Share

Bab 8

Author: Bima
Karina kembali sadar di sebuah kamar perawatan rumah sakit yang berbau menyengat disinfektan.

Seorang perawat sedang mengganti infusnya.

“Sudah sadar? Anakmu nggak bisa diselamatkan. Tubuhmu luka cukup parah, jadi istirahatlah dengan baik.”

Jerry masuk dengan tergesa-gesa, wajahnya tampak kelelahan, bahkan sedikit panik.

Dia berusaha menggenggam tangan Karina yang tergeletak di luar selimut, dingin dan tak bernyawa.

Karina tiba-tiba menarik tangannya menjauh. Tatapannya datar dan mati, seperti air yang sudah lama menggenang tanpa riak.

Tangan Jerry membeku di udara. Dia berkata dengan suara serak, “Karina, bagaimana keadaanmu? Maaf, saat itu aku benar-benar nggak melihatmu yang juga jatuh.”

“Karena sudut pandangnya, aku hanya melihat Yuna yang akan jatuh. Aku panik, jadi .…”

Karina tersenyum tipis, sebuah senyuman yang lebih menyakitkan dari tangisan.

Perasaan dingin di dada menyebar luas, menjalar ke seluruh tubuh. Termasuk ke rahimnya yang kini kosong.

Bahkan kebohongannya terlihat jelas dan seadanya. Apa lagi yang tersisa untuk Karina katakan?

“Kamu istirahat dulu. Aku akan minta dokter cek ulang seluruh kondisi tubuhmu.”

Dia gelisah melihat Karina tak merespons sama sekali.

Lalu, ponselnya bergetar. Dia refleks melihat layar, alisnya langsung berkerut.

“Yuna, lengannya sedikit terluka. Emosinya juga labil. Aku ke sana sebentar, ya. Nanti aku akan kembali lagi untuk menemanimu.”

Tanpa menunggu jawaban, Jerry langsung pergi. Bahkan tanpa sempat tahu bahwa anak mereka telah ikut terkubur dalam “kecelakaan” itu.

Begitu pintu menutup, keheningan kembali menelan seluruh ruangan.

Layar ponsel Karina menyala. Pesan dari Yuna.

Terkirim beberapa foto, satu video pendek berdurasi belasan detik.

Dalam foto, Jerry sedang duduk di samping ranjang Yuna. Dia membungkuk, mengoleskan salep ke luka kecil di lengannya dengan lembut.

Dalam video itu, mereka berdua berpelukan erat dan bermesraan. Wajah Jerry jelas terlihat meski cahaya remang dan suara manja Yuna menggema. Terlihat terlalu akrab, terlalu menjijikkan.

Karina menatap layar itu mati-matian. Perutnya mual seketika.

Dia membuka selimut, mencabut jarum infus dari punggung tangannya.

Darah langsung merembes keluar. Namun, dia tak merasa sakit.

Tubuhnya lemah dan limbung, tapi dia menggigit bibir. Menahan diri, bertumpu pada dinding, selangkah demi selangkah, meninggalkan rumah sakit dengan pakaiannya sendiri.

Setiap langkah terasa seperti menginjak pisau, tapi juga membuat pikirannya semakin tajam dan tekadnya semakin kuat.

Matahari siang menyilaukan.

Dia membuka ponsel, mengirim semua bukti pemalsuan keterangan dan perlindungan Jerry terhadap Yuna ke pengacaranya.

Mata Karina bersinar terang, penuh dengan keputusan terakhir.

‘Setelah aku selesaikan proyek klien terakhir ini, aku akan putus semua hubungan dengannya besok. Dengan membawa paspor, aku akan pergi sejauh mungkin.’

Dia pulang ke studio miliknya, satu-satunya tempat yang masih bisa dia sebut miliknya sendiri.

Di tengah ruangan besar itu, berdiri rangka penopang khusus setinggi hampir empat meter, menopang satu lukisan kuno yang sangat langka dan hampir selesai diperbaiki.

Hanya tinggal menyempurnakan warna di bagian kecil.

Karina mengganti bajunya, menarik napas dalam dan perlahan naik ke atas rangka perbaikan itu.

