"Kenapa?" tanya Jake yang mendekat ke arah Maria.
"Kau," ucap Maria menoleh ke arah Rose sebentar. "Kata Rose kau sudah pulang, kok ada di sini?" imbuhnya.
"Ya, aku memutuskan untuk kembali. Ingin mencongkel mata lelaki yang baru saja bersamamu. Tapi sungguh beruntung, dia tak ada di sini sekarang," ucap Jake memandang Maria tajam.
Sedangkan Maria hanya menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Jake.
"Aku akan meminta dokter untuk memberikanmu izin rawat jalan. Aku tak suka meninggalkanmu sendirian di rumah sakit. Bisa-bisa lelaki itu menjengukmu setiap hari," ucap Jake lagi.
Maria menghela nafas kasar. Dia melirik bosan ke arah Jake. Tentu saja dia tidak main-main dengan ucapannya. Selang beberapa menit, ada dokter dan suster yang masuk ke ruangan Maria.
Dokter itu menyuruh Maria untuk berbaring, dan dia dengan segera memeriksanya. Setelah selesai, suster juga terlihat membantu melepaskan infus
Saat semua orang sudah turun dari mobil, Maria masih mematung dengan pandangan kosong. Pikirannya masih bergelayut tentang hal yang baru saja terjadi."Mary, hei Mary... Kau baik-baik saja?" tanya Jake masuk ke dalam mobil lagi ketika tak melihat Maria keluar mobil.Maria menoleh dengan cepat, matanya mengerjap beberapa kali. Dia mencoba menetralkan degup jantungnya yang sangat kencang. Lalu menoleh ke arah Jake dan mengangguk."Kemarilah," ucap Jake mengulurkan tangannya.Maria langsung menerima uluran tangan Jake, dia keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.Di dalam rumah sudah ada beberapa orang yang berdiri menyambut mereka. Salah satu di antara mereka mendekati Maria dan Jake."Apa kalian baik-baik saja? Apa ada yang terluka." tanya Aciel."Tidak apa-apa, sebaiknya kalian berjaga di luar. Aku akan mengantarkan Maria ke kamar dulu." ucap Jake.Jake menuntun tubuh Maria yang terlihat gemeteran itu. Membawanya masuk
Kenzo dibuat pusing karena permintaan Jake yang tiba-tiba. Dari kemarin, dia sudah kesal karena semua tugas Jake diserahkan padanya. Dan kali ini, Jake meminta dia untuk menyiapkan makan malam romantis.Tapi dia sedikit senang karena Jake mendapat kebahagiaan bersama wanita pilihannya. Meskipun karena hal itu sekarang Jake sudah jarang pergi ke bar.Sekarang hanya ada dirinya dan Sean saja yang masih berkelana menjelajahi dari satu wanita ke wanita yang lainnya.~Hari ini Jake meminta Maria untuk tetap di rumah. Dia tidak diperbolehkan untuk pergi ke kampus. Karena Jake masih khawatir jika Maria masih kurang sehat.Pagi tadi Jake berpamitan untuk pergi ke kantor. Bahkan dia tak sungkan mencium kening Maria. Membuat Maria senyum-senyum sendiri ketika memikirkannya.Maria yang merasa bosan berada di kamar akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah.Di rumah ini hanya Rose, wanita yang bekerja di sini. Sisanya adalah lelaki yang bia
Malam ini Jake mengajak Maria untuk dinner. Kenzo bahkan menjadi sopir karena dia yang tahu di mana lokasi tempat mereka melakukan dinner.Maria keluar dari kamar menggunakan gaun selutut tanpa lengan berwarna salem. Dia menggulung rambutnya dan menghiasi dengan mutiara cantik berwarna senada dengan gaunnya. Semua itu berkat Rose, Maria bisa terlihat cantik malam ini.Dia turun ke lantai bawah, ternyata sudah ada Kenzo dan Jake di ruang tamu. Jake langsung melemparkan bantal ketika mata Kenzo tak lepas dari Maria. Dia menatap tajam pada sahabatnya itu.Jake langsung berdiri dan menghampiri Maria. Dia mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Maria."Apa kita akan ke pesta?" tanya Maria pada Jake. Ingatannya terakhir kali dia berdandan adalah ke pesta. Dan itu adalah pengalaman yang paling tidak menyenangkan baginya."Tidak, dan diamlah. Ini kejutan untukmu." ucap Jake.Akhirnya mereka keluar dari rumah. Kenzo membukakan pintu un
