"Maria," ucap Jake menengok ke bawah. Di mana kepala Maria bersemayam di perutnya.
Jake akhirnya melepaskan pelukan itu, dia berjongkok di hadapan Maria, agar dia bisa melihat wajah wanita itu. Tangannya bergerak mengusap air mata yang membasahi pipi Maria.
"Ada apa?" tanyanya lembut.
"Hiks.. I..buu, Jake... I..bu meninggal," ucap Maria terbata-bata.
Jake kaget mendengar itu, dia menatap Maria lagi. Tapi dia tidak melihat kebohongan di matanya.
"Sssttt...Sudah, jangan menangis lagi. Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Jake yang merasa iba pada Maria.
Maria mengangguk pelan, dia berdiri dengan sempoyongan, masih tidak percaya dengan yang terjadi pada ibunya.
Jake sampai di ruang makan, sudah lewat 15 menit dari jam biasanya, tapi dia tidak melihat Maria ada di sana."Di mana Maria, Rose?" tanya Jaccob."Sepertinya nona belum keluar Tuan," ucap Rose sambil menyiapkan sarapan."Tolong panggilkan Maria," ucap Jaccob sambil membaca sebuah berita di layar handphonenya.Rose segera bergerak menuju kamar Maria. Saat dia sudah sampai di sana, dia mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Rose membuka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci, melihat Maria yang masih memejamkan matanya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.Rose akhirnya menutup pintu itu kembali. Lalu berjalan turun untuk menemui tuannya."Bagaimana?" tanya Jake saat melihat Rose sudah kembali."Nona masih tidur Tuan." ucap Rose.Jake hanya mengangguk, lalu melanjutkan sarapannya. Dia melirik jam tangannya dan memutuskan untuk berangkat ke kantor."Jika sudah bangun, suruh Maria untuk datang ke kantor,"
Setelah mendapat kabar dari Rose, dia segera meninggalkan ruang rapat begitu saja. Jake bahkan mengabaikan tatapan heran para karyawannya. Sedangkan Kenzo langsung mengikuti bosnya itu."Kau mau kemana? Rapat belum selesai Jake," ucap Kenzo berusaha menghentikan Jake."Maria di rumah sakit, aku harus ke sana sekarang." jawab Jake."Kau bisa ke sana setelah rapat selesai," ucap Kenzo kesal."Diamlah, kau bisa menggantikanku. Jangan manja!" seru Jake, dia menatap tajam pada Kenzo.Akhirnya Kenzo membiarkan Jake meninggalkannya. Dia hanya bisa melihat bosnya itu yang mulai menghilang di balik lift. Dia pun segera kembali, melanjutkan rapat tanpa Jake.Jake melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia merasa sangat khawatir dengan keadaan Maria. Dia berharap semoga Maria baik-baik saja.Saat sampai di parkiran, dia bertemu Marlon. Marlon menunjukan ruangan di mana Maria dirawat. Jake dengan segera mencari ruangan itu.Saat
Maria membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sangat lemas. Dia mencoba melihat sekitarnya, menemukan Jaccob yang tertidur di sofa.Tak ingin membangunkan Jake, akhirnya Maria berusaha untuk bisa bangun. Tenggorokannya sangat kering, dia merasa haus. Dia berusaha mengambil gelas di meja yang ada di sampingnya.Tak sengaja, tiang infus yang ada di sampingnya bergerak, sehingga menyebabkan bunyi yang membuat Jake membuka matanya.Melihat apa yang dilakukan Maria, membuat dia segera mendekat ke arah wanita itu."Kau mau apa?" tanyanya."Haus," ucap Maria lemah. Bibirnya yang biasanya berwarna semerah cery tampak putih pucat.Jake mngambilkan gelas, dan membantu ranjang Maria sedikit naik. Agar Maria bisa sedikit bersender.Maria lalu meminum perlahan, dia menyerahkan gelas itu kembali pada Jake ketika air sudah tinggal setengahnya.Maria tersenyum memandang Jaccob. "Trimakasih Jake," ucapnya.Jake balas sedikit seny
"Hai cantik," ucap Ashley tersenyum pada Maria."Kau... Kenapa kau di sini? Ohh tidak, maksudku dari mana kau tahu aku di sini?" tanya Maria masih kaget dengan kedatangan Ashley."Sudah ku bilang, di manapun kau berada, aku akan tahu," ucap Ashley menyerahkan buket bunga mawar pada Maria.Ashley menoleh ke arah Rose dan tersenyum pada wanita paruh baya itu.Melihat tatapan Ashley membuat Maria ikut menoleh ke arah Rose. "Rose, dia Ashley sahabatku." ucapnya.Rose ikut tersenyum dan menjabat tangannya pada Ashley. Dia lalu berpamitan untuk membersihkan sisa makanan dari Maria.Begitu Rose keluar dari pintu, Ashley langsung duduk di samping Maria dan menggenggam tangan Maria."Kau baik-baik saja?" tanya Ashley."Ya," ucap Maria singkat."Maaf aku datang terlambat, aku juga turut berduka atas kematian ibumu." ucap Ashley.Maria yang mendengar ibunya disebut lagi membuat hatinya menjadi teriris. Apalagi menginga
