Share

YIC-3. Wild Woman

Saat Axton dan Antony menghabiskan waktunya di ruang perapian dengan membahas hal-hal tentang dunia remaja, keduanya spontan menoleh ke arah jendela saat sebuah mobil datang ke kediaman itu.

Mereka berjalan mendekati jendela dan terlihat dua orang pemuda yang memakai pakaian sama, tapi parasnya berbeda. Axton dan Antony saling melirik.

Dua pemuda itu berjalan menuju ke mansion dengan seorang lelaki tua merangkul kedua pundak mereka.

Axton dan Antony kembali duduk di sofa karena merasa jika dua pemuda itu akan ikut bergabung bersama mereka.

CEKLEK!

“Wow, masih dalam posisi yang sama. Baiklah, ini tamu terakhir kita pada hari ini. Perkenalkan, lelaki berambut pirang ini adalah Ivan Benedict dan yang berambut cokelat adalah Erik Benedict,” ucap Tuan Lawrence memperkenalkan.

“Kalian … bersaudara?” tanya Axton menebak.

Lelaki bernama Erik mengangguk, tapi Ivan memalingkan wajah. Axton melihat jika dua pemuda yang ia rasa adalah kakak beradik seperti memiliki perselisihan dilihat dari sikap tak acuh Ivan.

“Kalian mengobrollah dan temukan kecocokan dalam diri kalian,” ucap Lawrence lagi mempersilakan keduanya masuk.

“Hai, aku Erik,” sapa Erik sopan mendatangi Axton dan mengajaknya berjabat tangan.

Axton menyambutnya dengan senyum merekah.

“Kau tampan,” pujinya terlihat jujur dan Erik hanya tersenyum terlihat malu.

Sedang lelaki yang bernama Ivan langsung duduk di kursi panjang, tapi menjaga jarak dengan Antony Boleslav. Antony melirik Ivan yang terlihat angkuh dengan gayanya seperti berandalan.

“Kau datang bersama siapa, Ivan?” tanya Axton di kejauhan.

Ivan hanya melirik Axton dan kembali berpaling, ia tak menjawab pertanyaan Axton. Ivan terlihat malas untuk mengobrol dan memilih untuk tidur. Ivan memejamkan mata sembari memeluk bantal di sofa itu.

Erik menghela nafas dan duduk di sebelah Axton dengan sopan. Axton menatap Ivan dan Erik bergantian.

“Kalian bersaudara, tapi sepertinya sifat kalian sangat bertolak belakang,” nilainya.

Erik diam saja tertunduk dan terlihat gugup karena dipandangi Antony sedari tadi.

“Tadi itu paman kami, Robert,” jawab Erik sopan.

“Wow, kalian mafia dari Inggris? Bukankah pamanmu itu salah satu anggota dewan?” tanya Axton menatap Erik seksama yang mengangguk pelan.

“Wah. Apakah akan ada pertemuan anggota dewan di sini?” tanya Axton terlihat bersemangat.

“Tidak. Aku rasa hanya pembicaraan tentang bisnis, penyelundupan dan sejenisnya. Perkumpulan dewan dilakukan tiap 5 tahun sekali dan ini masih tahun ketiga. Dua tahun lagi baru dilaksanakan,” sahut Antony yang masih duduk dengan charisma terpancar dari wajahnya.

Axton dan Erik mengangguk pelan, Ivan sepertinya sungguh tertidur karena terdengar suaranya mendengkur cukup kencang.

“Maaf, kau siapa? Kau datang bersama siapa?” tanya Erik menatap Antony seksama.

“Oh, dia Antony Boleslav. Soal dia datang bersama siapa, aku juga tak tahu,” sahut Axton cepat sembari meraih cangkir berisi cokelat panas yang tersaji di sana.

“Aku diantar oleh Red, The Shadow.”

“Kau anak Tuan Boleslav? Lalu dimana ayahmu?” tanya Erik lagi.

“Dia … sudah meninggal,” jawabnya lesu.

Axton sampai tersedak karena tak tahu jika pemuda di depannya ini telah kehilangan ayahnya.

Axton buru-buru mengelap tangannya yang tekena minuman cokelat dari mulutnya dengan tisu karena menahan agar tak tersembur. Antony hanya diam menatap Axton terlihat panik entah apa yang dipikirkannya.

