Share

Chapter 7 - Bohay si Biang Keladi

Di dalam kamar Rose merasa kecewa, karena pangerannya tidak mengijinkan ia bertemu mama, Rose pikir mama yang disebut Bara ada mamanya sehingga ia begitu antusias ingin bertemu.

"Aku merindukan Mama, mengapa Pangeran tidak memperbolehkanku untuk bertemu? Jika aku memaksa, sama saja aku melanggar perintah dari Pangeran, aku tidak ingin melakukan itu," lirihnya, ada satu tetes air mata yang jatuh dari matanya. Rose masih saja menganggap Bara sebagai pangeran putra mahkota. 

"Baiklah, mungkin belum waktunya." Rose menghapus jejak air mata itu dan mencoba memahami serta menghibur diri. Ia melirik ke belakang melihat kunci yang tergelatak di sana.

Bibirnya kembali tersenyum, penuh semangat tangannya meraih kunci itu, menatapnya sebentar dengan binar, setidaknya ada sesuatu yang membuat kesepiannya hilang. 

"Mari kita bebaskan Paman Tikus!" 

***

Berjalan sambil terus berpikir mengenai kejadian hari ini dan Rose, ingatannya terus dibawa untuk mencari mantra--yang katanya ia ucapkan.

"Mantra apa, ya?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Bella yang berdiri di depan pintu kamarnya terus memperhatikan anaknya yang berjalan dengan tatapan kosong. Benar saja, sampai-sampai anak kesayangannya yang tampan itu, melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.

Bella menggeleng, lalu memanggil Bara. "Gantengnya Mama!" Tidak ada sahutan bahkan respon untuk berhenti pun tidak.

"Kesambet apa, tuh, anak," monolognya. "Bara Pangeran Adhinatha!" panggil Bella sekali lagi.

Barulah saat itu ia mendengar seseorang memanggil nama lengkapnya, Bara berhenti di ambang pintu. Mencari keberadaan orang yang memanggilnya ke samping kanan dan kiri, namun tidak ditemui, dirinya seperti orang linglung menggaruk-garuk kepalanya tanpa sadar.

"Mama di belakang kamu, Ganteng."

"Astaghfirullahalazim!" Bara terjingkat kaget mendapati Bella sudah berdiri tepat di belakangnya dengan kedua tangan yang bertengger di atas pinggang.

Ia meremas dadanya yang berdebar kencang. "Mama ngagetin aja," keluhnya.

"Ngagetin gimana? Mama, kan, udah manggil kamu dari tadi," sahut Bella tak terima.

Bara meringis, gadis itu benar-benar membuatnya tidak berkonsentrasi.

"Bar!" Kini sebuah tepukan berat mendarat di bahunya.

"Aaaa!" Lagi, Bara kembali terjingkat, terkejut melihat sosok makhluk besar yang menepuk pundaknya, tak tanggung ia bersembunyi di belakang sang mama yang sempat kaget mendengar teriakannya.

"Lebay banget, sih," sinis Bohay tidak terima karena Bara melihatnya seakan melihat hantu.

"Iya, nih, anak dari tadi aneh." Bella ikut mencibir Bara seraya meliriknya sekilas.

"Astaghfirullah." Entah sudah berapa kali ia beristighfar hari ini, tangannya kembali meremas dadanya yang berdetak di luar batas normal. 

Gara-gara gadis itu gue jadi parnoan! umpat Bara dalam hati menyalahkan Rose sebagai penyebab semua ini.

"Aaaaaakh!" 

Bisma yang tengah beristirahat sambil menikmati kopi bersama tiga orang yang membantu keluarganya pindahan rumah, tersentak sangat kaget. Sampai-sampai Bisma yang tengah menyeruput kopinya tersedak hingga terbatuk-batuk. Bukan hanya itu, burung-burung yang berada di pepohonan dalam hutan yang terletak di samping kiri rumah bara, serentak kelimpungan. 

