“Aku tidak bisa! Kau lihat sendiri kan, aku saja sedang butuh perawatan. Bagaimana caranya aku bisa merawat mu? Minggu depan aku juga sudah harus mulai bekerja, sesuai apa katamu. Kau jangan ngelunjak!” Cia Li sungguh kesal sekali dengan permintaan mengada-ngada pria itu.
‘Kalau di pikir-pikir, dia ada benarnya juga. Lagi pula, mulai minggu depan aku kan bisa bertemunya hampir setiap hari di kantor. Baiklah, aku punya ide lain,” pikirnya kemudian.
“Hmm, karena aku baik hati, maka aku akan melepaskan mu kali ini. Tapi sebagai gantinya kau harus memenuhi satu permintaan ku.” dia mulai merencanakan hal licik lagi.
Cia Li menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Ling Yue. Katanya dia mau melepaskannya, tapi harus memenuhi satu syarat lagi sebagai gantinya? Bukankah itu sama saja? Dimana letak kebaikannya? Ingin rasanya Cia Li memukuli kepala pria menyebalkan itu!
“Tuan Ling Yue yang terhormat mau minta apa lagi dari ku?” Cia Li mencoba bersabar.
“Mmm, aku juga bingung. Mungkin nanti saja sewaktu aku menginginkan sesuatu dari mu. Ingat yah, kau berhutang satu permintaan dari ku. Jika tiba saatnya nanti, aku akan menagihnya. Aku tidak akan mengganggu mu lagi. Aku akan keluar sekarang dan bilang pada polisinya kalau aku dan kau akan berdamai. Sampai jumpa lagi di Shanghai Nona cantik.” Ling Yue kemudian memberikan kode pada Chen Li untuk segera mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan itu.
Dia harus keluar sekarang juga sebelum Cia Li mengamuk padanya. Pipi gadis itu sudah nampak merah sekali karena menahan amarah.
“Dasar laki-laki pemaksa!” rutuknya kemudian.
At Shanghai
_____
Seminggu setelah penanda tanganan kontrak kerja tersebut, Cia Li akhirnya pindah ke Shanghai untuk mulai bekerja. Dia ditempatkan di departement kesehatan.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia merasa semangat sekali. Wajahnya bahkan tampak sumringah sepanjang perjalanan menuju ruangan departement-nya. Dia sudah tidak sabar memulai perjalanan baru untuk mewujudkan impiannya.
Tak lama kemudian..
"Hallo, selamat pagi semuanya." Cia Li menyapa semua orang yang ada di sana dengan ramah.
'Woaah..'
Mereka semua malah melongo melihat sosok gadis tersebut. Bukannya apa, tapi Cia Li sangat cantik sekali. Dia tidak terlihat seperti ahli Botani yang suka melakukan penelitian ke hutan-hutan atau pegunungan seperti pada umumnya. Lihat saja penampilannya yang modis dan kekinian itu, dia lebih cocok menjadi seorang selebriti.
'Kenapa malah pada diam saja? Apa mereka tidak menyukai ku?' batin Cia Li sembari cemberut.
"Hai Nona cantik! Kau ada perlu apa kemari?" tanya salah seorang laki-laki termuda di antara mereka.
"Tentu saja aku kesini untuk bekerja! Ngomong-ngomong, ini benar kan ruangan ahli Botani dari departement kesehatan? Apa aku salah ruangan?" Cia Li celingak celinguk melihat sekeliling sudut ruangan itu untuk memastikan keberadaannya. Dari apa yang dia lihat, seharusnya dia benar. Ia melihat ada begitu banyak sampel tanaman yang dipajang di sana.
"Tunggu dulu.. apa kau Nona Cia Li ketua tim kami?" matanya terbelalak kaget menyadari sesuatu.
"Iya, kau benar!" jawab Cia Li tanpa ragu.
"Astaga! kenapa tidak bilang dari tadi? Ku kira Nona tersesat kemari." dia langsung berlari menghampiri Cia Li dan menuntunnya untuk duduk ke kursi ketua tim.
