Beno dan Lara di tengah perjalanan mengantarkan Lara ke kampus. Lara berpakaian rapih dengan kemeja khas himpunan mesin yang tertulis nama Lara di atas dada bagian kiri juga nama universitas dan jurusan di bagian belakang sedangkan Beno berpakaian seperti biasa dengan kemaja juga dasinya itu.
“Tumben Ra, rapih banget” ucap Beno, “hari ini ada mau rapat himpunan jadi harus rapih mas” jawab Lara dan Beno pun ber-Oh ria.
“Kayanya saya pulang larut atau ga pulang sama sekali mas”
“Kenapa?” Tanya Beno kaget mendengar Lara berencana untuk tidak pulang
“Saya mau ngerjain tugas besar soalnya deadline udah deket, kalau pun beres, malem banget saya ga berani pulang sendirian” jelas Lara, “nanti saya jemput, kamu kirim saja lokasinya” tawar Beno, “masalahnya saya tuh takut pas keluar lab nya, soalnya kampus saya tuh angger banget kalau malem” jelas Lara, “ya pokonya kamu mau pulang jam berapa pun saya jemput, tidak boleh menginap” tegas Beno sambil menepikan mobil karena sudah sampai, “yaudah nanti saya kabarin lagi” ucap Lara lalu keluar dari mobil setelah mencium punggung tangan Beno
Terlihat bahwa Lara membawa banyak bawaan hari ini. Tabung gambar disampirkan di bahu kanan, tote bag yang berisi wearpack ia pegang oleh tangan kiri dan terakhir tas gendong yang terlihat berat itu.
Beno yang melihat Lara berjalan menjauh dengan bawaannya itu berinisiatif untuk menyemangati Lara. Lalu Beno instal aplikasi dan membuat sebuah video untuk menyemangati Lara dan mengirimkannya langsung. Setelah itu, Beno berangkat menuju kantornya.
“La! Siang kumpul ruang himpunan ya” ucap seseorang yang memakai kemeja yang sama dengan Lara
“oke! Nanti gue nyusul abis kelas” ucap Lara sambil berjalan menuju lokernya dan temannya itu mengangguk
Lara pun sampai di depan lokernya lalu menyimpan tabung gambar dan tote bag yang ia bawa tadi.
Drakk!
“Dor!” ucap seseorang mengkagetkan Lara bersamaan dengan Lara menutup pintu lokernya.
“setan!” kaget Lara melihat orang yang mengagetkannya, “sialan disamain setan” ucapnya
“Ga ada kerjaan banget lo Al” ucap Lara lalu berjalan menuju ruang kelas
“yaelah ditinggal, gue disuruh ajak ade gue rapat nih makanya kesini” ucap Al sambil berjalan di samping Lara, “ade lo siapa?” tanya Lara, “ya..elo Lara, semua orang ngiranya kita ade kakak, ga ngerti dah mirip darimana” bawel Al
“gue kan lebih tua dari lo, harusnya gue yang jadi kakak" ucap Lara sambil mendelik, "nanti nyusul abis kelas” jawab Lara mengenai ajakan Al
“eh gue mau nanya, sejak kapan lo sama Rey sedeket itu?” tanya Lara
“gue ga ngerasa deket banget, cuman emang deket dari SMA kan gara-gara loe juga gue jadi kenal si Rey” jelas Al dan Lara pun mengangguk setuju
Setelah Lara selesai dengan kelas paginya, Lara segera menuju ruang himpunan dan tak lama rapat pun dimulai karena kuantitas orang sudah memenuhi. Rapat diadakan karena akan ada turnamen balap mobil cepat rakitan mahasiswa antar universitas di Bandung dan mengharuskan untuk mengirim 1 tim yang berjumlah 4 orang, maka dari itu diadakan pemungutan suara untuk menentukan 4 orang tersebut dan Lara menjadi salah satunya. Lara yang akan menjadi pengendara dari mobil itu alias yang akan menjadi pembalap.
