genderang perang yang ditabuh bertalu-talu. Tanpa membuang sedetik pun waktu, ia segera melompat ke atas punggung kuda kesayangannya. Derap kaki kuda memecah keramaian jalanan yang berliku. Cambuk ia layangkan tanpa ampun, memacu hewan itu dalam kecepatan yang membahayakan. Angin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status