"Maaf Nona Cia Li, kami kira kau siapa tadinya. Kami tidak menyangka itu adalah kau. Sungguh, di luar dugaan!"
"Iya benar, aku juga tidak menyangka. Kamu masih muda dan sangat cantik. Lebih cocok menjadi seorang selebriti terkenal!"
"Kalian terlalu berlebihan. Aku rasa, aku tidak secantik yang kalian katakan." Cia Li merasa cukup malu dengan pujian mereka semua.
"Tidak, kau yang terlalu merendah Nona Cia Li."
"Sudah, sudah. Nona Cia Li mungkin sedikit tidak nyaman dengan pujian kalian. Lebih baik kita mulai saja rapatnya!" lerai laki-laki muda itu.
"Hmm.." mereka semua mengangguk mengerti.
"Silahkan, Nona cantik!" malah dia yang kini berganti menggoda Cia Li. Kedipan matanya benar-benar membuat Cia Li jengkel!
Melihat hawa gelap dari Cia Li, dia pun segera berlari menuju kursi miliknya.
"Heheh, silahkan dimulai Nona." ucapnya sambil cengengesan.
'Dasar!' batin Cia Li kesal.
"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul, maka aku akan memperkenalkan diri secara resmi." mulainya.
"Perkenalkan, nama ku Cia Li, usiaku genap 26 tahun ini. Aku datang ke sini untuk menggantikan tuan Sheng Li, ahli Botani sebelumnya. Salam kenal untuk kalian semua dan aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Cia Li cukup deg-degan sebenarnya. Ini pertama kalinya dia memimpin sebuah tim.
"Tentu Nona ketua!" jawab mereka serempak.
"Sekarang giliran kalian!" Cia Li merasa lega setelah memperkenalkan dirinya. Dia juga senang sekali karena disambut baik oleh semua anggota tim barunya.
Salah seorang diantara mereka berdiri, "Hai semuanya! Nama ku Guan Lin, aku baru berusia 24 tahun. Sepertinya aku yang termuda di tim ini. Mohon bimbingan semuanya!" sapa laki-laki muda yang ternyata bernama Guan Lin itu. Dia juga membungkuk hormat sebagai sopan santunnya.
"Baik tuan Guan Lin, kau boleh duduk kembali!" Guan Lin segera duduk sesuai perintah Cia Li.
"Baiklah, sekarang giliran ku! Perkenalkan nama ku Fang Yin, usia ku 26 tahun sama seperti Nona ketua." ternyata mereka sebaya.
"Senang bisa bekerja sama dengan mu, Nona Fang Yin." Cia Li tersenyum manis padanya.
"Terimakasih Nona ketua," balasnya sambil tersenyum canggung, lalu kemudian kembali duduk.
"Giliran ku! Hai semuanya, nama ku Li Wei. Usia ku menginjak 30 tahun ini. Lumayan berumur memang. Tapi kalian tenang saja, aku orangnya santai dan berpikiran terbuka. Jadi, jangan sungkan bila ada yang ingin mendiskusikan sesuatu dengan ku." Li Wei sepertinya seorang ekstrovert sejati. Dia nampak begitu luwes.
"Tentu Nona Li Wei, aku akan memanggil mu Kakak saja kalau begitu, bagaimana?" Cia Li berusaha meng-akrabkan diri dengan nya.
"Suatu kehormatan untuk ku Nona ketua. Kau bisa memanggil ku Kakak Li Wei." senyumnya cerah sekali. Dia tampaknya menyukai panggilan yang diberikan oleh Cia Li.
"Hmm." Cia Li tersenyum mengangguk.
"Oke, selanjutnya!" persilahkan Cia Li.
