Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.
“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”
Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”
Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?”
Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.
“Bagaimana?”
“Lo ikut proses negosiasi?”
Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya dirinya ikut serta dalam proses negosiasi, melihat Azka yang berpikir membuat Fabian menatap Brian dan hanya mengangkat bahu.
“Gue ikut dengan syarat Rena pindah tugas menjadi asisten gue.”
“Lo gila dia lulusan ekonomi bagaimana bisa menjadi asisten lo?” Fabian menatap tajam pada Azka yang sekali lagi tampak tidak peduli.
“Lo suka sama dia?” tembak Brian langsung membuat Azka terdiam “akhirnya ada juga yang lo sukai.”
Azka menatap datar dan berusaha menulikan telinganya mendengar perkataan dari Brian, entah kenapa satu sudut hatinya merasa tidak sabar dengan kehadiran Rena dihidupnya hanya saja sebelum memutuskan akan menyembuhkan dirinya terlebih dahulu.
“Keputusan ada di lo gimana enaknya,” ucap Azka tanpa menatap Fabian “gue ikut kalau lo biarin Rena jadi asisten gue.”
“Lo lamar dia sekalian daripada hanya sebagai asisten.”
Azka mengalihkan pandangan ke Fabian dengan memberikan tatapan tajam “gue pengen kenal dia dulu baru memutuskan daripada lo nggak ada nyali buat dekatin Bella.”
“Gue kabarin nanti.”
Fabian keluar dari ruangan Azka dengan tatapan kesal, permintaan yang sangat tidak masuk akal. Azka sendiri menyadari jika permintaannya tersebut sangat tidak masuk akal sama sekali karena tidak mungkin Rena bisa mengikuti kerjanya, menyesali permintaannya dan ingin mengubah dengan menghubungi Fabian tapi seketika dihentikan karena ingin melihat bagaimana reaksi dari Rena nantinya.
“Lo suka sama dia?”
Azka menatap malas pada Brian “memang kenapa?”
“Bagus kalau lo suka sama cewek tapi lo tahu dia gimana?”
Azka mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Brian “dia memang tegas jika masalah uang hanya saja beberapa kali melihat dia keluar dari mobil mewah.”
“Kendaraan online kali lo kalau buat gosip atau berita dipikir jangan asal nyeblak begitu.”
“Lo tertarik sama dia pas acara makan malam?” Azka hanya diam mendengar pertanyaan Brian “nggak asyik banget sih.”
Menatap hasil kerjanya yang tinggal sedikit membuat Azka memutuskan untuk istirahat dengan kembali ke apartemen, bisa saja langsung pulang ke rumah karena Azka sudah berjanji pada keluarga Rena akan membawa orang tuanya datang melamar hanya saja entah mengapa Azka tidak bisa mengatakan pada mereka setelah bertemu dengan kakek dan neneknya tadi.
Mengarahkan kendaraannya ke apartemen dan tidak tahu apakah Josh ada disana atau tidak, satu sudut hatinya berharap tidak datang karena ingin menghabiskan waktu seorang diri memikirkan semuanya. Langkah Azka terhenti saat melihat Endi dan juga Via berada di dalam apartemennya dengan Josh yang duduk diantara mereka berdua, menatap sekitar tidak menemukan Bima dimana artinya hanya ada mereka.
“Ayah kamu perjalanan paling bentar lagi sampai.”
Azka memilih masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, pintu terbuka menampilkan Josh yang menatap dirinya penuh gairah. Azka mendorong Josh keluar dari kamar mandi dengan sedikit keras tapi tidak berakibat apapun pada pria tersebut, membuat Azka mau tidak mau menatap tajam pada pria yang ada dihadapannya.
“Jangan berbuat macam-macam kalau nggak mau mendapatkan masalah dengan bunda dan ayah,” ucap Azka dengan nada rendahnya.
“Mereka ada apa datang kesini?”
Azka mengangkat bahu “lebih baik kamu keluar sebelum bunda curiga.”
