Share

Y6

Perkataan Azka secara tiba-tiba membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain, sedangkan Azka sendiri tidak menyadari kata-kata yang keluar dari bibirnya tersebut. Menatap mereka berdua yang hanya diam membisu setelah perkataannya membuat Azka bingung dan mencoba mengingat apa yang dikatakannya.

“Kamu mencintai wanita itu?”

Azka menatap bingung dengan pertanyaan Wijaya “apa perlu cinta kalau kebahagiaan bunda adalah yang utama?”

“Opa tidak akan melamarkan wanita ini buat kamu jika itu tujuan kamu.”

Azka membelalakkan matanya mendengar perkataan Wijaya “tapi Azka bilang besok akan bawa keluarga untuk melamar dia.”

“Opa selama ini hanya tutup mulut atas apa yang kamu lakukan termasuk hubungan dengan pria itu, sebelum kamu memutuskan menikahi wanita ini lebih baik kenal terlebih dahulu perasaan kamu karena kita disini sangat menghormati para wanita.”

Azka terdiam lebih tepatnya terkejut dengan perkataan Wijaya yang mengetahui hubungan dengan Josh, tidak ada satu pun yang tahu mengenai hubungannya dengan Josh dan selama ini mereka semua menganggap jika Azka hanya belum memilih pasangan wanita yang tepat.

“Aku sudah terlanjur melamar dia depan orang tuanya,” ucap Azka sambil menunduk “masa nggak bisa menolong untuk kali ini?”

“Siapa wanita itu apa dia karyawan juga?” Azka mengangguk mendengar pertanyaan Tania “besok kita kesana biar oma ingin kenalan sama wanita yang bisa membuat kamu menjadi seperti ini, kesana bukan melamar hanya saling mengenal bagaimana keluarganya karena bagaimana pun mereka akan menjadi bagian dari kita.”

“Kalau kamu nggak mau minta orang tua kamu buat melamar dia,” ucap Wijaya tegas membuatnya mendapatkan cubitan dari Tania “sayang, sakit.”

“Oma boleh tanya?” Azka mengangguk “apa yang kamu rasakan sama dia?”

“Sejak melihat beberapa hari lalu selalu membayangkan dia termasuk memuaskan diatas ranjang.”

.

“Keturunan kamu sekali,” cibir Tania sambil memukul dada Wijaya “kita bukan nggak mau melamarkan buat kamu hanya saja kasihan dia kalau dijadikan pelampiasan, lebih baik kamu mengobati diri terlebih dahulu kalau memang serius sama dia.”

“Masalah orang tua kamu biarkan kami yang bicara sama mereka dan orang tua wanita itu nanti opa selidiki seperti apa keluarganya.”

Azka menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan mereka berdua, perusahaan yang Azka tempati saat ini adalah hasil dari perjuangan dirinya dengan Wijaya. Ceo perusahaan Azka hanya mengetahui bahwa dirinya adalah cucu dari pemilik perusahaan musik tempatnya bekerja bukan pemilik sebenarnya.

“Perusahaanmu bagaimana perkembangannya?”

“Group baru masuk beberapa minggu lalu tapi sejauh ini belum ada hasil yang memuaskan,” jawab Azka “meski banyak yang sudah menawarkan kerjasama untuk iklan dan segala macam termasuk musiknya yang diakui tapi buat aku masih ada yang kurang dimana mereka tidak berkembang dengan membuat lagu serta musik sendiri.”

“Coba group wanita atau mengambil penyanyi yang punya ciri,” usul Tania.

“Ada group yang diputuskan kontraknya oleh salah satu agency ternama dan sekarang dalam masa pendekatan.”

“Larissa anak salah satu perusahaan itu masuk didalamnya?” Azka mengangguk membenarkan perkataan Wijaya “ambil saja opa suka sama kemampuan mereka.”

“Memang dia anak siapa?” Azka menatap penasaran pada Wijaya.

“Papanya dulu anggota parlemen tapi nggak pernah aneh – aneh udah gitu pemilik produksi alat – alat kesehatan yang di pasarkan luar negeri, oma kapan itu dapat gratis dari dia waktu pertemuan terakhir.”

Menghembuskan nafas panjang dan berdiri membuat kedua pasangan senja itu menatap bingung “aku harus kembali.”