Setelah rapat selesai, Lara langsung menuju lab pengelasan untuk mengerjakan tugas besarnya. Sebelumnya berganti pakaian menjadi wearpack dan mengambil tas gambarnya.
Lara tidak sendirian berada di lab karena ada seorang kakak tingkatnya sedang mengerjakan skripsi yang topiknya mengenai pengelasan. Lara mulai mengerjakan tugasnya dengan standar K3L yang tidak terlewat, seperti memakai topeng las, sarung tangan, masker dan sepatu safety.
Tak terasa malam pun sudah datang dan Lara belum juga menyelesaikan tugasnya, sementara kakak tingkatnya sudah pulang sekitar 45 menit yang lalu dan sekarang Lara hanya sendirian di lab. Lara memutuskan untuk istirahat sebentar dan mengecek handphonenya yang sedari tadi tidak ia buka.
1 videos sent from Mas Beno
“Video apaan” gumam Lara lalu membuka video yang Beno kiri itu.
Semangat ya istriku buing~ buing~
Semangat ya istriku buing~ buing~
“Pffftt hahahahaaha, ini siapa yang ngajarin” ucap Lara sambil tertawa lepas melihat video yang Beno kirim. Wajah Beno yang datar saat mengucapkan kata semangat itu dipakai efek telinga dan kumis kucing, lalu terdapat suara buing buing bawaan membuat kombinasi yang sangat mungkin untuk Lara tertawa.
Lara : Mas bisa jemput?
Mas Beno : I’m on my way
Setelah mendapat balasan bahwa Beno bisa menjemputnya, Lara membereskan sisa-sisa pekerjaan dari tugas-tugas Lara yang belum selesai itu. Lara teringat bahwa ia belum mengirimkan lokasi dimana ia berada, Beno tidak mungkin tahu dimana Lab Pengelasan kampus Lara itu karena kampus Beno dahulu berbeda dan jurusan kuliah yang saat bertolak belakang. Lara menunggu di dalam Lab karena ia terlalu takut untuk berdiam di luar Lab yang pencahayaannya kurang, sehingga menambah aura-aura seram seperti yang dikatakan paranormal yang sering Lara tonton di yutub.
Kresk—kresk—kresk
Suara aneh terdengar dari arah luar dan Lara sebisa mungkin mengabaikannya sambil terus mengirim pesan kepada Beno untuk cepat menjemputnya dan Beno memberi tahu bahwa dia sudah sampai dan sedang berjalan menuju lokasi Lara. Namun suara itu terdengar semakin keras dan terasa semakin mendekat.
Mas Beno : Saya bentar lagi sampai, lokasinya sudah terlihat
Mendapat pesan itu, Lara langsung keluar dari Lab Pengelasan yang sebelumnya ia sudah matikan lampunya. Tetapi, tidak ada keberadaan seorang pun yang terlihat hanya ada taman yang lebih tepatnya disebut hutan kampus itu karena pohon yang menjulang tinggi juga rumput-rumput yang mulai tinggi. Namun, suara itu tetap terdengar dan bahkan lebih jelas, sehingga Lara memutuskan untuk menyalakan flash handphonenya.
“kok ga ke detect sih” ucap Lara sambil menempelkan jarinya untuk membuka akses handphonenya dengan sidik jari, Lara semakin panik karena suara itu terdengar dari arah belakangnya yang merupakan taman tadi.
“please” ucap Lara berharap agar akses handphonenya terbuka namun nihil karena panik Lara salah memasukkan kata sandi nya sehingga harus menunggu 30 menit untuk dapat mencoba kembali.
Pukk
Lara merasakan tangan seseorang menempel di bahunya. Lalu ia memberanikan diri untuk membalikkan tubuhnya yang di rasa kaku.
“Aaaa! Setan!” ucap Lara sambil menutup matanya dan tidak mampu untuk berlari.