"Sudah waktunya untuk kau keluar Sera," ucap seorang lelaki yang bertelanjang dada itu. Meskipun tangan dan kakinya masih merasakan sakit, tapi itu tidak menghalanginya untuk bercinta malam ini."Aku lebih suka bersamamu Lucas, aku tidak ingin bersama lelaki dingin itu. Aku menyayangimu Lucas," ucap Sera yang menutupi tubuhnya dengan selimut. Kepalanya bersandar di dada bidang Lucas."Jika kau menolak, aku bisa saja menghancurkan impianmu saat ini. Ingatlah, orang tuamu masih berada di penjara." kata Lucas.Sera menggertakkan giginya, dia mencintai Lucas, bahkan dia tega memenjarakan orang tuanya demi Lucas. Tapi sekarang apa yang diinginkan oleh Lucas sangat bertolak belakang dengan kemauan Sera. Meskipun Sera pernah dekat dengan lelaki itu dulu.Sera Maxwell, seorang wanita pertama yang menjadi penghangat ranjang Jake. Ya, meskipun saat itu Sera sudah tidak gadis lagi, tapi Jake menyayangi Sera. Apapun kemauannya dulu selalu
Maria sedang fokus dengan lembaran-lembaran kertas di depannya ketika pintu itu terbuka.Jake masuk bersama Sera. Wanita itu masih menggelayut manja di lengan Jake. Mereka bahkan seperti tidak melihat keberadaannya.Jake duduk di kursinya dan matanya langsung bersibobok dengan mata Maria yang menatapnya dengan sendu. Tak ingin terperangkap, Jake mengalihkan pandangannya."Pulanglah Sera, aku sudah menuruti kemauanmu. Jangan ganggu aku ketika bekerja," ucap Jake yang mulai sibuk dengan pekerjaannya.Sera mendekat ke arah Jaccob, tanpa tahu malu dia duduk di pangkuan Jake dan merangkulkan tangannya di leher Jake."Baiklah, aku akan pulang sekarang. Tapi malam nanti kau harus menemaniku," ucap Sera yang langsung mencium bibir Jake.Maria yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya. Hatinya merasa sakit dengan apa yang dilakukan Jake.Sera bergerak turun dari pangkuan Jake, sebelum dia keluar dari ruangan ini, dia menciumi la
Maria benar-benar menepati janjinya bersama Lucas. Dia meminta ijin pada Jake untuk pulang ke rumah, mengurusi urusannya bersama ayah tirinya. Tapi itu hanya akal-akalan saja dari Maria.Ketika dia sampai di cafe yang sudah dijanjikan, ternyata Lucas sudah ada di sana. Dia langsung berdiri menyambut kedatangan Maria."Apa sudah lama?" tanya Maria sungkan pada Lucas."Santai saja," ucap Lucas mempersilahkan Maria untuk duduk."Mau minum dulu atau kita langsung pergi?" tanya Lucas."Memang kita mau ke mana?" tanya Maria balik."Rahasia," ejek Lucas sambil tertawa.Maria langsung cemberut mendengar perkataan Lucas.Mereka langsung keluar dari cafe tersebut. Mobil Maria ditinggalkan di sini, Lucas mempercayakannya pada pemilik cafe yang ternyata temannya sendiri.Maria masuk ke dalam mobil setelah Lucas membukakan pintu untuknya. Setelahnya barulah Lucas masuk dan melajukan mobilnya.Sepanjang jalan Lucas selalu berny
Lucas meminta Ane untuk membantu mengganti baju Maria. Untuk sementara, Maria memakai baju Lucas yang tertinggal di sini. Lucas keluar kamar dan berganti pakaian di kamar yang lain.Begitu Ane selesai, Lucas masuk ke dalam. Dia juga menyuruh Ane untuk membuatkan minuman hangat untuk Maria.Maria masih bergulung di balik selimut. Tubuhnya masih terasa dingin, untung saja sekarang dia sudah tidak gemeteran. Maria menatap Lucas yang mendekat ke arahnya."Kau baik-baik saja?" tanya Lucas terlihat khawatir. "Apa masih dingin? Aku akan mencarikanmu switer," ucap Lucas lalu bergerak ke arah lemari. Tapi hanya ada kaos dan beberapa kemeja saja di sana."Tak apa Lucas. Aku sudah baik-baik saja, jangan khawatir." ucap Maria."Maafkan aku," ucap Lucas kembali mendekat ke arah Maria. Dia duduk di sebelah Maria."Ini bukan salahmu Lucas," ucap Maria tersenyum. "Aku yang ceroboh tadi."Ane masuk ke dalam, membawa nampan berisi minuman h
Rose memapah tubuh Maria yang terbalut dengan selimut itu ke kamarnya. Dia merasa sedih dengan apa yang terjadi pada Maria.Setelah sampai di kamar, Rose meminta Maria untuk tidur tengkurap. Rose kembali menyelimuti tubuh nonanya itu sampai batas pinggang. Dia bergerak mengambil peralatan p3k, untung saja ada salep untuk luka luar.Dengan hati-hati, Rose mengusapkan saleb tersebut pada luka memanjang di punggung Maria. Ada dua bekas cambukan, dan salah satunya mengeluarkan darah."Ahhh.. Sssshhhh, sakit Rose," kata Maria mendesis pelan."Tunggu sebentar Nona, ini akan segera selesai." ucap Rose.Setelah selesai, Rose juga meminta Maria untuk meminum obat pereda nyeri. Maria hanya bisa pasrah dan bergantung pada Rose."Trimakasih Rose," ucap Maria menoleh ke arah wanita paruh baya itu."Sama-sama Nona, istirahatlah. Saya pamit undur diri dulu," ucap Rose lalu pergi dari kamar Maria.Rasa sakit itu masih terasa sangat perih bagi