Setiap gerakannya, menarik luka yang belum pulih. Keringat dingin membasahi dahinya. Namun, tangannya tetap stabil, matanya sangat fokus.

Seolah di dunia ini, hanya tersisa dia dan lukisan itu.

Sementara itu, Yuna yang tahu Karina telah meninggalkan rumah sakit, langsung datang ke studio.

Dia menatap sosok Karina yang lemah tapi kuat, yang sebentar lagi akan menyelesaikan karya besarnya.

Saat itu juga, melihat semua karya Karina dan mendengar Jerry makin tak tenang belakangan ini, rasa benci dan iri di hati Yuna semakin membesar.

Dia berjalan mengendap-endap masuk, seperti ular berbisa, tatapannya menatap satu titik, yaitu pada bagian sambungan rangka yang menopang tubuh Karina.

Ada beberapa baut di sana yang sudah mulai longgar.

Dengan memakai sarung tangan, Yuna diam-diam melonggarkan baut-baut itu hingga ke batas terakhir.

Karina masih sepenuhnya fokus pada sentuhan kuas di ujung jarinya.

Lalu, “Krak!”

Suara retakan kayu yang membuat bulu kuduk berdiri.

Bagian rangka penopang tempat Karina berpijak ambruk dan langsung jatuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 25

    Angin pulau selalu membawa aroma kebebasan yang asin dan, menyapu pohon-pohon palem yang bergoyang di luar jendela studio. Sinar matahari menembus jendela besar, menerangi meja kerja yang terisi berbagai macam alat yang tersusun rapi. Alat-alat yang dulu terpendam di sudut vila, kini kembali hidup di ujung jari Karina yang cekatan. Di dinding studio, tergantung banyak sertifikat penghargaan guru dan timnya.Tempat ini bukan lagi tempat perlindungan, melainkan jangkar bagi kapal kariernya dan pelabuhan bagi impiannya yang akan berlayar kembali. Saat beristirahat sejenak, pandangan Karina jatuh pada sebuah bingkai foto di meja.Di dalamnya adalah foto dirinya bersama Zain di bawah matahari terbenam di tepi laut. Berdiri berdampingan, senyum mereka hangat dan nyata. Dia mengambil ponsel, jarinya mengetuk dengan lembut dan mengirimkan pesan singkat, [Sampai jumpa nanti malam.]Ketika senja mulai menyelimuti, mobil Zain berhenti di luar studio."Mau pergi ke suatu tempat dulu?" Zain me

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 24

    Penyelidikan dan pengadilan akhirnya selesai. Rantai bukti yang diajukan oleh Karina, bagai pisau pemotong yang paling tajam yang memutuskan segala harapan Jerry dan Yuna untuk lolos dari tanggung jawab mereka. "Terdakwa Jerry, dihukum karena kejahatan melindungi, menghalangi kesaksian, penyalahgunaan kekuasaan, dan yang lainnya. Mendapatkan hukuman penjara selama lima belas tahun!" "Terdakwa Yuna, dihukum karena kejahatan kecelakaan lalu lintas, membahayakan keselamatan publik, penganiayaan yang disengaja, dan yang lainnya. Mendapatkan hukuman penjara seumur hidup!" Setiap kata dalam putusan itu terdengar sangat menekan. Seperti palu yang dijatuhkan, memekakkan telinga dan menimbulkan gema yang dalam. Karina juga berhasil mengajukan gugatan cerai. Meski mendapatkan hasil yang dia inginkan, Karina tidak merasa lega seperti yang dibayangkan. Yang ada hanyalah rasa lelah yang menumpuk dan hampir mati rasa, seakan dia telah melintasi gurun panjang dan akhirnya sampai di tujuan. Je