“Ra! Ini saya Beno” ucap Beno sambil mengguncang badan Lara agar Lara membuka matanya, “Ra, buka matanya, ini saya” ucap Beno lagi, lalu Lara memberanikan diri untuk membuka matanya
“lama banget sih” kesal Lara kemudian terduduk karena merasa lemas, “saya tadi nyasar ke lab kimia sebelah makanya saya nyebrang lewat taman biar cepet” jelas Beno sambil menarik Lara untuk berdiri, “pulang sekarang atau masih mau di sini?” tanya Beno dan Lara menjawab pulang dengan suara yang kecil hampir tidak terdengar.
“mas mau ngapain?” tanya Lara melihat Beno menaiki gerbang utama, “ini kan dikunci Ra, jadi harus dipanjat tadi juga saya panjat” jawab Beno
“mas lewat pintu ini bisa kok, kalau mas mau panjat juga gapapa. Kalau terciduk pak satpam saya ga tanggungjawab ya” ucap Lara sambil berjalan melewati pintu kecil khusus untuk satpam yang tidak terkunci.
Ketika mereka sudah berada di mobil, Beno memberikan kantong kertas yang berlambang M itu kepada Lara.
“jaga-jaga kalau kamu lapar” ucap Beno, “makasih suamiku buing~ buing~” ucap Lara jahil dan Beno pun mengalihkan pandangannya karena tersipu malu.
“mas belajar darimana sih bikin video kaya gitu?” tanya Lara penasaran
“saya juga ikut menonton kalau kamu tonton drama korea” jawab Beno, “oh! Dari situ, saya kira mas ga ikut nonton” ucap Lara mengingat adegan dari drama korea yang mirip dengan video yang Beno buat
“kamu kok ga ganti baju Ra?” tanya Beno melihat Lara yang masih memakai pakaian wearpack, “ga berani ganti baju karena lampu ruang gantinya redup” jelas Lara
“kamu terlihat berbeda” ucap Beno
“beda gimana?” tanya Lara heran, “terlihat attractive di mata saya, beda dari wanita lain” jawab Beno
“in a good way or –“ ucap Lara terpotong, “of course in a good way”
“oh iya mas, nanti datang ya ke turnamen balap mobil cepat” undang Lara, “ada kamu kan?” tanya Beno, “tim saya yang ikut turnamennya” jawab Lara ceria lalu mengigit double cheese burger –nya itu
“kamu ingin saya bawakan apa?” tanya Beno, “bunga yang tidak buat saya bersin!” jawab Lara, “akan saya bawakan, memangnya kapan Ra?”
“awal bulan depan, nanti saya kabari lagi lebih tepatnya tanggal berapa” ucap Lara, “saya doa kan yang terbaik ya” ucap Beno dan mereka pun mengamininya bersama.
Sudah 3 hari berturut-turut Lara mengerjakan tugas besarnya, akhirnya pada hari jum’at waktunya Lara untuk mengumpulkan proposalnya. Saat Lara akan mengambil produk dari tugas besarnya itu di lab pengelasan, seorang lelaki berkacamata yang mungkin seumuran dengan Beno datang menghampiri Lara dengan membawa sebuah jilid kertas. “Saya asdos dari Pa Aris, ini proposal tugas besar kamu dan beliau menyuruh agar tidak perlu membawa bendanya ke ruangannya” jelas pria itu “Kenapa pak memangnya?” Tanya Lara sambil mengambil proposalnya itu “Untuk lebih jelasnya baca saja tulisan tangan beliau yang ada disitu” ucap pria itu lalu pergi meninggalkan Lara sendirian di lab Pengelasan. Lara langsung membaca tulisan pulpen merah yang cukup banyak tertulis pada proposalnya itu. Dapat simpulkan bahwa, tugas besar Lara tidak diterima dan jika masih ingin mendapat nilai, diberi satu hari untuk menuntaskannya, yang mana itu sangat tidak mungkin untuk dilakukan karena sebe