Azka menatap Josh yang tampak kesal karena tidak bisa melakukan apa yang diinginkan, melihat itu semua membuat Azka hanya bisa menggelengkan kepalanya. Josh terkadang atau sering tidak bisa mengendalikan dirinya saat menginginkan sesuatu dan itu membuat Azka harus bisa menghentikan keinginannya tersebut dengan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan hubungan intim.
Bima sudah berada di meja makan membuat Azka melangkah ke arah mereka semua dan saat menatap sekitar tidak menemukan keberadaan Josh, memilih tidak ambil pusing dengan keberadaan Josh dengan mencoba fokus akan kehadiran keluarganya di apartemen. Azka bisa menebak apa yang akan mereka bicarakan setelah ini dimana pastinya sudah mendapatkan kabar dari oma tercinta mengenai keinginan dirinya untuk melamar Rena.
“Siapa wanita itu?” Azka menatap Via bingung “wanita atau perempuan yang mau kamu lamar.”
Mengangguk paham “salah satu karyawan di perusahaan.”
“Buah nggak jatuh dari pohonnya,” ucap Bima yang mendapatkan cubitan ringan di lengan “sakit bunda,” rajuk Bima membuat Azka dan Endi memutar bola matanya malas.
“Kapan mau melamar?”
“Azka bilang besok ya sekalian bunda sama ayah masih ada disini.”
“Besok.”
Azka sampai menutup telinganya mendengar teriakan Bima dan Via bersamaan, mengangguk santai dengan teriakan itu. Beberapa detik kemudian suasana menjadi heboh dimana Via langsung mengambil ponsel menghubungi beberapa orang salah satunya adalah Tina dan juga Tania. Azka sendiri hanya menggelengkan kepala melihat apa yang ada dihadapannya kali ini, memilih kembali fokus pada makanan yang ada dihadapannya kali ini tanpa peduli akan apa yang mereka lakukan.
“Jam berapa kamu akan kesana?” Azka mengangkat bahu “maksud kamu apa mengangkat bahu?”
“Aku nggak tanya dan bilang jam berapa karena tadi hanya bilang kalau ajak orang tua untuk melamar,” jawaban santai Azka membuat Via membelalakkan matanya.
“Kamu tanya bisa jam berapa mereka,” ucap Bima meleraikan perdebatan tidak tentu ini.
Mengangguk dengan mengambil piring kotornya dan diletakkan ke tempat cuci piring, Azka tahu jika Via yang akan mencucinya makanya langsung dibersihkan sebelum masuk ke dalam kamar menghubungi Rena. Azka sendiri tidak tahu apa yang diperbuatnya ini memang baik atau tidak karena semua berjalan sebagaimana mestinya, perkataan Wijaya dan Tania akan Azka lakukan jika memang waktunya sesuai.
Mengirim pesan pada Rena mengenai rencana mereka nantinya dan tidak lupa mengirim pesan pada Josh menanyakan keberadaan pria tersebut yang secara tiba-tiba menghilang. Cukup lama Azka menunggu balasan Rena dengan menghabiskan waktunya bersama Endi membahas mengenai kedekatannya dengan adik sepupunya yang masih duduk di bangku sekolah.
“Memang nggak ada cewek lain apa?”
“Gue udah jatuh cinta sama dia.”
Azka memutar bola matanya malas mendengar jawaban Endi yang selalu sama “memang kalau kita cinta sama orang itu bakal berdetak kencang jantungnya?”
“Lebih tepatnya saat kita berada dekat dengan orang yang kita cintai dimana kita merasa bahwa dia bisa mengisi segala kekurangan kita, ini termasuk salah satu hal yang tidak bisa dilupakan bagi orang yang mencari cinta sejati bukan hanya berdasarkan debaran jantung.”