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 23

    Kesunyian Karina membuat Jerry mengira bahwa hukuman untuk Yuna masih belum cukup membuatnya puas. Saat pria itu hendak melangkah maju dan menendang beberapa kali lagi. "Cukup." Suara Karina tidak keras. Jerry mendongak mendengar suara itu, matanya yang kosong tiba-tiba dipenuhi dengan kegembiraan yang tak terhingga, seolah bisa membakar seluruh dirinya. Karina berbicara! Wanita itu menghentikannya! Apakah ini berarti, Karina akhirnya ... akhirnya bersedia memaafkannya? "Karina!" Suaranya serak, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan Karina. Namun, saat Jerry hampir menyentuhnya, Karina menarik tangannya kembali, seolah takut terbakar. Tangan Jerry hanya menggantungkan di udara. "Apa kamu sudah memaafkanku, ‘kan? Aku tahu! Aku tahu kalau aku masih ada di hatimu!""Aku salah, aku benar-benar salah! Dulu aku memang brengsek. Aku sudah dibutakan dan menyakitimu! Maafkan aku! Maafkan aku, Ayah Mertua! Aku pantas mati, aku pantas disiksa sampai mati! Asalkan kamu mau memaafkanku

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 22

    "Aku bisa melakukannya!" Melihat Karina mulai melunak, Jerry merasa seolah-olah telah menemukan seutas tali penyelamat. Dia melanjutkan, "Aku akan membuat pembunuh itu menebus dosanya!" Akhirnya, mobil berhenti di depan vila tempat mereka tinggal setelah menikah. Malam semakin gelap, vila itu terang benderang, cahaya lampunya menyilaukan mata Karina. "Karina," suara Jerry penuh harapan besar. Dia turun dari mobil lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Karina. "Sudah sampai rumah." Pria itu sengaja menekankan kata "rumah". Seolah-olah begitu mereka masuk ke tempat itu, masa lalu bisa dihapuskan begitu saja. Karina tidak bergerak. Dia menatap vila yang pernah menjadi tempat kebahagiaan singkat dalam pernikahannya. Namun, juga menjadi saksi dari semua keputusasaannya. "Masuk dan lihatlah, ya?" Suaranya terdengar seperti permohonan. Karina akhirnya bergerak. Ada bedna penting yang dia tinggalkan di dalam vila ini. Suara sepatu hak tingginya menghentak lantai marmer yang dingin, meng

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 21

    Jerry merasakan detakan jantung yang kencang, matanya merah merona.Dia mengambil pena, ujung penanya menggores di atas "Surat Perjanjian Pembagian Harta", meninggalkan jejak tinta terakhir. Dia hampir tak kuasa untuk menggerakkan penanya. Karina menundukkan kepala, matanya menyapu klausul yang menyakitkan di dalam dokumen itu. Semua harta bergerak, properti, saham dan investasi, semua itu akan menjadi miliknya. Dia tidak ragu sedikit pun dan langsung menandatangani namanya. Gerakannya cepat dan tegas, bahkan tidak melirik Jerry sama sekali. "Masih ada Surat Perjanjian Perceraian." Suaranya tenang, tanpa ekspresi, seperti menyampaikan urusan yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Ketenangan itu membuat hati Jerry yang sudah mati rasa tiba-tiba berdebar. Sebuah kegembiraan liar yang disertai rasa sakit langsung menjalar ke kepalanya. Dia menerimanya! Dia menerima segalanya darinya! Proses perpindahan harta yang besar itu, dalam pandangannya yang penuh keputusasaan, malah menja

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 20

    Setelah kembali dari pulau yang disinari sinar matahari yang menyilaukan, Jerry merasa seperti tulang punggungnya telah dicabut. Setiap senyuman Karina terasa seperti besi panas yang membakar hatinya yang sudah hancur. Tidak, dia tidak bisa membiarkan semuanya berakhir begitu saja! Jerry berutang permintaan maaf dan penjelasan pada Karina. Bahkan jika itu hanya harapan yang sangat tipis, dia harus melakukannya. Dengan tangan gemetar, dia mengirimkan sebuah pesan. Dia mengatur pertemuan dengan Karina dengan alasan bahwa dia setuju untuk bercerai dan meminta pengacara untuk membagi harta. Alasan yang buruk dan egois, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Begitu tombol kirim ditekan, perasaan kosong yang luar biasa langsung melanda hatinya. Keesokan harinya, Jerry tiba dua jam lebih awal. Dia duduk di tempat yang dulu dia pilih saat mengungkapkan perasaannya pada Karina. Di sebelah jendela, pemandangan kota yang familiar masih tetap ada, tetapi perasaannya kini hancur. Dia mengen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status