Sudah 3 hari berturut-turut Lara mengerjakan tugas besarnya, akhirnya pada hari jum’at waktunya Lara untuk mengumpulkan proposalnya. Saat Lara akan mengambil produk dari tugas besarnya itu di lab pengelasan, seorang lelaki berkacamata yang mungkin seumuran dengan Beno datang menghampiri Lara dengan membawa sebuah jilid kertas.
“Saya asdos dari Pa Aris, ini proposal tugas besar kamu dan beliau menyuruh agar tidak perlu membawa bendanya ke ruangannya” jelas pria itu
“Kenapa pak memangnya?” Tanya Lara sambil mengambil proposalnya itu
“Untuk lebih jelasnya baca saja tulisan tangan beliau yang ada disitu” ucap pria itu lalu pergi meninggalkan Lara sendirian di lab Pengelasan.
Lara langsung membaca tulisan pulpen merah yang cukup banyak tertulis pada proposalnya itu. Dapat simpulkan bahwa, tugas besar Lara tidak diterima dan jika masih ingin mendapat nilai, diberi satu hari untuk menuntaskannya, yang mana itu sangat tidak mungkin untuk dilakukan karena sebelumnya saja butuh 3 hari untuk selesai dan belum lagi ada turnamen balap mobil cepat yang mengharuskan Lara untuk ikut merakit mobil. Tetapi, jika Lara tidak menuntaskan tugas itu, maka Lara tidak bisa mengirimkan aplikasi lagi untuk study exchange karena sudah pasti tidak diterima karena ada mata kuliah yang mengulang.
Tubuh Lara ambruk karena merasa usahanya sia-sia dan tidak ada jalan keluar. Yang bisa dilakukan Lara hanyalah menangis sambil terduduk.
“kenapa?” ucap seseorang sambil memegang bahu Lara. Lara pun mendongkak melihat siapa yang bertanya kepadanya.
“Al” ucap Lara, lalu memeluk Al dan menangis, tetapi Al diam saja sampai Lara merasa lebih tenang sehingga bisa untuk bercerita kepadanya.
Menangis sendirian itu memang enak karena kita tidak perlu malu dilihat orang, tidak perlu malu bila sesegukkan. Tapi berbeda rasanya jika ada yang menemani, terasa dilindungi, terasa rengkuh, terasa didengar padahal dia diam saja dan rasanya lega sekali, karena kita tahu bahwa disaat lemah pun kita tidak sendiri.
“gue bantu ya” ucap Al dan Lara balas mengangguk.
Lara sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu bagaimana konsep dari tugas berdasarkan proposalnya dan revisi dari Pa Aris. Al bertugas memberi saran sehingga terdapat jalan keluarnya. Sementara Lara mengerjakan ulang proposalnya, Al sudah mulai melakukan pengelasan ulang seperti yang dilakukan Lara kemarin namun, berbeda sedikit. Setelah proposal Lara selesai kerjakan, ia bergantian dengan Al untuk mengerjakan sisa dari pengelasan, sementara Al pergi ke ruang komputer untuk mencetak proposal Lara itu.
Pukul 12 malam lebih, mereka baru selesai mengerjakan tugas Lara itu. Sehingga pagi harinya bisa Lara kumpulkan. Beno berkali kali menelpon Lara namun tidak ia angkat karena, handphone di-silent untuk fokus dengan tugasnya.
“Al, thank you banget, kalau ga ada lo, gue gatau harus gimana. Exchange gue terancam gagal dan harus ngulang matkul” ucap Lara sambil memegang sekaleng soda berwarna cokelat itu untuk menghilangkan dahaganya.
“Kalau ada kesulitan, jangan lo pendem sendiri. Sebisa mungkin gue bantu” ucap Al
“Gue gamau nyusahin orang lain, ga mau bergantung ke orang lain”
“gue bukan oranglain La” ucap Al namun Lara terdiam
“gue anter pulang sekarang ya” ajak Al
Seperti saat diantar pulang oleh Rey, Beno berada di posisi yang sama persis.
“Mas Beno tuh dari tadi nungguin kali, lo ga ngabarin dia?” tanya Al saat Lara mengembalikan helm yang dipakainya
“Gue ga cek hp daritadi”
“Auto disambat gue” ucap Al melihat Beno datang menghampirinya
Beno melihat Al dan Lara dengan tatapan tajam. Lalu Beno memegang tangan Lara.
