Share

Y7

Suasana langsung sunyi setelah Fabian mengeluarkan kata-kata demikian, Azka sendiri masih fokus pada monitor dihadapannya. Tidak peduli dengan perkataan dari Fabian yang membuatnya kesal sendiri, Brian sendiri menatap Fabian yang tampak menahan kesal membuatnya hanya menggelengkan kepala.

“Lebih baik lo ambil sisanya biar niat lo itu nggak kebaca sama orang lain,” ucap Azka tanpa melepaskan tatapannya pada monitor “gue dengar mereka orang-orang berbakat jadi gue mau lihat sejauh mana mereka.”

Fabian menatap tidak percaya mendengar perkataan Azka “maksud lo apaan niat gue ke baca?”

Azka melirik sekilas “tertarik pada Bella bukan?” 

Fabian menatap tajam pada Brian yang langsung berpura-pura sibuk dengan monitor yang ada dihadapannya.

“Bagaimana?”

“Lo ikut proses negosiasi?”

Azka terdiam mendengar pertanyaan Fabian seakan berpikir mengenai apa untung dan ruginya dirinya ikut serta dalam proses negosiasi, melihat Azka yang berpikir membuat Fabian menatap Brian dan hanya mengangkat bahu.

“Gue ikut dengan syarat Rena pindah tugas menjadi asisten gue.”

“Lo gila dia lulusan ekonomi bagaimana bisa menjadi asisten lo?” Fabian menatap tajam pada Azka yang sekali lagi tampak tidak peduli.

“Lo suka sama dia?” tembak Brian langsung membuat Azka terdiam “akhirnya ada juga yang lo sukai.”

Azka menatap datar dan berusaha menulikan telinganya mendengar perkataan dari Brian, entah kenapa satu sudut hatinya merasa tidak sabar dengan kehadiran Rena dihidupnya hanya saja sebelum memutuskan akan menyembuhkan dirinya terlebih dahulu.

“Keputusan ada di lo gimana enaknya,” ucap Azka tanpa menatap Fabian “gue ikut kalau lo biarin Rena jadi asisten gue.”

“Lo lamar dia sekalian daripada hanya sebagai asisten.”

Azka mengalihkan pandangan ke Fabian dengan memberikan tatapan tajam “gue pengen kenal dia dulu baru memutuskan daripada lo nggak ada nyali buat dekatin Bella.”

“Gue kabarin nanti.”

Fabian keluar dari ruangan Azka dengan tatapan kesal, permintaan yang sangat tidak masuk akal. Azka sendiri menyadari jika permintaannya tersebut sangat tidak masuk akal sama sekali karena tidak mungkin Rena bisa mengikuti kerjanya, menyesali permintaannya dan ingin mengubah dengan menghubungi Fabian tapi seketika dihentikan karena ingin melihat bagaimana reaksi dari Rena nantinya.

“Lo suka sama dia?”

Azka menatap malas pada Brian “memang kenapa?”

“Bagus kalau lo suka sama cewek tapi lo tahu dia gimana?”

Azka mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Brian “dia memang tegas jika masalah uang hanya saja beberapa kali melihat dia keluar dari mobil mewah.”

“Kendaraan online kali lo kalau buat gosip atau berita dipikir jangan asal nyeblak begitu.”

“Lo tertarik sama dia pas acara makan malam?” Azka hanya diam mendengar pertanyaan Brian “nggak asyik banget sih.”

Menatap hasil kerjanya yang tinggal sedikit membuat Azka memutuskan untuk istirahat dengan kembali ke apartemen, bisa saja langsung pulang ke rumah karena Azka sudah berjanji pada keluarga Rena akan membawa orang tuanya datang melamar hanya saja entah mengapa Azka tidak bisa mengatakan pada mereka setelah bertemu dengan kakek dan neneknya tadi.

Mengarahkan kendaraannya ke apartemen dan tidak tahu apakah Josh ada disana atau tidak, satu sudut hatinya berharap tidak datang karena ingin menghabiskan waktu seorang diri memikirkan semuanya. Langkah Azka terhenti saat melihat Endi dan juga Via berada di dalam apartemennya dengan Josh yang duduk diantara mereka berdua, menatap sekitar tidak menemukan Bima dimana artinya hanya ada mereka.

“Ayah kamu perjalanan paling bentar lagi sampai.”