Suara pekikan membahana itu ternyata milik Bara. Ia merutuki kebodohannya karena tidak fokus mengangkat meja sehingga jempol kakinya yang tidak dilindungi apapun baik sepatu maupun kaos kaki tertiban kaki meja, sedikit mengeluarkan darah sampai membengkak.

Buru-buru Bella dan Rico memapah Bara menuju pinggir kasur milik Bella, dan mendudukkan Bara di sana. Setelah itu Bella langsung berjalan mendekati nakas untuk mengambil kotak P3K.

"Allahuakbar, Ganteeeng! Apa, sih, yang kamu pikirin? Sampe nggak fokus gini." Bella meringis melihat luka di jempol Bara, ia tidak habis pikir dengan anaknya itu, hanya disuruh angkat sedikit beban sudah seceroboh ini.

"Iya, nih, si Bar Bar, pantesan aja cintanya ditolak terus sama cewek," timpal Rico ikut menyalahkan Bara.

"Cewek?" Bella membeo, tangannya yang tengah mengangkat kaki Bara untuk diobati dibiarkan melayang. "Cewek siapa?" tanya Bella penasaran.

Sempurna sudah penderitaannya hari ini. Pindah rumah dan menempati kamar menyeramkan, menemukan cermin lalu keluar gadis ajaib yang misterius, ditambah gadis itu menyebutnya sebagai penolong yang telah mengucapkan mantra sehingga ia bisa bebas dari cermin, memikirkan banyak hal yang belum ditanyakan mengenai gadis itu hingga ia paranoid, dan berakhir dengan kakinya yang tertiban meja. Tidak berhenti sampai di situ, si Bohay hampir menyebut nama Lily.

Hampir, tapi Bara tahu, mamanya yang notabene tidak menyukai Lily dan sudah tahu bahwa anaknya itu sangat menyukai Lily, pasti akan mudah menebak siapa 'cewek' yang dimaksud Rico.

"Maksudnya Lily?"

Terbukti! Baru saja Bara berpikir tentang hal itu. Dan dari nada bicara mamanya sudah jelas terselip ketidaksukaan di sana.

Mata Bella mendelik kesal, sudah dari jauh-jauh hari ia melarang Bara untuk tidak mendekati Lily lagi, tapi ternyata anaknya itu tidak bisa dilarang. Dengan sisa kekesalannya ia melempar kaki kanan Bara begitu saja, tanpa peduli bagaimana rasa sakitnya.

"Aaaaaakh!" Bara merasakan nyeri yang begitu hebat di jempolnya, ia sampai mengorbankan bahu Rico untuk digigitnya sebab saking sakitnya.

"Aduuuh! Gila, lo, Bar!" Rico ikut memekik protes akibat merasakan sakit di bahunya.

Dalam hati di tengah rasa sakitnya, Bara merasa senang, dengan begitu impas, bukan? Ia hampir terkena marah, dan sebagai gantinya Rico juga mendapatkan rasa sakit sebagai imbalan untuk lidahnya yang begitu lentur hingga tidak bisa menjaga ucapannya sendiri.

Tersadar, Bella terbelalak bersama rasa bersalah. Ia lupa jika kaki anaknya itu tengah terluka, gara-gara rasa kesalnya.

"Astaghfirullah, ampun Ya Allah, Mama lupa kalo kaki kamu abis ketiban meja. Kamu, sih, bikin Mama kesel." Dengan cekatan Bella kembali menarik kaki Bara dan mulai mengobatinya.

Mendapati Mamanya sudah kembali melunak, Bara merasa lega dan melepaskan Rico dengan umpatan-umpatan berbisiknya sebagai pertanda bahwa ia tidak terima bahunya digigit begitu saja.

"Tapi jangan harap Mama lupa tentang ucapan Rico tadi," lanjutnya sebagai ancaman ditengah aktivitas mengobati Bara.

Glek!

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status