“Terima kasih ya Al sudah antar Lara pulang” jawab Beno sambil tersenyum, “e—h iya mas, saya pamit pulang” jawab Al lalu pergi dengan sepeda motornya
“Kok saya telpon ga kamu angkat Ra?” tanya Beno sambil menarik Lara masuk, “nanti aja deh saya ceritanya pas di kamar” ucap Lara dan Beno balas mengangguk
Lara pun membersihkan dirinya dengan menggunakan air hangat yang sudah Beno buatkan, karena Beno bilang bahwa tidak baik untuk mandi malam dengan air dingin.
Saat memasuki kamarnya Lara melihat Beno yang sedang terduduk sambil bersandar pada kepala tempat tidur dengan buku novel kesukaan Lara yaitu harry potter and the chamber of secrets.
“saya pinjam bukunya ya” ucap Beno mendapati Lara bergeming di depan pintu kamar lalu tiba-tiba menangis di hadapan Beno
Dengan sigap Beno langsung beranjak dari posisinya kemudian memeluk Lara dan Lara pun balik memeluk Beno dengan tangis yang semakin keras terbenam dalam dada Beno.
“Gapapa Ra, it’s okay, everything will be fine” ucap Beno menenangkan Lara
“a—aku a—ku” ucap Lara terbata bata
“nanti saja ya” titah Beno agar Lara jangan dulu bercerita.
Beno menarik Lara untuk berbaring di kasur kemudian menyelimutinya karena tubuh Lara terasa dingin meskipun sudah mandi dengan air hangat. Sambil tetap sesegukan Lara memeluk Beno sambil berbaring. Tak lama Lara semakin tenang hanya saja masih sesegukan sedikit.
“Better?” Tanya Beno sambil menghapus sisa air mata di pipi Lara, “tadi udah gapapa, tapi pas lihat mas rasanya pengen nangis lagi” ucap Lara dan Beno hanya tersenyum sambil mengusap-usap Lara
Lara menarik napas lalu membuangnya, “tugas besar yang saya kerjakan 3 hari berturut-turut ditolak dan harus dikumpul besok terakhir, kalau ga saya harus ngulang matkul dan rencana exchange saya gagal” jelas Lara, “lalu sekarang bagaimana?” tanya Beno menuntut penjelasan, “sudah selesai tugasnya tadi dibantu Al, jadi besok bisa dikumpul” ucap Lara tersenyum kelu, “syukurlah, saya yakin tugasmu akan diterima kali ini dan rencana mu tidak akan berantakan Ra” ucap Beno sambil mengeratkan pelukannya
“Saya ga buka handphone karena tadi fokus dan saya merasa—”
“Tidak ada yang sia-sia Ra, usaha kamu, tekad kamu itu berharga. Kamu mau belajar dan menerima penolakan itu baik, bangkit dari keterpurukan itu bagus, you are stronger than you think you are” ucap Beno membuat Lara berkaca-kaca lagi
“Jangan nangis lagi atau perlu saya cium biar lebih baik?” tanya Beno, membuat Lara tersentak. Beno menempelkan bibirnya di dahi Lara pelan dan singkat
“Di sini dulu, yang ini nanti kalau kamu izinkan” ucap Beno sambil menyentuh bibir Lara dengan jarinya
“jangan bikin saya malu” ucap Lara sambil menyembunyikan wajahnya di dada Beno
“Besok kita ke suatu tempat ya” ucap Beno
“mas kan besok kerja” ucap Lara, “besok saya libur istriku” ucap Beno sambil mencolek hidung Lara
“Mau kemana?” tanya Lara, “nanti juga kamu tahu” ucap Beno lalu mengeratkan pelukannya dan kemudian lama kelamaan mereka pun tertidur
Pagi harinya Beno terbangun lebih dahulu dibanding Lara yang terlentang di sampingnya. Bukannya membangunkan Lara, Beno malah menatap wajah Lara dan merapihkan rambut yang menghalangi Beno untuk melihat wajah istrinya itu. Tak lama Lara membuka matanya dengan sipit lalu tersenyum.