Pria yang duduk di ujung sana pun berdiri, "Hallo semuanya, nama ku Hong Li. Usia ku sudah menginjak 32 tahun ini. Aku harap kerja sama kita bisa berjalan dengan baik. Aku tidak ingin kita semua mengecewakan tuan Ling Yue yang sudah berbaik hati mau menerima kita di perusahaan sebesar ini. Sekian, terimakasih!" Hong Li tampak tenang dan bijaksana.
'Lumayan juga!' batin Li Wei.
"Terimakasih tuan Hong Li. Aku senang sekali bisa punya tim seperti mu." Cia Li tersenyum tulus padanya.
"Terimakasih Nona ketua."
Sementara itu..
Tuan Ling Yue yang terhormat ternyata sedari tadi tengah mengintip dan menguping rapat kecil yang diadakan oleh tim ahli Botani perusahannya. Dia senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
'Syukurlah, Cia Li sepertinya menyukai semua anggota timnya. Aku cukup lega!' batin Ling Yue dari kejauhan sana. Tidak sia-sia aku memilih mereka semua.
Sesuai permintaan Cia Li sebelumnya, dia ingin Ling Yue merekrut 4 orang anggota tim untuknya. Ling Yue menyanggupi itu dengan waktu yang benar-benar singkat. Mereka semua di seleksi kurang dari waktu sepekan.
"Presdir, waktu meeting sudah dekat." Chen Li berbisik mengingatkan Ling Yue yang tengah asyik mengintip.
"Hah, baiklah.. kita ke sana sekarang!" Ling Yue malas sekali rasanya beranjak dari sana. Dia masih betah berlama-lama menatap wajah cantik yang sudah lama ia rindukan.
Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba saja Chen Li membeku di tempat sambil melihat layar ipad yang ada di tangannya.
"Presdir! Pabrik pembuatan obat yang berada di kota Shenzhen mengalami kebakaran hebat!" badan Chen Li bahkan terasa bergetar ketika mengatakan itu.
Ling Yue pun langsung berbalik.
"Apa? Kita ke sana sekarang!" perintahnya dengan langkah tergesa.
Setibanya di lokasi kejadian, Ling Yue langsung turun dari mobilnya dan melihat lebih dekat kebakaran tersebut. Chen Li pun juga segera ikut turun dan menyusul Presdirnya itu dari belakang. Pemadam kebakaran tampak kelabakan memadamkan api, sedangkan para pekerja sibuk berlarian menyelamatkan diri. Situasinya benar-benar kacau. 'Kenapa bisa terbakar sehebat ini? Padahal sistem keamanan pabrik sangat canggih sekali! Ku rasa ada yang tidak beres!' batin Ling Yue. "Chen Li! Suruh departement IT untuk mengirimkan rekaman CCTV pabrik sebelum terjadi kebakaran sekarang juga!" perintah Ling Yue tergesa. 'Awas saja jika hal ini bukan kecelakaan biasa! Siapa pun itu, aku pasti akan melenyapkan-nya!' Ling Yue mengepalkan tangannya dengan kencang. Dia sepertinya sangat marah sekali. Tak lama kemudian, Ling Yue tampak menghubungi seseorang. "Hallo Tuan Lin," ucapannya terpotong. "Sekarang juga kau kirimkan semua tim medis yang ada untuk membantu para pekerja yang terluka!" perintah Ling Yue
Cia Li spontan membalikkan badannya menghadap Ling Hao. Ini pertama kalinya dia bertemu langsung dengan pemilik kekuasaan tertinggi perusahaan Ling yang sangat terkenal itu. Selama ini dia hanya mendengar cerita dari gurunya saja. Chen Li juga segera beranjak dari tempat duduknya. Dia berdiri di sebelah Cia Li. "Ayo kita berikan hormat pada tuan Ling besar!" bisik Chen Li. "Hu'um!" dehemnya mengerti. "Selamat datang Tuan Ling." mereka menyapanya sambil membungkuk hormat. "Apa Ling Yue ada di ruangannya?" tanya Ling Hao kemudian. "Iya, ada Tuan." jawab Chen Li. "Kita ke sana sekarang!" perintah Ling Hao pada sekretarisnya. "Baik Tuan." sekretarisnya mengangguk patuh, lalu kemudian mereka pergi menuju ruangan Ling Yue. "Hah, Menakutkan sekali!" Chen Li membuang nafas lega. "Tuan Ling Hao ternyata mirip sekali dengan Ling Yue," ucap Cia Li tanpa sadar. "Tentu saja mereka mirip, namanya juga anak dan ayah," sahut Chen Li. "Haiya, sepertinya aku harus segera kembali ke ruangan k