“Oh, aku ikut berduka, Tony,” ucap Erik terlihat sedih. Antony mengangguk pelan.

“Jadi … apa yang akan kita lakukan? Aku bosan,” keluh Axton sembari menyenderkan punggungnya sembari mengelap tangannya dengan tisu lalu melemparkannya ke meja.

Antony dan Erik diam saja sembari melihat Axton yang sibuk sendiri mengatasi kebosanannya. Tiba-tiba, terdengar suara anak perempuan di luar ruangan.

Axton langsung duduk dengan sigap dan matanya tertuju ke pintu. Ia lalu beranjak dari dudukkannya dan membuka pintu itu. 

Antony dan Erik saling melirik lalu mengikuti Axton yang keluar begitu saja meninggalkan kawan-kawannya.

“Hei, kau mau kemana?” tanya Erik memanggil Axton yang tiba-tiba berjalan tergesa menyusuri koridor.

“Cepat! Ikut aku!” panggilnya dengan mata berbinar.

Erik dan Antony saling memandang. Antony menutup pintu dan segera mengikuti Axton yang sedang berdiri di sebuah pintu terbuka dan terlihat tersenyum lebar.

Erik dan Antony kembali saling memandang. Mereka berdua mendekati Axton yang masuk perlahan ke ruangan itu.

Erik dan Antony buru-buru mengikuti Axton yang ternyata masuk ke sebuah ruangan di mana banyak gadis-gadis di sana yang umurnya lebih tua dari mereka bertiga.

“Wow, look. Siapa sangka banyak pemuda tampan di sini. Kemarilah,” panggil gadis berambut pirang yang terlihat seperti berumur 25 tahun ke atas.

Erik dan Antony terlihat gugup meski pada akhirnya mereka masuk ke dalam. Antony menutup pintu perlahan dan berjalan gugup mengikuti Erik yang berjalan lebih dulu di depannya.

Mereka berdua duduk dengan gugup saat para gadis cantik itu memberikan wine pada mereka berdua.

Mereka berdua kaget saat melihat Axton seperti menikmati berada diantara para gadis muda itu di mana ia duduk diapit oleh dua wanita berdada besar hingga tonjolannya membuat dua pemuda itu menelan ludah.

Belahan dada dan juga paha pada gaun mereka membuat aliran darah di tubuh mereka langsung bergejolak.

Jantung mereka berdegup lebih cepat saat para gadis itu mengedipkan mata ke arah mereka berdua.

Axton terlihat santai dengan banyak wanita yang mengelilinginya bahkan para wanita itu tertawa seperti memahami apa yang dibicarakan oleh Axton.

“Oh, jadi kalian bertiga ini calon penerus anggota dewan 13 Demon Heads? Wow … wow!” ucap salah satu wanita berambut hitam melebarkan mata dengan senyum terkembang saat Axton mengenalkan diri dan dua temannya.

Erik dan Antony masih duduk dengan canggung, merapatkan kedua kaki sembari memegang gelas berisi wine yang belum mereka minum.

Para wanita yang tertarik dengan dua pemuda tampan itu mulai mendatangi mereka dan duduk mengapit keduanya. Erik dan Antony makin panic saat para wanita itu duduk sambil berpose, mendekatkan tubuh mereka dan memamerkan kemolekan tubuhnya.

“Kau tampan, siapa namamu?” tanya seorang wanita berambut hitam berbisik di telinga Erik dan menatapnya dengan pandangan penuh pesona.

“E-Erik, Mam,” jawabnya gugup.

“Oh, your’re so cute, Erik,” sahut wanita berambut hitam itu sembari meraih gelas wine yang dipegang oleh Erik dan meminumnya.

Erik tertegun dan menatap wanita berambut hitam itu seksama yang malah menghabiskan minumannya. Hal serupa juga terjadi pada Antony Boleslav yang sedang dirayu oleh dua wanita yang mengapitnya.

Sedang Axton terlihat begitu menikmati dirinya yang kini dibelai-belai oleh empat wanita di sekelilingnya.

Mata Erik dan Antony malah terfokus pada Axton yang tersenyum saat telinganya digigit gemas oleh wanita berambut pirang.

Erik dan Antony menelan ludah ketika melihat tubuh kawannya itu mulai diraba oleh dua wanita di kanan kirinya.