“Rey, kok disini?” tanya Lara sambil mengusap pelan pipi Beno lalu mengambil tangan Beno dan kemudian memeluknya
“Ra… kamu harus kumpulkan tugas mu loh, meskipun sekarang kamu tidak ada mata kuliah” ucap Beno, lalu seketika Lara terbangun dan terduduk sebentar
“oke, mas Rey—engga maksudnya—mas Beno, aku—saya mandi duluan” ucap Lara setengah bangun
“saya tunggu disini ya” ucap Beno sambil memarkirkan mobilnya dipinggir jalan dekat dengan kampus Lara
“Doain ya” ucap Lara lalu keluar dari mobil dan menuju ruang Pak Aris
Tokk—tokk—tokk
“masuk” terdengar suara yang dalam dan sedikit serak
“Maaf mengganggu waktunya pak, saya Lara—” ucap Lara terpotong, “ya silahkan duduk, mana proposalmu?” tanya seorang paruh baya dengan name tag Aris di dada kirinya
“hem…bagus” guman pak Aris sontak membuat kepala Lara yang semula menunduk itu kembali mendongkak, “Lara, sebenarnya proposal kamu kemarin itu bagus, produk kamu bagus, hanya saja cara kamu menyampaikan itu kurang jelas sehingga saya meminta kamu untuk merevisi dan membuat ulang. Karena saya akan kirimkan tugas kamu untuk lomba nasional dan batas pendaftarannya terakhir hari ini. Itulah mengapa saya menyuruh kamu untuk menyelesaikan segera padahal deadline masih seminggu lagi” jelas pak Aris, “lomba pak?” tanya Lara masih tidak percaya, “ya, nanti produk nya saya ambil untuk dikirimkan, disimpan dimana?”
“Di Lab pengelasan pak, di lemari sebelah kiri pintu toilet” jelas Lara, “baiklah, nanti saya ambil. Terima kasih atas kerja keras kamu”
“Baik pak, terima kasih banyak pak, saya izin undur diri” ucap Lara lalu keluar dari ruangan pak Aris dengan senyum yang tergambar di wajahnya
Tikk—tikk—tikk
Beno melihat jam tangan yang ia pakai, cukup lama juga Lara pergi padahal hanya untuk mengumpulkan tugasnya saja.
Beno menoleh ke arah jendela di samping kanan nya dan terkejut karena Lara menempelkan wajahnya yang tersenyum
“Hihihihihi” tawa Lara lalu mengetuk jendela mobil Beno itu dengan telunjuknya
“proposal saya dikirim lomba!” ucap Lara senang setelah Beno menurunkan kaca mobil
“Bicaranya di dalam, mau hujan ini” titah Beno karena hujan mulai turun
Beno bantu mengelap tubuh Lara yang hanya basah sedikit itu dengan sarung tangannya. Lara pun dengan antusias menceritakan kejadian tadi walaupun Beno tidak menyuruhnya dan Beno menyimaknya dengan baik sambil tersenyum.
“Mau dipeluk ga?” tanya Beno, “mau!” jawab Lara senang
“sekarang kita berangkat?” tanya Lara dalam pelukan Beno, “Leggo!” ucap Beno
“Lo udah berapa hari ga pulang?” tanya seseorang kepada wanita yang sedang fokus dengan laptop di depannya“Tiap hari juga pulang” jawab wanita itu tanpa menoleh“Ke rumah yang ada masben nya?” tanya lelaki itu dan tidak ada jawaban“Sebulan ada kali Ra. Lo gabisa lari terus dari masalah”“Gue ga lari”“Lo ngehindar Ra, udah coba denger penjelasan masben? Engga kan?”“Apa yang perlu gue denger? Semua udah jelas. Lo kalo mau bahas ini mending pergi aja, gue mau fokus ngerjain skripsi” ketus Lara“Gue ga habis pikir ada orang sekeras kepala kaya lo, kasih masben kesempatan. Ga inget berapa kali lo kasih kesempatan itu ke Rey, setelah dia berkali kali nyakitin lo, tapi sekarang? Lo ga kasih satu pun buat masben, padahal ini kesalahan pertama dia. Gue harap lo cepet sadar deh Ra” ucap Al sambil mengacak puncak kepala Lara lalu pergi meninggalkannyaTing-nungNak.. bisa bertemu bapak hari ini? Sebentar sajaPesan dari bapak-Ayahnya
Mereka pun sampai di rumah setelah datang ke pernikahan Tina“ah! Pegel banget pake heels” ucap Lara langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu“padahal pake sneakers aja kaya biasa Ra..” ucap Beno menimpali“ga matching sama dress nya dong mas.. mending pake safety shoes ah dibanding heels” gumam LaraLalu Beno datang dengan membawa sebuah mangkuk dan sebuah baskom“nih” ucap Beno sambil menyodorkan mangkuk, “ih.. eskrimku udah jadi” ucap Lara senang lalu melahap eskrim itu dengan semangat“eh mas ngapain?” tanya Lara saat Beno menarik kakinya untuk dimasukkan kedalam baskom yang berisi air hangat itu“katanya pegel..” ucap Beno sambil memijat pelan kaki Lara“sweet banget sih suaminya aku” ucap Lara sambil mengusap pipi Beno pelan kemudian menyuapi Beno dengan eskrim juga“mas..” panggil Lara saat Beno mengeringkan kaki Lara yang
Dua tahun pun berlalu. Kini Lara tengah menyusun tugas akhir untuk mendapat gelar sebagai sarjana terapan teknik dan Beno masih tetap dengan pekerjaannya.Drrrt“Ya.. halo..” jawab Lara dengan berbisik“Saya sudah di depan” suara Beno terdengar jelas“Oke aku kesana, tunggu” masih dengan suara berbisiknyaLara pun membereskan barang-barangnya kemudian ia masukkan kedalam totebag yang lumayan memuat banyak barang itu.CupCium Lara di pipi Beno setelah ia masuk kedalam mobil sebagai ucapan salamnya.“Kenapa tadi jawabnya bisik-bisik?” tanya Beno sambil membersihkan krim yang berada di sudut bibir Lara yang langsung melahap macaron yang dibeli Beno itu.“lagi di perpus” jawab Lara singkat dengan mulut yang penuh itu“sendirian?” Lara mengangguk, “yang lain masih pada magang sama pada di lab juga”“Kamu wisuda kapan?”“sekitar 4 bulan lagi? Kalo tepat waktu”“Pasti... ehm kita masak di rumah aja atau mau delivery?”