Suasana pun menjadi canggung. "Kalian mau pesan berapa porsi roti kukusnya?" tanya sang pelayan. "Kami pesan 4 porsi." Ling Yue tersenyum gugup. Ntah kenapa kejadian barusan membuat jantungnya berdegup kencang. 'Kenapa dia pesan roti kukus? Bukannya dia tidak suka ya?' pikir Cia Li heran. "Baik, apa ada tambahan lain?" tanyanya memastikan. "Aku mau Gyoza dan La Ji Zi, masing-masing 2 porsi yah!" pinta gadis di sebelah Ling Yue. "Aku mau Zhajiang Mian dan Dimsum masing-masing juga 2 porsi," timpa Jiao Ling kemudian. "Baik, sudah saya catat. Apa ada tambahan lain lagi?" tanya pelayan itu memastikan. "Aku mau beberapa kaleng soda." "Tidak boleh! Nanti perut mu bisa sakit," larang Ling Yue dengan tegas. "Kalau begitu, 1 kaleng saja boleh ya?" tawarnya penuh harap. "Yu Mei, jangan membantah." Ling Yue menatapnya tajam. "Baik lah, aku tidak jadi pesan." Yu Mei langsung cemberut. 'Mereka sepertinya sengaja pamer kemesraan!' ntah kenapa, mood Cia Li langsung berubah buruk ketika m
Seorang wanita cantik baru saja keluar dari pintu kedatangan internasional bandar udara Pudong, Shanghai. Hidung mancung, mata indah, dan bibir yang merah berisi. Kulitnya juga putih dan tinggi semampai. Dia adalah Ling Xia, anak sulung keluarga Ling, yang tidak lain adalah kakak perempuan Ling Yue. "Selamat datang Nona Ling. Saya akan mengantarkan anda pulang ke mansion Suzhou." seorang pengawal datang menghampiri-nya. Ling Xia kemudian membuka kacamata hitamnya. "Apa kau orang suruhan daddy?" "Betul Nona. Saya disuruh oleh tuan Ling untuk menjemput anda ke bandara dan mengantarkan anda langsung pulang ke mansion," jawabnya penuh hormat. 'Aku malas sekali pulang ke mansion. Mereka pasti akan memaksa ku lagi untuk berkencan buta!' rutuknya dalam hati. Tapi sepertinya, dia tidak punya pilihan lain saat ini. "Hmm, baiklah." Ling Xia menghembuskan nafas panjang. Mau tidak mau, dia harus pulang terlebih dahulu ke mansion milik orang tuanya. Setelah itu, barulah dia bisa pergi ke Ap
"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi." Ling Xia hanya bisa pasrah. "Kau mau kita pergi kemana setelah ini?" tanya Wang Shu kemudian. "Terserah. Aku mengikut saja." dia lalu menopang dagunya dengan tangan. "Oke, tapi kau jangan protes atau mengeluh jika ku ajak ke tempat mana pun." "Hmm, ya," jawabnya dengan suara lemah. Selesai makan, mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Ntah kemana tujuannya, hanya Wang Shu yang tau. Perjalanan yang mereka tempuh menghabiskan waktu sekitar 30 menit lamanya. Di sinilah mereka sekarang, tepatnya di sebuah taman hiburan terbesar yang ada di kota itu. Ling Xia terlihat sedikit ragu melihat tempat yang mereka kunjungi. "Ayo kita turun!" Wang Shu membuka seltbelnya lalu kemudian beralih menatap Ling Xia. Wanita itu masih berdiam diri di tempat duduknya. "Kenapa diam saja?" Wang Shu membuyarkan lamunannya. "A-aku, agak sedikit takut menaiki wahana permainan. Aku senang bisa kemari, tapi kita cukup jalan-jalan saja yah." dia punya trauma di tempat itu