Azka hanya diam mendengar perkataan Endi dan saat mengalihkan pandangan dimana Via langsung masuk ke dalam kamarnya membuat Azka mengikuti dari belakang, pandangan yang Azka lihat adalah Via menatap pakaiannya lalu mengeluarkan kemeja dan juga celana membuat Azka hanya menggelengkan kepala.“Bunda kalau nanti Endi nikah juga begini?”“Tentu secara waktu Billy menikah dulu juga sama sibuknya.”“Billy menikah bunda nggak ngapa-ngapin baru bergerak setelah Kak Zee melahirkan.”“Gimana mau gerak kalau ibunya orang gila macam itu,” jawab Via dengan kesal “bunda penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kamu seperti sekarang atau tepatnya langsung mengajak menikah tanpa pacaran.”“Nanti juga tahu sendiri.”“Jadinya jam berapa?” suara Bima membuat mereka mengalihkan pandangan.Azka membuka ponselnya yang ternyata sudah mendapatkan jawaban dari Rena tenta
Kedatangan mereka membuat keluarga Rena terkejut karena dikira oleh mereka hanya orang tua Azka tapi keluarga besarnya ikut serta, kedua orang tua Rena tidak menyangka keluarga Azka adalah orang yang tidak bisa dianggap sebelah mata dan semua orang tahu mengenai perusahaan H&D Group.“Jangan memandang saya seperti itu karena saya sama seperti kalian semua,” Wijaya membuka suara saat melihat mereka semua gugup “saya disini sebagai opa dari Azka dan ini Tania yang tidak lain adalah istri saya, kedatangan kami disini hanya menemani cucu saja dan melihat bagaimana wanita yang disukainya.”“Tetap saja saya merasa terhormat karena tiba-tiba kedatangan orang penting seperti anda semua,” ucap Rendi dengan tersenyum kaku “berarti mau tidak mau kami harus menerima lamaran ini?” goda Rendi membuat semua tertawa.“Anda bisa menolak kalau merasa Azka tidak cocok dengan Rena,” sahut Wijaya “tidak akan mempe
Acara lamaran berjalan lancar dan Azka tidak menyangka jika opa dan omanya mendukung apa yang dilakukan dengan tetap datang ke rumah Rena, acara lamaran kemarin tidak diketahui siapa pun bahkan sahabatnya Brian dan kekasihnya Josh.“Permisi,” ucap Rena membuka pintu membuat semua yang ada di studio menatap ke arahnya.Azka beranjak dari tempatnya dan meminta Rena untuk ikut dengan dia ke dalam ruangannya, ruangan yang ada disamping studio.“Saya kesini hanya ingin membayar uang kemarin,” ucap Rena saat mereka sudah ada didalam.“Kenapa tidak kirim pesan?”“Saya sudah kirim pesan dan sepertinya anda sangat sibuk karena banyak yang ingin dibuatkan lagu.”“Berhenti bersikap formal denganku,” ucap Azka tegas dengan tatapan datar.“Saya harus bersikap formal jika berada di kantor, jadi apakah bisa memberitahukan nomer rekening untuk pembayaran?”Azka menghembusk
Perbuatan Azka pada Rena memberikan dampak luar biasa padanya dimana saat ini ingin melampiaskan hasratnya, tidak mungkin Azka melakukan pada Rena karena mereka belum memiliki hubungan resmi dan satu – satunya yang bisa melakukannya adalah Josh. Selama sisa pekerjaannya bayangan Rena tidak bisa lepas dari dirinya, bibir lembut Rena yang diciumnya memberikan candu tersendiri.“Belum kelar?” suara Fabian membuat Azka menatap kearahnya dengan ekspresi kesal “wait kenapa lo?”“Ganggu aja.”Fabian mengangkat alisnya “dari tadi lo cuman mandang monitor dengan tatapan kosong terus bilang ganggu, darimananya?”“Ada perlu apa?” Azka mengalihkan pembicaraan.“Gue mau ketemu mereka besok kira-kira lo bisa?”“Boleh, atur aja.”“Kerjaan belum kelar?”“Sedikit lagi, kenapa?”“Mau gue ajak ke suatu tempat.”