“Bertemu dia?”

Azka mengangkat bahu “entah mungkin menghabiskan waktu di studio dan hubungi Brian.”

Mencium pipi Tania sebelum beranjak meninggalkan mereka berdua, tujuan Azka memang benar ke studio karena banyak yang harus dikerjakan terutama berkaitan dengan group baru yang Brian katakan.

Suasana perusahaannya tidak mengenal waktu baik siang atau malam selalu banyak orang yang berada disana, hanya bagian tertentu yang memiliki jam kerja normal sedangkan yang lain tidak. Kedatangan Azka membuat beberapa menatap kearahnya terutama wanita dan dirinya tidak menyukai tatapan itu, meski ada beberapa karyawan yang tahu jika dirinya tidak suka tetap saja memandangnya. Azka pernah bertanya pada salah satu dari mereka dan mendapatkan jawaban yang membuatnya hanya bisa diam karena tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

“Kamu memang tampan tapi kita tahu nggak mungkin memiliki kamu karena kamu terlalu cuek dan juga dingin jadi pria bahkan terlihat kejam di beberapa kesempatan, memandang kamu itu ibarat kata mensyukuri ciptaan Tuhan.”

Masuk kedalam studio yang sepi membuat Azka menyalakan lampunya dan mulai sibuk dengan segala aktivitasnya, mengingat perkataan dari Wijaya yang harus menemukan jati dirinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melamar Rena. Hembusan nafas terdengar dari bibir Azka mengingat itu semua, tidak mungkin membuka hal itu pada orang lain dan keluarga yang tahu mengenai kelainannya hanya kakek nenek, kembarannya Dona dan juga Lucas serta Leo. Endi saja tidak tahu mengenai apa yang terjadi pada dirinya, menghembuskan nafas kembali yang berarti harus mendatangi orang ahli dalam bidangnya untuk mengobati dirinya.

“Minum dulu,” ucap Brian meletakkan minuman disamping Azka “gue lihat lo datang ya udah langsung aja beli minuman karena pastinya lo butuh minuman ini.”

“Thanks.”

“Ada masalah?”

Menggelengkan kepala “mungkin pusing mikir album group baru itu,” jawab Azka menutupi permasalahan sebenarnya “lo tahu Larissa?”

“Group cewek itu?” Azka mengangguk “beberapa udah dapat agency baru bahkan Yena sama Fransiska masuk di agency yang ada di luar karena fokus mereka adalah model terus Gracia dapat tawaran dari agency luar juga untuk lagu solo, padahal gue naksir sama Fransiska sayang dia milih agency yang menangani model.”

“Memang cantik-cantik mereka?”

Brian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto mereka berenam membuat Azka mengangguk dan menyetujui perkataan Brian bagaimana cantiknya mereka, tapi sekali lagi Azka tidak menyukai atau membuat dirinya berdebar kencang.

“Lo mau narik sisanya?”

Azka mengangkat bahu “mungkin tapi gue belum bicara sama Fabian.”

“Fabian dengar-dengar sih pendekatan sama Bella buat join tapi dia nggak mau sendiri harus sama Lily dan Larissa.”

Azka hanya diam mendengarkan perkataan Brian sambil mengerjakan musik yang ada dihadapannya, tatapan serius Azka membuat Brian melakukan hal yang sama karena mereka berdua memang memiliki deadline agar bisa menyelesaikan album secepatnya. Beberapa stok lagu sudah ada hanya tinggal menambahkan musik dan juga meminta salah satu dari mereka melakukan demo agar penyanyi bisa mengikuti entah itu nantinya ditambahkan atau dikurangi lagi.

“Memang mereka bagus?”

Brian menatap Azka dengan bingung “cewek-cewek tadi?” Azka mengangguk “bagus dan fansnya lumayan bahkan baik-baik.”

Azka mengangguk kembali dengan mengambil ponselnya membuat Brian yang menatapnya hanya bisa mengangkat bahu dan fokus pada pekerjaannya, suasana kembali hening kembali karena mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai pintu terbuka membuat Brian menatap sang sumber dimana tidak lain adalah Fabian yang menjabat sebagai CEO perusahaan dengan duduk samping Azka.

“Lo mau ambil mereka bertiga sekaligus?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status