Share

Season 1 (Bagian 2)

Marisa membawa Zahra ke kamarnya untuk menenangkan diri. Ia lupa bahwa Zahra belum menggunakan hijab. Dirinya langsung membuka pintu lemari dan mengambil hijab berwarna hijau serta tak lupa gamis dengan warna senada.

"Kamu pakai ya gamis dan hijab ini."

"Aku tak bisa memakainya."

"Kalau begitu aku bantu cara memakainya."

Marisa membantu memakaikan semuanya untuk Zahra. Perempuan itu bangga bertemu dengan sosok seorang Zahra yang kuat untuk menghadapi cobaan demi cobaan yang ada. Tak lama, semuanya telah selesai.

"Makasih, Marisa. Kamu sudah membantu aku memakainya."

"Sama-sama, Zahra." Marisa tampak tersenyum bahagia.

"Apakah aku terlihat cantik?" tanya Zahra.

"Iya, kamu sungguh cantik, Zahra."

*****

Magrib telah tiba, saatnya santri dan satriwati pergi ke masjid. Sementara didalam kamar Zahra mondar-mandir memikirkan hal yang mungkin menakutkan bagi dirinya. Sungguh, ini adalah hal yang paling membuatnya gugup sepenjang hidupnya. Kini, ia diminta untuk membaca 1 halaman Al-Qur'an di hadapan semua santriwati lainnya. Dirinya tidak pernah menyentuh sekalipun kitab dari Allah SWT itu.

"Aku harus bagaimana?"

Kemudian datanglah Marisa kehadapannya. Heran dengan raut wajah Zahra yang terlihat ketakutan.

"Kenapa kamu ketakutan begitu, Zahra?"

"Anu ... aku ...."

"Kenapa? Coba kamu cerita sama aku?" Marisa mencoba untuk membujuk Zahra.

"Jadi begini ...."

*****

Zahra keluar dari kamar miliknya dan Marisa. Ia bingung dan ingin mencari temannya itu. Lalu, ia berjalan menelusuri setiap pesantren, tetapi hasilnya nihil. Dirinya mencoba bertanya kepada beberapa santriwati, tetap saja ia tidak menemukan petunjuk sedikipun.

"Nak Zahra ...."

Zahra menoleh ke belakang. Disana ada Uztadzah Khasanah. Ia mendatangi orang yang usianya sekitar 40 tahun itu. Zahra mencium tangannya dan tersenyum. Sudah lama senyum itu tidak terlintas didalam hidupnya.

"Nak, kamu sedang apa? Celingak-celinguk kaya mencari sesuatu."

"Hmm ... saya mencari Marisa, Uztadzah." ya, kata-kata yang sopanlah ia bisa belajar dari Marisa.

"Dia dimana ya, hmm ...." Uztadzah sedang mengingat sesuatu.

"Oh, dia tadi disuruh sama Uztad Imam memeriksa jurnal kegiatan karena dia menjadi ketua pelaksanaan kegiatan di sana."

"Marisa itu sangat baik lho, bahkan ia suka membagi makanan ke orang yang membutuhkan. Makanya saya suka sekali membelikannya sayur." Uztadzah memuji Marisa. Zahra tampak sangat kagum mendengarnya.

"Terus? Apalagi kelebihan dia, Uztadzah?"

"Dia itu pintar soal akademik. Makanya Marisa menjadi murid terbaik di pesanten ini dan masih banyak lagi lah kelebihan dia."

"Wah, banyak banget kelebihannya."

"Huum." Uztadzah mengiyakan perkataan Zahra.

"Hmm ... maaf, saya permisi dulu ya, Uztadzah. Karena saya mau cari Marisa lagi." Zahra pamit hendak pergi, tetapi dicegah oleh Uztadzah Khasanah.

"Oh iya, lupa, ada yang mau saya sampaikan."

"Apa itu, Uztadzah?"

"Kamu bisa ngaji, 'kan? Kamu nanti ikut pengajian ya sehabis magrib di masjid. Nanti kamu akan ditemani sama Marisa dan kawan-kawan."

"Tapi, Uztadzah ...."

"Pokonya harus, titik!"

"Baiklah Uztadzah."

*****

"Jadi, begitulah ceritanya." Zahra selesai menceritakan dan rasa takut itu semakin bertambah.

"Kamu jangan khawatir. Masih ada kok yang seperti kamu. Dia gigih banget belajar dan sekarang sudah bisa membaca Al-Qur'an." Marisa menjelaskan apa yang ia ingin katakan untuk menyemangati Zahra.

"Permulaan yang bagus."

"Maka dari itu, kamu nggak usah takut lagi. Ikut aja nggak papa. Hal itu wajib untuk diikuti semua santri."

"Hmm ... oke, aku akan ikut." Zahra mengiyakan ajakan Marisa.

"Tok! Tok! Tok!" suara ketukan pintu mengemakan ruang kamar mereka berdua.

"Buka aja, nggak kekunci kok," ucap Marisa mempersilahkan seseorang itu masuk.

Yani, dengan gamis bewarna coklat dengan hijab yang senada pula menambah kesan indah. Ia ingin mengutarakan maksud kedatangannya. "Marisa, bolehkah aku membawa Zahra ke suatu tempat?"

"Hmm ... dalam hal apa?" tanya Marisa penasaran.

"Ada deh, kejutan. Aku mau minta maaf sama dia soalnya," jawaban Yani dengan senyuman licik yang disembunyikan.