"Jake," ucapnya masih tak percaya."Kenapa?" tanya Jake yang mendekat ke arah Maria."Kau," ucap Maria menoleh ke arah Rose sebentar. "Kata Rose kau sudah pulang, kok ada di sini?" imbuhnya."Ya, aku memutuskan untuk kembali. Ingin mencongkel mata lelaki yang baru saja bersamamu. Tapi sungguh beruntung, dia tak ada di sini sekarang," ucap Jake memandang Maria tajam.Sedangkan Maria hanya menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Jake."Aku akan meminta dokter untuk memberikanmu izin rawat jalan. Aku tak suka meninggalkanmu sendirian di rumah sakit. Bisa-bisa lelaki itu menjengukmu setiap hari," ucap Jake lagi.Maria menghela nafas kasar. Dia melirik bosan ke arah Jake. Tentu saja dia tidak main-main dengan ucapannya. Selang beberapa menit, ada dokter dan suster yang masuk ke ruangan Maria.Dokter itu menyuruh Maria untuk berbaring, dan dia dengan segera memeriksanya. Setelah selesai, suster juga terlihat membantu melepaskan infus
Saat semua orang sudah turun dari mobil, Maria masih mematung dengan pandangan kosong. Pikirannya masih bergelayut tentang hal yang baru saja terjadi."Mary, hei Mary... Kau baik-baik saja?" tanya Jake masuk ke dalam mobil lagi ketika tak melihat Maria keluar mobil.Maria menoleh dengan cepat, matanya mengerjap beberapa kali. Dia mencoba menetralkan degup jantungnya yang sangat kencang. Lalu menoleh ke arah Jake dan mengangguk."Kemarilah," ucap Jake mengulurkan tangannya.Maria langsung menerima uluran tangan Jake, dia keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.Di dalam rumah sudah ada beberapa orang yang berdiri menyambut mereka. Salah satu di antara mereka mendekati Maria dan Jake."Apa kalian baik-baik saja? Apa ada yang terluka." tanya Aciel."Tidak apa-apa, sebaiknya kalian berjaga di luar. Aku akan mengantarkan Maria ke kamar dulu." ucap Jake.Jake menuntun tubuh Maria yang terlihat gemeteran itu. Membawanya masuk
Kenzo dibuat pusing karena permintaan Jake yang tiba-tiba. Dari kemarin, dia sudah kesal karena semua tugas Jake diserahkan padanya. Dan kali ini, Jake meminta dia untuk menyiapkan makan malam romantis.Tapi dia sedikit senang karena Jake mendapat kebahagiaan bersama wanita pilihannya. Meskipun karena hal itu sekarang Jake sudah jarang pergi ke bar.Sekarang hanya ada dirinya dan Sean saja yang masih berkelana menjelajahi dari satu wanita ke wanita yang lainnya.~Hari ini Jake meminta Maria untuk tetap di rumah. Dia tidak diperbolehkan untuk pergi ke kampus. Karena Jake masih khawatir jika Maria masih kurang sehat.Pagi tadi Jake berpamitan untuk pergi ke kantor. Bahkan dia tak sungkan mencium kening Maria. Membuat Maria senyum-senyum sendiri ketika memikirkannya.Maria yang merasa bosan berada di kamar akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah.Di rumah ini hanya Rose, wanita yang bekerja di sini. Sisanya adalah lelaki yang bia
Malam ini Jake mengajak Maria untuk dinner. Kenzo bahkan menjadi sopir karena dia yang tahu di mana lokasi tempat mereka melakukan dinner.Maria keluar dari kamar menggunakan gaun selutut tanpa lengan berwarna salem. Dia menggulung rambutnya dan menghiasi dengan mutiara cantik berwarna senada dengan gaunnya. Semua itu berkat Rose, Maria bisa terlihat cantik malam ini.Dia turun ke lantai bawah, ternyata sudah ada Kenzo dan Jake di ruang tamu. Jake langsung melemparkan bantal ketika mata Kenzo tak lepas dari Maria. Dia menatap tajam pada sahabatnya itu.Jake langsung berdiri dan menghampiri Maria. Dia mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Maria."Apa kita akan ke pesta?" tanya Maria pada Jake. Ingatannya terakhir kali dia berdandan adalah ke pesta. Dan itu adalah pengalaman yang paling tidak menyenangkan baginya."Tidak, dan diamlah. Ini kejutan untukmu." ucap Jake.Akhirnya mereka keluar dari rumah. Kenzo membukakan pintu un