Di Apartemen Ling Xia_____"Hah, lelahnya!" Ling Xia merebahkan dirinya ke atas kasur.'Tapi, dia lumayan juga. Aku cukup nyaman dengannya. Aku akan berusaha membuka hati. Kali ini pilihan mama tidak terlalu buruk,' batinnya sambil tersenyum senang."Aku punya ide!" Ling Xia langsung terdiam."Aku akan menghasut mama untuk mencarikan Ling Yue seorang pacar! Dia enak sekali bisa hidup bebas, sedangkan aku terus-terusan dipaksa untuk berkembang!" gerutunya kesal.Dia merasa orang tua mereka tidak adil terhadapnya. Padahal jarak usia mereka juga tidak terlalu jauh, hanya selisih 2 tahun. Adiknya itu harusnya juga sudah serius memikirkan soal pernikahan."Hahaha! Lihat saja, kau akan sama menderitanya seperti ku adik kecil!" tawa jahatnya menggelegar sampai ke sudut ruangan.Ling Xia benar-benar seorang kakak yang menyebalkan!Sementara itu, di Apartemen Ling Yue.."Kenapa telingaku tiba-tiba berdenging? Apa ada seseorang yang membicarakan hal buruk tentang ku?" Ling Yue yang sedang foku
Mereka semua akhirnya pergi menuju kediaman sang Presdir. Se-sampainya di sana, mereka disambut oleh berbagai jenis hidangan makanan yang lezat. Mata mereka berbinar melihatnya. "Silahkan duduk semuanya!" ujar Ling Yue menginstrupsi. Ini adalah moment yang sangat langka. Kapan lagi mereka bisa makan satu meja dengan sang Presdir. "Baik, terimakasih Presdir." Mereka lalu mengambil posisi duduk masing-masing. Namun, tak ada satu orang pun yang berani mengambil tempat duduk di samping Ling Yue. Dengan terapksa Cia Li yang akhirnya duduk di sana. "Semua makanan sudah saya hidangkan, saya ke belakang dulu," pamit Cheng Suo setelah memastikan pekerjaannya selesai. "Makanlah bersama kami Paman Cheng Suo," sergah Ling Yue tiba-tiba. Cheng Suo yang hendak melangkah pergi, langsung membalikkan badannya tak percaya. Begitu pula dengan semua orang yang ada di sana. "Aah, tidak usah Presdir. Saya makan di belakang saja." dia cukup tau diri. Tidak mungkin baginya untuk makan satu meja denga
Ming Hao baru saja sampai di tempat penginapan-nya. Di sana ternyata sudah ada Gu Fan yang menunggu kedatangan-nya. Gu Fan adalah ketua tim mereka. "Ming Hao, apa kau sudah mendapatkan tanda tangannya?" tanya Gu Fan seraya berjalan menghampirinya. "Sudah Ketua. Kapan kita akan berangkat?" Ming Hao merasa antusias karena ini pertama kalinya ia pergi ke tempat itu. "Kata pak Feng Zao, kita bisa berangkat lusa. Kau bersiap-siap lah dan jaga kesehatan." "Baik Ketua." Ming Hao lalu menyerahkan berkas perizinan itu pada Gu Fan. Tugasnya sudah selesai untuk hari ini. Dia ingin istirahat sebentar ke kamarnya. _____ Hari ini Ling Xia sengaja datang ke kantor adiknya untuk menyampaikan sebuah berita gembira. Dia dan mamanya sudah mengatur rencana kencan buta untuk sang adik. 'Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya!' Ling Xia senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dia memang kakak yang jahat. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Ling Yue, semua mata tertuju padanya. Nona bes