Halo!!
Semoga suka:*Jangan lupa vote dan comment!Share juga yah!Ailee masih belum mau berbicara pada Zuco, menatap matanya pun ia tak mau. Mereka kini sedang duduk di bangku taman sekolah, bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tapi Zuco hanya diam menemani Ailee tanpa mengatakan sepatah katapun. Zuco hanya menatap Ailee dengan terus menggenggam lengannya.
Sampai akhirnya Ailee mendengus kesal. "Kamu kalau gak ada yang mau diomongin mending pulang." Ucapnya.
"Katanya kamu sebel denger suara aku. Ya aku gak mau kalau kamu tambah marah," sahut Zuco dengan polosnya.
What?!
Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Ia sangat takjub mendengar alasan yang baru saja Zuco lontarkan.
"Au ah!" Kesal Ailee.
"Yaang, aku udah jujur sama kamu. Aku minta maaf, aku gak bilang tentang beasiswa itu."
Semoga suka.Maaf kalau ngebosenin:*Stay tune ya kesayangan Didit huhu... Zuco duduk bersila di atas tempat tidur, begitupun dengan Ailee. Mereka saling berhadapan. Sesuai dengan apa yang Ailee minta, setelah makan siang, Zuco akan berbagi cerita dengan dirinya. Sedangkan Kenan, ia diharuskan kembali menuju kantor atas permintaan Jhonatan."Okay, karena aku bingung. Jadi, kamu tanya aku aja," ucap Zuco.Ailee mengangguk setuju. Itu pun akan menghemat waktu."Siapa temen terdekat kamu?" Tanya Ailee."Kak Kenan, Papah dan kamu." Jawab Zuco dengan senyuman."Yang lainnya?"Zuco mengangkat bahu tak tahu bahkan tak peduli. "TK, SD sampai SMP sih masih ada, tapi pertengahan SMA, aku mulai paham kalau gak ada orang yang beneran temenan sama aku." Ucapnya."Contohnya?" Tanya Ailee.Zuco terlihat b
Semoga suka...Jangan lupa vomment.Selepas mengantar Angga pulang ke rumah dengan selamat, kini Zuco terlihat duduk di ruang tamu kediaman Ailee sembari menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugup. Ia terus melirik jam tangan mewahnya dan sesekali tersenyum canggung pada kekasihnya."Kamu kenapa, sakit?" Heran Ailee.Zuco menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ibu kamu kok belum pulang juga?"Ailee mengangguk paham. Ia kira Zuco tidak akan pernah merasakan gugup akan sesuatu, ternyata ia bisa gugup hanya untuk bertemu dengan Ibunya untuk pertama kali. Namun sebelumnya Zuco beberapa kali berbincang, tetapi hanya lewat telpon saja.Ceklek."Nah itu, Ibu." Ucap Ailee. Zuco langsung berdiri dari duduknya dan memasang senyuman ramah sesempurna mungkin.Ibu Ailee yang baru saja kembali dari warung terlihat menatap Zuco untu
Ailee PoV.Untuk kesekian kalinya aku melirik jam di ponsel, sekaligus menunggu notifikasi dari seseorang yang bisa-bisanya sangat menyebalkan. Siapa lagi jika bukan Zuco. Dia bilang tidak percaya dengan apa yang temannya katakan, dia bilang tidak marah, tapi sejak sore ia tidak mengirimiku satu pesan pun. Menyebalkan. Dan aku malah menunggunya. Bodoh.Setelah cukup lama menimang ponsel, aku pun memutuskan untuk mengiriminya pesan lebih dulu. Tidak masalah dengan ego, yang penting aku tenang.To: Tirex Sawah?Kamu lagi latihan?Kalo udah mau ngabarin, kabarin aku.Read.From: Tirex Sawah?Udh slesai.Aku mau pergi ke cafe bareng yg lain,To: Tirex SawahOk, have fun.