Perjalanan yang ditempuh cukup jauh sehingga Lara tertidur di dalam mobil. Mereka menyusuri jalanan yang di sisi kanan dan kirinya terdapat perkebunan teh dan juga kabut yang lumayan tebal karena hujan yang baru saja berhenti. Matahari mulai bergerak untuk tenggelam dan udara semakin terasa dingin. Beno memarkirkan mobilnya lalu keluar dan meninggalkan Lara yang masih tertidur. Terasa getaran saat Beno menutup pintu mobil membuat Lara terbangun dan terdiam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya kemudian keluar mobil karena melihat Beno tengah berdiri tak jauh di depan mobil. “mas, kita dimana?” tanya Lara sambil mendatangi Beno, “saya gatau tepatnya dimana, saya ga pernah mau cari tahu, yang pasti tempat ini dari dulu jadi tempat saya melarikan diri Ra” jelas Beno “dari apa?” tanya Lara “apapun” jawab Beno “terus kenapa ajak saya kesini?” tanya Lara, “karena.. kamu satu-satunya orang yang ingin saya bawa pergi—melarikan diri maksudnya, saya paham be
PlakkkBeno ditampar keras oleh kakek di depan ruang ICU yang di dalamnya terdapat Lara yang sedang ditangani oleh dokter.“Ga becus! Salah saya nikahkan kamu dengan cucu saya!” Ucap kakek lalu terduduk di salah satu kursi di depan ruangan itu dan Beno hanya mampu tertunduk karena memang ia merasa tidak benar menjaga LaraTak jauh di sana terdapat Al yang menyembunyikan diri di balik tembok tak sengaja mendengar ucapan kakek tadi.Cukup lama Lara berada di dalam ICU, membuat Beno, kakek dan Al semakin khawatir dengan keadaannya. Dokter pun keluar dari ruangan itu dengan pakaian yang dominan hijau itu.“Bagaimana dok?” tanya kakek sambil berdiri begitu pula Beno dan Al menunjukkan dirinya“Tidak ada luka yang serius, hanya saja patah tulang hidung, sayatan pada dahi dan beberapa memar pada kaki” ucap dokter dan mereka bertiga pun serentak membuang napas lega“kalau begitu, saya pindahkan ke ruang perawatan&r
Beno membuka pintu rumah dan tampak Lara juga Al yang melangkah memasuki rumah Lara dan Beno itu.“Saya buatkan minum dulu ya” ucap Beno lalu pergi ke arah dapur membuatkan minum untuk Lara yang baru kembali dan Al yang baru pertama kali datang.“Kamar kalian dimana?” Tanya Al pelan“Itu kamar gue—” tunjuk Lara ke pintu yang dekat dengan ruang tamu, “itu kamar mas Beno” tunjuk Lara ke pintu dekat dapur yang terlihat dari arah ruang tamu“Ga sekamar?” Tanya Al, “enggalah” jawab Lara tegas“Loh bentar, kalau ga sekamar berarti ga pernah—” ucap Al terpotong, “enggalah!” ucap Lara emosi, “terus kalian udah ngapain aja?” tanya Al penasaran“ya… pegangan tangan, dicium—” ucap Lara terpotong, “bibir?!” tanya Al semangat, “dahi doang” jawab Lara lalu Al membuang napas dan menurunkan bahunya
Keesokkan harinya Lara tidak keluar kamarnya untuk pergi ke kampus. Beno pun yang akan pergi ke kantornya itu tidak yakin dapat meninggalkan Lara saat keadaannya seperti ini yang bahkan ia tidak tahu karena apa. “Halo, selamat siang” ucap Beno “Selamat siang dengan Bank Cahaya Ilahi, ada yang bisa kami bantu?” “Saya Rendhika Beno, izin untuk tidak datang ke kantor hari ini dikarenakan ada keperluan mendesak dengan istri saya sehingga tidak bisa ditinggal” “Baik pak, akan saya informasikan kepada hrd” “Baik. Terima kasih—tut!” Setelah selesai menelpon pihak kantornya untuk tidak hadir, Beno langsung melepas jas berwarna hitam dan melonggarkan kembali dasinya kemudian menyimpannya di bahu kursi di ruang tamu. Tokk—tokk—tokk “Lara” ucap Beno dan tidak ada jawaban Ceklek “Lara..” panggil Beno kepada Lara yang terduduk di kursi belajarnya,