Tidak menghiraukan tatapan Brian dimana Azka langsung beranjak dari tempatnya setelah memastikan semua tersimpan dengan aman, mematikan semua perangkat yang digunakan sebelum benar-benar meninggalkan ruangan ini.“Kamu akan kencan? Sama siapa?” tanya Brian membuat Azka memandang sekilas dan memberikan senyuman misterius “Woi....aku tanya ini.”Azka berjalan santai keluar dari ruangannya menuju tempat parkir mobilnya berada, langkah Azka terhenti saat melihat mobil seseorang yang dikenalinya. Mencoba untuk tidak melihat kedatangan orang tersebut dengan berjalan cepat menuju mobilnya, tapi sayangnya tidak semudah itu saat mobil itu berhenti tepat disampingnya.“Masuk.”“Bawa mobil sendiri.”“Aish....kamu tu nurun sapa sih? Kita kembar tapi nggak satupun mirip.”Azka menatap kembarannya Dona kesal “Ngapaian datang kesini?”“Masuk dulu.”Menghembusk
“Keluarga kamu menyenangkan.” Rena membuka suara saat mereka berada di taman belakang rumah orang tuanya.Setelah mereka makan malam semua memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, Rena sendiri sudah meminta ijin dengan bantuan Azka juga Dona. Setidaknya kembarannya satu itu bisa diandalkan disaat seperti ini, menatap Rena yang masih memandang lurus ke langit membuat Azka mendekat dan menarik pinggang Rena. Mengalihkan pandangan dengan menatap Azka lembut, tangan Azka membelai pipi Rena perlahan membuat jarak mereka semakin dekat sampai akhirnya Azka mencium bibir Rena lembut.Jantung Azka berdetak kencang saat mereka berciuman, hal yang tidak pernah dirasakan dulu saat bersama dengan wanita. Rena bisa membuat Azka secara perlahan berubah, mencoba lebih dalam dengan melumat bibirnya kasar, menarik pinggang Rena mendekat membuat Azka dapat merasakan miliknya sudah mulai berdiri. Tangan Rena melingkar di leher Azka membuat ciuman mereka semakin dalam, hi
Menatap Rena yang duduk disampingnya dengan menggunakan pakaian Dona, tersenyum kecil setelah apa yang mereka lakukan semalam. Tidur dengan memeluk wanita adalah hal pertama yang dialaminya dan tidur Azka sangat nyenyak tidak seperti biasanya, Azka sangat yakin wajahnya saat ini sangat bersinar setelah apa yang terjadi pada mereka semalam.“Kamu senang banget, Mas?” Azka masih tersenyum kecil mendengar pertanyaan Rena “Mas, kenapa sih?”“Masih ingat kejadian semalam.” Azka menjawab santai dan saat melihat ekspresi wajah Rena yang memerah.Kendaraan Azka berhenti tepat di tempat parkir yang membuat pembicaraan terhenti dan membuat Azka bisa menatap wajah Rena dengan bebas, mendekatkan diri pada Rena dengan membelai pipinya perlahan. Bibir Rena yang terbuka dengan matanya tertutup membuat Azka tidak tahan begitu saja, mendekatkan dirinya pada Rena dengan mencium bibirnya lembut sebelum mereka keluar mobil.“Sebagai
Hembusan nafas panjang dilakukan Azka setelah pertemuan dengan mereka bertiga bersama manager lama dan juga pemilik agency lama tempat mereka bersama, dalam satu kali lihat Azka dapat melihat bagaimana mereka sangat lembut, baik hati, dan satu kali tidak ada rasa iri satu dengan yang lain. Simbol kekeluargaan mereka sangat erat, sama seperti yang Azka baca di media tentang mereka bertiga tapi entah dengan tiga yang lain.“Bagaimana?” suara Fabian membuyarkan lamunannya.“Gue mau mereka bertiga, meskipun sebenarnya satu saja cukup tapi dengan adanya mereka bertiga yang memiliki fans masing-masing malah lebih menghasilkan banyak keuntungan ditambah mereka juga bisa menulis lagu.”Fabian mengangguk setuju “Kalau nggak salah yang kerjasama dengan mereka lama mau ikut serta terlibat dalam pembuatan album.”Azka membelalakkan matanya “Mereka saja belum pasti masuk loh.”“Ya, tapi banyak orang-orang ba