Hayo, baca lagi gak? Ada yang ditambahin awowkk....Jangan lupa Vomment...Rooftop sekolah, saat ini Zuco sedang bersandar pada bahu Ailee di sebuah sofa di atas gedung sekolah mewah mereka. Dengan tangan yang saling bertautan, senyuman Zuco tak pernah luntur seraya mengecup lengan Ailee yang bertautan dengan dirinya."Sayang, Ailee sayang Zuco?" Ucap Zuco bertanya."Sayang," jawab Ailee."Ailee cinta sama Zuco?"Ailee terlihat memejamkan mata kemudian mengangguk sebagai jawaban. "I love you," jawabnya.Zuco langsung beralih memeluk Ailee dengan gemas. "I Love you too. Walaupun cinta kamu belum sebanyak aku, tapi aku seneng dengernya."Ailee tersenyum miris. Mudah sekali Zuco mengatakan hal yang membuat Ailee merasa tidak enak kepadanya, dasar."Zuco, sebenarnya semalam kamu kenapa?" Tanya Ailee yang masi
Hai...Semoga suka?Jangan lupa vomment uhuk...Langkah Zuco membeku, menatap sang Ayah yang tertunduk menyembunyikan tangisan. Kemudian Kenan yang menatap lantai dengan tatapan kosong dan sebuah luka baru pada tulang pipinya. Dan Nela, Ibu Kenan yang Zuco panggil Tante, wanita itu terlihat menangis tersedu-sedu, isakannya membuat Zuco teringat sang Ibunda yang selalu menangis jika ia menyakiti dirinya sendiri.Zuco menelan ludahnya dengan susah payah dan melanjutkan langkah untuk menaiki anak tangga."Zuco..." Panggil Jhonatan.Langkah Zuco kembali terhenti tepat di belakang sofa yang Ayahnya duduki."Hm?""Duduk, ada hal yang har--""Aku udah tahu." Potong Zuco.Nela berdiri, "Zuco, kemari."Dengan perlahan, Zuco membalik badan dan menghampiri mantan istri Ayahnya itu.Zu
Semoga suka...Jangan lupa vote dan comment...Hari yang dinantikan Zuco, hari dimana ia seharusnya menjadi pusat perhatian, berdiri dengan penuh semangat ditengah lapangan, kini hari itu tinggallah hari. Ia tidak bisa menunjukkan, membuktikan permainannya lapangan basket. Ini semua karena ulahnya sendiri, yang tanpa pikir panjang melukai salah satu indera perabanya.Dengan nafas yang naik turun menahan amarah, Zuco terduduk dengan wajah tertunduk di bawah tempat tidurnya. Sang Ayah terlihat berada di sana, berdiri di hadapannya."Pah, masih ada setengah jam lagi. Aku harus berangkat ke sekolah, mereka pasti udah nunggu aku." Ucap Zuco yang masih belum menyerah atas keinginannya untuk bertanding.Jhonatan menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya."Luka kamu belum sembuh, kali ini tolong nurut sama Papah."Zuco mendengus kesal dengan tangan yang meng
Ailee melirik jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 7 malam. Tinggal satu jam lagi untuk menunggu kedatangan Zuco dan keluarga berkunjung ke rumahnya. Saat ini Ailee sedang duduk di tepi tempat tidur dengan di temani Angga, Nayma dan juga Sara, teman sekelas di sekolah barunya bersama Zuco. Satu-satunya siswi yang membantu Ailee ketika Karin melabraknya."Lee, lo yakin?" Tanya Angga.Nayma melempar Angga dengan sebuah boneka kecil milik Ailee. "Yakin lah, harus. Zuco itu udah paket lengkap. Bukan cuma visual sama materi, tapi dia juga bucin sama Ailee."Ailee tersenyum mendengar hal itu."Tapi Nay, gue pernah liat dia marah di sekolah. Kayaknya posesif juga, iya gak sih?" Sara memastikan pada Ailee.Ailee mengangkat bahu tak tahu harus menanggapinya seperti apa."Mungkin emang gitu cara nunjukin kasih sayangnya, iya gak lee?" Sahut Nayma.Ailee hanya bis
Semoga suka...Jangan lupa vote dan comment...Siang ini, sepulang sekolah, Ailee, Zuco dan Sara bertemu dengan Angga juga Nayma. Mereka melakukan makan siang bersama di sebuah cafe. Mereka tampak akrab satu sama lain, tak terkecuali Zuco. Zuco sesekali ikut berbincang dan tertawa, sisanya hanya menyimak dan menatap Ailee dengan penuh damba. Sebegitu bucinnya dia."Kalian tunangan gak ditutup-tutupin kan?" Tanya Nayma.Zuco menatap Ailee, ia ingin mendengar jawaban apa yang akan gadisnya itu berikan."Enggak."Zuco tersenyum mendengar jawaban itu.Ailee melirik Zuco yang duduk di samping kanannya sekilas. "Tapi gak di umbar-umbar juga, setaunya aja."Zuco hanya bisa mengangguk setuju, ia tidak ingin bertengkar hanya karena hal itu. Walau sebenarnya ia ingin mengatakan dengan bangga kepada siapapun bahwa Ailee adalah miliknya.