Matahari pun mulai muncul, walau sinarnya belum sampai kedalam kamar Beno dan Lara sehingga keduanya masih tertidur lelap saling memeluk karena hawa dingin dini hari yang memasuki dari celah jendela yang terbuka. Sementara itu, Al dan Rey sedang berada di dapur, mereka memilih untuk sarapan terlebih dahulu kemudian mandi. Karena mereka tidak tahan untuk mandi dengan air dingin pada dini hari, padahal disediakan water heater namun mereka terlalu malas untuk menggunakannya. Bukan, hanya Al yang malas dan Rey hanya mengikutinya. “Mereka belum keluar kamar?” tanya Al sambil melihat kearah sekitar untuk mencari keberadaan Beno dan Lara “Belum” jawab Rey singkat “Perlu gue bangunin ga sih? Takutnya mereka kebamblasan gitu” ucap Al “Gausah Al entar ganggu lagi, mungkin mereka masih mau di kamar” ucap Rey sambil mengoleskan selai nanas di roti gandumnya itu “Maksud lo?” tanya Al lalu mengambil roti yang sudah diberi selai itu
Mereka berjalan kembali menuju rumah penginapan yang ditempati. Sambil berpegangan tangan erat seakan enggan melepas. Langit sudah mulai gelap, Rey dan Al pasti sedang menyiapkan makan malam, mengingat mereka mengabari bahwa sedang mencari bahan makanan untuk barbeque yang telah mereka rencanakan. “La! Darimana aja?” panggil Rey dengan tangan yang membawa tampan berisi sayuran yang akan dibuat menjadi salad, kemudian ia menghampiri Lara yang datang dengan Beno, sontak Lara melepas genggaman tangan Beno kasar karena Rey berjalan mendekatinya lalu mengusap pipinya pelan sambil menatap lembut ke arahnya. “Aku ketok kamar kamu tapi ga ada jawaban, khawatir tau aku kira kamu sakit” ucap Rey sambil merapihkan anak rambut yang menghalanginya melihat wajah Lara “Ah-gapapa kok Rey, tadi aku abis jalan-jalan sama mas Beno. Abisnya di kamar terus bosen” ucap Lara sambil sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap Beno yang sedang membantu Al menyalakan bara api untuk memba
Mungkin hadirnya Beno merupakan jawaban dari pertanyaan yang Lara tujukan kepada Rey. Kehadiran yang tiba-tiba, mendadak namun penuh kepastian. Meskipun berawal dari perjodohan, kita tidak tahu apa yang membuat Beno yakin untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan Lara yang tidak ia kenal sebelumnya. Hadirnya Lara membuat Beno menyadari bahwa kehilangan akan membuat kita merasa berarti, walaupun itu terasa sakit namun rasa itu baik untuk dirasakan. Meskipun ada beberapa hal yang tak lagi sama, tetap harus berjalan dengan semestinya dengan atau tanpa mereka-yang meninggalkan. Kehilangan menghadirkan kekuatan untuk terus bertahan hidup bersama dengan yang tersisa, lebih menghargai yang ada dan menerima untuk hidup bersamanya. “pelan-pelan makannya” ucap Beno sambil mengelap mulut Lara yang berantakan karena cipratan kuah ramen pedas itu Kenyamanan dirasa ketika kita sudah tidak malu lagi untuk makan di depannya, malu jika berantakan, malu jika belepotan, malu jika ada