Dari lorong bangsal, kini seluruh anggota The Victory membanjiri pelataran taman rumah sakit. Mata mereka nyalang menatap satu persatu pasien yang seketika bangkit tak nyaman. Dihadapanku, Mr. Thomas terus berusaha menelan makanan sembari diam-diam berusaha mengendalikan keadaan sekitar. Ia berulang memanggil satu dua anggotanya agar berhenti bersikap keterlaluan.
"Kau harusnya ikut mereka ke markas, Zoe. Perjalananmu jauh, kau belum beristirahat dan kini harus menyuapiku makan."
Aku tersenyum sembari menyendokkan suapan lain, "Hidup pula adalah perjalanan jauh. Tak sewaktupun aku sempat beristirahat. Ini bukan masalah besar, Mister. Aku hanya ingin membiarkan Dario istirahat sejenak, karena kudengar ia tak sekalipun meninggalkan rumah sakit sejak kau dirawat. Lagipula, tak pantas seorang putri lelah merawat orang tuanya."
Aku berlari sepanjang koridor markas The Victory. Segala kemewahan dan kemegahan interior ruangan ini tak sedikitpun membuatku melambatkan langkah kaki. Pikiranku penuh oleh kabar yang dideringkan Sora. Ditiap langkah kaki, aku terus mengutuki diri berulang. Apa yang dialami Jack sepenuhnya adalah kesalahanku. Baru saja kami pulang berlibur, aku sudah memberikannya banyak pekerjaan. Siang malam ia duduk tegak di ruang kerja demi memenuhi apa yang kuminta. Tak khayal, jika akhirnya kabar ini sampai ditelingaku.Dengan nafas terengah, langkahku terhenti diambang pintu. Kyrene yang sedang memeriksa Jack mendadak berhenti ketika menyadari kedatanganku. "Zoe, apakah kau terbang untuk datang kemari?" tanyanya.Sora dan Dario yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing turut menoleh mengikuti arah pandang Kyrene. Mata mereka terlihat sama terkejutnya dengan kedatanganku yang tiba-tiba."Bagaimana keadaannya?" tanyaku tanpa basa-basi."Selamat so
Setelah Kyrene berhasil melacak keberadaan Dario. Aku kembali bergegas menjemputnya seorang diri. Tidak ada Sora, Kyrene, Tytan, Jack bahkan anggota die Waffe yang bergerak mengikuti. Ini pilihan yang terbaik ketika burung-burung dan daun jatuh menjadi mata telinga musuh. Semakin aku menyalak, semakin buas mereka berteriak.Sepanjang perjalanan, tanganku lihai meliuk-liukkan setir mobil diantara padat ramai kesibukan kota. Klakson terus kubunyikan keras-keras memaki sesiapa saja yang berusaha menghadang putaran kendali. Aku berhenti di persimpangan yang mengantarkan pada koordinat Dario. Beberapa anggota polisi berserakan dijalan, melambaikan tangan meminta seluruh pengendara yang lewat berbelok ke arah yang ditunjuk tangannya.Salah seorang dari mereka mengetuk kaca mobilku, "Road is close, lady. Berbeloklah ke kanan untuk jal
Seingatku, aku tertembak disaat mentari baru bersinar. Tapi entah mengapa, ruang tempatku merebah ini begitu gelap pekat. Tubuhku terbaring lemah, lengan dan kakiku begitu perih walau kuyakin luka telah terjahit sempurna. Aku mencoba merangkai kesadaran, mengingat-ingat apa yang terjadi setelah pergantian kemudi dengan Dario. Tapi nihil, aku hanya ingat tentang langit yang ku kutuki dari balik kaca jendela.Pintu berderit terbuka, sesosok bayangan hitam berjalan masuk. Entah sekutu atau musuh. Aku kembali menutup mata berpura-pura tertidur. Langkah kakinya terus mendekat. Ada jeda gerakan sebelum tangannya membelai kepalaku. Aku diam tak bergerak, mulai menghitung mundur serangan. Tiba-tiba, satu kecupan hangat mendarat di keningku."Jack?" lirihku."Nona, kau sudah sadar? Apa kau baik