"Aku setuju aja. Aku sudah maafin kamu kok," ucap Zahra.

"Kalau begitu kita ke masjid sekarang. Soalnya kan mau shalat magrib." Yani mengajak mereka berdua ke masjid untuk shalat magrib dan diiyakan oleh keduanya.

*****

Setelah shalat magrib, santriwati berkumpul di aula pesantren untuk melaksanakan pengajian. Mereka bertiga memilih barisan kedua paling depan sebagai tempat duduknya. Zahra tampak bingung melihat banyaknya santriwati yang hadir dalam pengajian tersebut.

Di depan, tampak berdiri Uztadzah Khasanah yang memimpin pengajian kali ini. Ia kemudian berkata, "Siapa santriwati yang tidak bisa mengaji angkat tangan."

Mereka semua berbisik, mungkin membicarakan hal itu.

"Saya!" Zahra mengangkat tangannya dan seketika semua santriwati tertawa kecuali Marisa. Ia terdiam, kemudian berkata, "Jangan hina Zahra! Dia wajarkan karena baru belajar agama. Saya juga begitu, sama seperti dia dan sekarang kalian menghinanya? Berarti kalian sama saja menghina saya."

Semuanya terdiam. Tak bisa berkata apa-apa. Keheningan pun seketika pecah oleh suara Uztadzah Khasanah. "Benar kata Marisa. Kalian jangan menghina Zahra yang masih belajar. Ayo, Nak, maju ke depan."

Zahra berdiri dan maju ke depan dengan perintah Uztadzah Khasanah. Mereka masih tampak terdiam. Marisa menampakkan senyum tipisnya, sedangkan Yani tampak geram dengan semua ini.

"Huh, gagal deh rencana aku!"

*****

Yuni berjalan-jalan sambil memegang kipas untuk mengipasi dirinya yang sedang panas. Disana, ia melihat Fadli sedang berbicara bersama santriawan lainnya. Ia ingin kesana menyapanya.

"Aku kesana nggak ya?" Yuni tampak bingung. Selama beberapa lama ia memikirkannya. Setelah berpikir, jawabannya adalah dengan mendatanginya dan menyapanya dengan ramah.

Langkah demi langkah pelan ia mendatangi Fadli. Setelah lelaki idamannya itu sampai di depannya, ia menyapa. "Hay, Fadli!"

Fadli tampak terkejut dengan perempuan itu di depannya. " Yuni, datang-datang tak ngucap salam." seketika ia geleng-geleng kepala.

"Oh, iya, Assalamu'alaikum Fadli."

"Wa'alaikumsalam, ada apa kamu kesini?"

"Aku cuma pengen ketemu kamu aja, hehehe," jawab Yuni tanpa ada rasa malu membuat teman Fadli terkekeh geli.

"Hadeuh, Yuni. Kamu tuh ya, nggak punya rasa malu sama sekali atau gimana sih? Masa kamu godain lelaki, hahaha."

Yuni tampak geram dengan ucapan teman fadli tersebut. "Kamu jangan ikut campur!"

"Maaf nona, kamu sudah melanggar ketentuan pesantren ini," ucap seseorang bernama Yusuf.

"Biarin! Terserah aku dong!"

"Emang ini pesantrenmu apa, hah?!"

"Sudah-sudah! Kalian jangan bertengkar." Fadli meleraikan mereka berdua yang sedang bertengkar.

"Huh, mending aku pergi aja!" Yuni langsung meninggalkan mereka berdua tanpa permisi.

Sementara itu, mereka berdua yang ditinggalkan tampak kebingungan.

"Yuni kenapa ngejar kamu sih, Fadli?"

"Aku tidak tau. Yang pasti, aku tidak menyukainya."

Yuni berjalan tergesa-gesa hingga menabrak Uztadzah Khasanah.

"Eh, Uztadzah. Maaf-maaf, Assalamu'alaikum." Yuni mencium tangan orang di depannya itu.

"Wa'alaikumsalam. Yuni, nanti kamu beritahukan seluruh santriwati ya untuk melakukan pengajian di aula pesantren."

Seketika niat jahatnya muncul. "Iya, Uztadzah. Nanti akan saya sampaikan."

Setelah berpamitan, Yuni pergi dari hadapan Uztadzah Khasanah.

Ia lalu mendatangi setiap santriwati dan memberitahukan kegiatan pengajian itu. Ia mendatangi sekumpulan satriwati yang duduk di bangku taman.

"Eh, nanti datang ke pengajian ya."

"Oke deh. Oh ya, aku mau tanya kamu nih," ucap salah satu santriwati.

"Ada apa tuh?" tanya Yuni penasaran.

"Kenapa sih si anak berandalan itu masuk ke pesantren ini?"

"Entahlah, mungkin dia tersesat. Selain itu ya, dia udah ngerebut sahabat aku si Marisa. Gimana nggak gereget coba!" Yuni mencoba memfitnah Zahra dihadapan semua orang didepannya.

"Nggak tau diri emang orang itu," ucap salah satu santriwati menyikapi hal tersebut.

Mereka saling berbisik, Yuni tampak puas dengan aktingnya.

"Untung aja Uztadzah nyuruh aku sampaikan. Terima kasih Uztadzah," pikirnya.

"Nanti kalau dia Uztadzah nanya siapa yang nggak bisa ngaji kan pasti dia angkat tangan tuh. Kalian semua ketawain aja dan kasih tau yang lain juga soal Zahra."

"Oke-oke," ucap semua santriwati yang ada dihadapannya.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status