Azka memilih masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, pintu terbuka menampilkan Josh yang menatap dirinya penuh gairah. Azka mendorong Josh keluar dari kamar mandi dengan sedikit keras tapi tidak berakibat apapun pada pria tersebut, membuat Azka mau tidak mau menatap tajam pada pria yang ada dihadapannya.

“Jangan berbuat macam-macam kalau nggak mau mendapatkan masalah dengan bunda dan ayah,” ucap Azka dengan nada rendahnya.

“Mereka ada apa datang kesini?”

Azka mengangkat bahu “lebih baik kamu keluar sebelum bunda curiga.”

Azka menatap Josh yang tampak kesal karena tidak bisa melakukan apa yang diinginkan, melihat itu semua membuat Azka hanya bisa menggelengkan kepalanya. Josh terkadang atau sering tidak bisa mengendalikan dirinya saat menginginkan sesuatu dan itu membuat Azka harus bisa menghentikan keinginannya tersebut dengan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan hubungan intim.

Bima sudah berada di meja makan membuat Azka melangkah ke arah mereka semua dan saat menatap sekitar tidak menemukan keberadaan Josh, memilih tidak ambil pusing dengan keberadaan Josh dengan mencoba fokus akan kehadiran keluarganya di apartemen. Azka bisa menebak apa yang akan mereka bicarakan setelah ini dimana pastinya sudah mendapatkan kabar dari oma tercinta mengenai keinginan dirinya untuk melamar Rena.

“Siapa wanita itu?” Azka menatap Via bingung “wanita atau perempuan yang mau kamu lamar.”

Mengangguk paham “salah satu karyawan di perusahaan.”

“Buah nggak jatuh dari pohonnya,” ucap Bima yang mendapatkan cubitan ringan di lengan “sakit bunda,” rajuk Bima membuat Azka dan Endi memutar bola matanya malas.

“Kapan mau melamar?”

“Azka bilang besok ya sekalian bunda sama ayah masih ada disini.”

“Besok.”

Azka sampai menutup telinganya mendengar teriakan Bima dan Via bersamaan, mengangguk santai dengan teriakan itu. Beberapa detik kemudian suasana menjadi heboh dimana Via langsung mengambil ponsel menghubungi beberapa orang salah satunya adalah Tina dan juga Tania. Azka sendiri hanya menggelengkan kepala melihat apa yang ada dihadapannya kali ini, memilih kembali fokus pada makanan yang ada dihadapannya kali ini tanpa peduli akan apa yang mereka lakukan.

“Jam berapa kamu akan kesana?” Azka mengangkat bahu “maksud kamu apa mengangkat bahu?”

“Aku nggak tanya dan bilang jam berapa karena tadi hanya bilang kalau ajak orang tua untuk melamar,” jawaban santai Azka membuat Via membelalakkan matanya.

“Kamu tanya bisa jam berapa mereka,” ucap Bima meleraikan perdebatan tidak tentu ini.

Mengangguk dengan mengambil piring kotornya dan diletakkan ke tempat cuci piring, Azka tahu jika Via yang akan mencucinya makanya langsung dibersihkan sebelum masuk ke dalam kamar menghubungi Rena. Azka sendiri tidak tahu apa yang diperbuatnya ini memang baik atau tidak karena semua berjalan sebagaimana mestinya, perkataan Wijaya dan Tania akan Azka lakukan jika memang waktunya sesuai.

Mengirim pesan pada Rena mengenai rencana mereka nantinya dan tidak lupa mengirim pesan pada Josh menanyakan keberadaan pria tersebut yang secara tiba-tiba menghilang. Cukup lama Azka menunggu balasan Rena dengan menghabiskan waktunya bersama Endi membahas mengenai kedekatannya dengan adik sepupunya yang masih duduk di bangku sekolah.

“Memang nggak ada cewek lain apa?”

“Gue udah jatuh cinta sama dia.”

Azka memutar bola matanya malas mendengar jawaban Endi yang selalu sama “memang kalau kita cinta sama orang itu bakal berdetak kencang jantungnya?”

“Lebih tepatnya saat kita berada dekat dengan orang yang kita cintai dimana kita merasa bahwa dia bisa mengisi segala kekurangan kita, ini termasuk salah satu hal yang tidak bisa dilupakan bagi orang yang mencari cinta sejati bukan hanya berdasarkan debaran jantung.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status