Share

Benarkah Aku Bahagia?

Baik, katanya hanya tiga hari. Vivi waktu singkat untuk membuat kenangan indah denganku, lalu setelahnya dia akan melupakan rasa yang dia punya. Cinta semu yang bahkan tak mungkin bisa kubalas sampai kapan pun.

Pagi ini aku berniat menjemput dia. Katanya, sih, sudah diizinkan pulang dan boleh istirahat di rumah untuk pemulihan. 

Ini masih jam enam, tapi ponselku sudah penuh sama notifikasi panggilan tak terjawab, dan itu dari Vivi. Pakai nomor encingnya.

“Ya, ampun bawelnya. Dia kira aku akan jemput itu bohong? Dasar bocil nggak sabaran.”

Gegas aku meraih kunci mobil, pergi mengendarai kendaraan roda empat mogokan itu menuju rumah sakit tempat anak ingusan itu dirawat.

“Dasar. Padahal dia juga bisa naik taksi atau kendaraan lainnya. Manja banget, apa-apa harus aku yang lakukan.” 

Meski sebel, akhirnya aku tetap berangkat ke sana dan mengorbankan jadwal kerjaku. Hari ini adalah kedua kalinya aku minta izin cu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status