Sidang diadakan dengan dihadiri oleh ketua jurusan, ketua himpunan jurusan, orangtua atau wali masing-masing pihak, perwakilan dari pusat pengaduan, Arya, Beno, Al, Rey dan terakhir Lara yang penampilannya terlihat berantakan—wajah yang pucat, pandangan mata yang kosong dan tubuh yang gemetar karena menjadi pusat dari semua orang di ruangan ini.“Kepada korban silahkan untuk menyampaikan kronologi kejadiannya” ucap seseorang yang berasal dari pusat pengaduan mahasiswa“Saya...dipang..gil untuk... keru..agan” ucap Lara patah patah“Dimohon untuk berbicara dengan jelas” ucap orang itu tegas“maaf menyela—“ ucap Beno lalu orang dari pusat itu mempersilahkan Beno untuk berbicara“—saat ini Lara sedang terguncang dan saya rasa itu terlalu sulit untuk menceritakan kronologinya, saya mohon untuk pihak lain mengerti dengan keadaannya” jelas Beno“baik, apakah dari pihak korban dapat menjelaskan kronologi kejadiannya? Selain dari korban”Rey mengacungkan tangannya
“Mas Beno itu siapanya Lala sih Al?” Tanya Igoy“Mas Beno?” Tanya Al lagi menyakinkan dan Igoy balas mengangguk, “ya kakak” jawab Al“Bukan kakak kandung kan?” Tanya Igoy lagi, “kenapa lo mikir gitu?” Tanya Al sambil menengok ke arah Igoy yang fokus dengen laptopnyaIgoy terdiam sambil menatap ke arah langit-langit ruangan himpunan “Ya.. gue rasa.. sayangnya dia ke Lala beda” Al pun ikut menatap ke arah yang sama, “iya sih, gue juga ngerasa gitu” ucap Al, “jadi gimana?” Tanya Igoy lagi, “gimana apanya?” Tanya Al heran“ada peluang buat gue dapetin Lala?” tanya Igoy, “nol besar, Goy” jawab Al dan terdengar hembusan napas Igoy kasar, “ya mencintai ga harus memiliki kan?” jawab Igoy pasrah dengen keadaanCeklek!Pintu ruangan himpunan dibuka kasar oleh Akew.“rusuh!” ketus Al kepada Akew yang ngos-ngosan“Gue.. dapet.. info” ucap Akew patah patah sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada Al“sini!” ucap Igoy sambil merebut flashdisk dari tangan Akew yang tid
“La, ini sidang terakhir, semoga kita bisa menang. Terus lo bisa balik lagi ke kampus kaya biasa, gue kangen banget makan soto bareng lo di pujas” ucap Al saat mereka berjalan menuju ruangan sidang yang sudah tidak asing Lara hanya bisa tersenyum tipis dan tidak berani berharap bahwa kemenangan berada di tangannya karena semua jalan nihil dan buntu untuk membuat Lara keluar dari masalah ini. “La la la, senyum dong kangen nih” ucap Igoy, “sempet sempetnya anjir” ketus Al, “La sini duduk bareng gue aja” ajak Akew lalu Lara menurut. Tak lama setelah Lara duduk, pihak Arya datang dengan wajah yang berseri. Sidang terakhirpun dimulai. Pihak Arya semakin gencar memojokan Lara bahwa Lara yang mendatangi Arya atas dasar kemauan sendiri agar nilai mata kuliahnya aman. “saksinya jadi dateng ga kew?” tanya Al, “jadi jadi, dia bilangnya jadi” ucap Akew panik, “tapi ini udah mau beres belum muncul juga” ucap Al Ceklek Pintu