Ruang pertemuan begitu memusingkan. Jenderal tertinggi The Victory berulang kali beradu argumen dengan Sora. Lihatlah, kini pipinya berdarah disobek wakizashi hanya karena salah pemilihan kata. Aku berani bertaruh nyawa, setelah pertemuan ini Sora akan menantangnya di gelanggang.Diantara semua keributan itu, aku duduk di sidut ruang menikmati pertunjukan. Sora berdiri menawan menjelaskan rencana. Disisinya, Kyrene nampak serius mengetikkan sesuatu di laptop. Pasti pelerjaan yang dibebankan Sora sangatlah banyak hingga matanya tak sekalipun melihatku.DUG! Sebilah wakizashi menancap tepat disamping kanan kepalaku. Nafasku tertahan menyaksikan bagaimana mata pisaunya hampir menyambangi pelipisku. Aku menoleh ke arah lemparan. Sora dengan air mata menggenang di pelupuk menatapku bengis, "Berani sekali kau terluka dihadapa
Diketinggian sekian meter diatas permukaan laut, aku duduk diantara bising mesin helikopter. Tubuhku sedikit menggigil ketika semburat angin dini hari berdesir. Mataku terpejam, terlalu lelah mengutuki langit. Kepalaku bersandar dibahu Jack, tangannya lembut mengenggamku menyalurkan kekuatan. Lima menit lagi, kami akan segera tiba di markas La dislav.Hari ini, Sora akan memberikanku tugas sedikit lebih berat. Ketika seluruh anggota mengepung akses keluar masuk markas dan menghimpit Matteo agar melarikan diri lewat jalur udara, bersama Jack, Dario dan balutan Shinobi Shozoko ditubuh, aku akan menjelma menjadi burung-burung malam yang bersembunyi diatara bayangan gelap sinar rembulan.Guru, malam ini aku kembali menjadi seorang Kunoichi yang kau banggakan. Bersoraklah atas namaku dari surga.
Tiba-tiba, pasukan penembak dengan komposisi penuh berlarian naik. Seluruh moncong senjata bergerak mengelilingiku. Aku hanya tersenyum, mengangkat kedua tangan dan bersimpuh. Seluruh suara di earphone berteriak mempertanyakan rencanaku. Aku hanya diam dan terus diam. Mereka seharusnya tidak lupa bahwa aku bukan orang yang bisa menerima kekalahan. Aku tidak akan kalah. Diantara hingar bingar itu, seorang lelaki dengan tuxedo hitamnya bertepuk tangan mendekat. Ia menarik penutup wajahku kasar lalu tersenyum penuh kemenangan. Batinku tertawa, tidak sekarang, Matteo, tidak sekarang. "Look!" dengan gaya elegan ia menunjukku, "Pemimpin die Waffe yang terhormat bersimpuh dihadapanku! Why, Zoe? Ini tidak seru! Kau harus bangkit dan melawanku. Bukankah kau kemari dalam misi persekutuan dengan The Victory untuk menghancurkanku? Hah! Sampai kapan kau tidak meny
Sepuluh tahun berlalu, tapi Mykonos masih semegah dulu. Kota yang disebut-sebut dengan Second Ibiza ini menyambutku dengan pelukan hangat. Diantara hingar bingarnya, aku menepi ke sudut paling romantis di Mykonos; Little Venice. Distrik ini akan memanjakan mata dengan lengkungan garis pantai, pelabuhan tua yang hening, gereja-gereja putih, warna-warna ceria galeri seni, rumah-rumah dengan balkon kayu serta cafe dan bar yang ramai dengan tawa muda-mudi."Nona." genggaman tangan Jack sedikit menahan pergerakanku, "Jangan jalan terlalu cepat. Jahitanmu masih belum kering betul."Sudut bibirku terangkat mendengar kekhawatirannya. Sudah lima menit semenjak turun di pemberhentian bus, Jack tak sedikitpun mampu mengawani langkahku yang tergesa. Aku enggan melambat. Walau setengah pincang, aku benar-benar tidak sabar untuk membuka kenangan lama
Sekali lagi, Mykonos gagal menyembunyikan keindahannya. Ano Mera, distrik terdekat dari pantai teluk parmonos ini seolah dengan sengaja menenggelamkanku dalam budaya tradisional Yunani yang megah mewah. Mobil kami melewati gereja beratap merah milik biara Pananiya turgliani, tempat koleksi ikon kereta dan font marmer dari abad XVIII bertengger. Jika tidak pekerjaan mendadak, sebelum kembali ke Asia aku akan mengajak Jack kemari. Aku ingin mengambil beberapa gambar didalamnya, lalu berjalan kaki ke utara, ke arah biara Palebkastro dan menikmati pemandangan Yunani dari lereng gunung.Mobil berhenti di ujung jalanan utama, didepan papan nama restauran yang sudah dipesan Jack semenjak aku menyetujui ajakannya. Cuzenuz garden. Restauran ini terletak di halaman tersembunyi, di belakang pabrik roti. Meski letaknya terpencil, restauran ini sempurna menyajikan landscape pantai t