Dua pemuda itu merasakan jika daging panjang di balik celana mereka seperti bereaksi padahal hanya menonton saja.

Erik dan Antony terlihat mulai gelisah. Mereka mendadak merasakan panas padahal cuaca begitu dingin di luar.

“Oh Axton. Kau masih begitu muda, tapi begitu pandai merayu. Kau akan menjadi seorang pria sejati,” ucap wanita berambut pirang yang tangan kanannya kini mendarat di paha kanan Axton sembari memijatnya.

“Hem, begitukah? Kau suka lelaki sepertiku? Aku masih butuh banyak belajar bagaimana cara memanjakan wanita, Nona,” jawab Axton menatap wanita berambut pirang dengan senyum menawan.

“Oh, kau ingin belajar? Aku bisa mengajarimu banyak hal, tapi setiap pelajaran harganya mahal,” jawab wanita itu sembari memegang jam tangan Rolex yang Axton pakai.

Axton melirik jam tangannya yang dielus oleh jemari lentik wanita pirang itu. Axton tersenyum dan kini tangannya ikut mendarat di paha wanita itu.

Mata Erik dan Antony melebar seketika. Senyum gadis pirang itu meredup seketika saat Axton mengelus paha mulusnya dengan tatapan penuh maksud.

“Kau yang harus membayarku mahal. Aku masih perjaka,” bisiknya di telinga wanita pirang itu.

Wanita itu melebarkan matanya.

“Bagaimana rasanya merampas keperjakaan salah satu penerus kursi anggota dewan? Kau akan jadi wanita pertama yang melakukannya, Nona. Tertarik?” bisik Axton sembari memegangi dagu wanita itu dan menatap bibirnya seksama.

Para wanita di sekitar Axton saling melirik. Tiba-tiba, mereka memegangi tangan Axton seperti memperebutkannya. Erik dan Antony tertegun karena Axton ditarik ke kanan dan ke kiri.

“Dia memintaku, kalian menyingkirlah!” pekik wanita berambut pirang memegangi lengan kanan Axton erat.

“Oh, dia belum tahu saja kehebatanku, Vira,” sahut wanita berambut cokelat sinis memegangi tangan kiri Axton erat.

“Axton sayang. Dengan senang hati aku akan mengajarkanmu banyak hal. Percobaan pertama denganku saja ya?" ucap wanita yang berdiri di belakang sofa tempat Axton menyenderkan punggungnya dengan manja.

“A-a ….” Axton malah tergagap, ia tak menyangka jika akan diperebutkan. Axton terlihat bingung.

“Apa kau juga masih perjaka?” tanya wanita yang duduk di sebelah Erik tiba-tiba.

Erik tertegun begitu pula Antony yang juga ditanyakan hal yang sama. Keduanya terlihat gugup dan tiba-tiba para wanita itu menyeringai.

“Run!” teriak Erik panik mengajak Antony untuk kabur dari tempat itu.

Dua pemuda itu lari sekencang-kencangnya saat para wanita itu akan menangkap mereka. Namun, saat di koridor, terlihat Ivan seperti masih menahan kantuk berjalan mendatangi mereka.

“Hei, aku mencari kalian! Dari mana saja?” teriak Ivan jengkel.

“Erik! Antony! Kalian mau kemana?” panggil para wanita yang mengejar dua pemuda itu.

“Dia Ivan Benedict. Dia juga penerus kursi dewan. Dia hebat!” sahut Erik mendorong kakaknya yang berdiri dengan kebingungan saat adiknya malah menyodorkannya ke sekumpulan wanita yang tiba-tiba datang menghampirinya dengan cepat.

“Wow! Wow! Ada apa ini?” tanya Ivan sudah dipegangi oleh empat wanita yang kini mengepungnya.

Erik dan Antony lari terbirit-birit entah kemana menyelamatkan diri dari para wanita ganas yang ingin merebut keperjakaan mereka.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Affan Stty
wkwkwkk... ternyata perjaka juga seperti perawan yah klo untuk hal melindungi diriii......
goodnovel comment avatar
Lucania Carmen
Ngakaaak...............
goodnovel comment avatar
Devita Fitantri
beuhh ngocok perut ini😂😂😂😂😂😂😂😂
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status